Chapter 26

38 3 0
                                    


Arkana meminta maaf kepada Gerhana, ia menyesali semua perbuatannya, setelahnya ia mengatakan sejujurnya tentang kejadian yang sebenarnya, meskipun akhirnya ia tahu jika dirinya harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Gerhana dibebaskan dan Arkana yang menjadi tersangka.

"Na, sekali lagi gue minta maaf, gue benar-benar bodoh karena terpancing sama omongannya Septi, enggak seharusnya gue ngelakuin itu," ucap Arkana penuh penyesalan.

"Gue udah maafin lo, bagaimanapun juga lo tetap akan jadi sahabat gue, Ka," balas Gerhana.

Arkana langsung memeluk Gerhana dengan tangan yang saat ini sudah diborgol polisi.

"Makasih, Na. Lo memang orang yang baik, setelah apa yang gue lakuin lo masih mau menganggap gue sebagai sahabat lo," ujar Arkana.

Gerhana menepuk pelan pundak Arkana, ia tahu jika apa yang dilakukan Arkana saat itu hanyalah ungkapan dari amarahnya dan kekesalannya, Gerhana tahu jika Arkana adalah orang baik, hanya saja jalan yang dipilih Arkana saat itu salah.

"Gerhana," panggil Genta tergesa-gesa, ia langsung berlari mendekati Gerhana.

"Na, lo harus segera ke rumah sakit, keadaan Tara semakin kritis."

"Apa, Tara kritis?"

"Iya, Na," jawab Genta.

"Ayo, Ta, anterin gue ke rumah sakit sekarang," pinta Gerhana.

Setelah sampai di rumah sakit, Gerhana melihat Kaira dan Sisil yang sudah berada di sana.

"Gimana keadaan Tara?"

"Tara masi ditangani dokter di dalam," jawab Kaira lirih.

Gerhana terdiam mendengar ucapan Kaira, ia menyesali semua kejadian tadi, seharusnya yang saat ini terbaring di rumah sakit adalah dirinya bukan Tara, seharusnya Tara tidak menyelamatkannya dan mengorbankan dirinya sendiri.

"Tadi, Tara sempat kehabisan banyak darah dan untungnya di rumah sakit ini memiliki cukup banyak stok darah yang sama dengan Tara," jelas Kaira.

"Terus, kenapa keadaan Tara bisa kiritis?" tanya Gerhana bingung.

"Ini semua karena Septi!" jawab Sisil menimpali, sementara Gerhana semakin bingung.

"Dia yang udah ngebuat Tara kritis, dia masuk diam-diam ke dalam kamar Tara dan membekap wajah Tara pakai bantal, untungnya gue sama Kaira cepat mengetahui kejadian itu dan sekarang Septi udah dibawa sama Papanya sendiri ke kantor polisi," jelas Sisil.

Gerhana cukup kaget mendengar penjelasan dari Sisil, ia tidak menyangka jika Septi akan melakukan hal senekat itu.

"Sementara Mamanya Tara, Mamanya pingsan setelah mengetahui keadaan Tara yang semakin memburuk," tambah Kaira.

Setelah beberapa lama satu suster keluar dari dalam ruangan.

"Sus, gimana keadaan taman kami saat ini?" tanya Gerhana kepada suster tersebut.

"Saat ini, kondisi pasien semakin memburuk, detak jantung pasien semakin melemah, kalian berdoa saja semoga pasien bisa melewati masa kritisnya," jelas suster itu.

"Maaf saya harus segera pergi," pamit suster itu kemudian pergi.

Sementara Gerhana ia langsung terduduk lesuh, ia begitu khawatir dengan keadaan Tara saat ini, ada sesuatu besar yang saat ini tengah ia takutkan. Bahkan rasa takut itu lebih dari rasa takut ketika dirinya kehilangan Neneknya waktu dulu.

"Na, lo enggak boleh sedih, lo harus yakin kalau Tara bisa melalui semua ini," ucap Kaira menenangkan, ia mengelus pundak Gerhana lembut.

"Gue takut, Kai. Gue takut kehilangan Tara," jawab Gerhana dengan isak tangisnya, saat ini ia tidak mampu lagi untuk menahan air mata yang ingin keluar membasahi pipinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PLUVIOPHILE ~SELESAI~ Where stories live. Discover now