Chapter 02

70 12 46
                                    

"Setiap kali hujan turun membasahi bumi, aku selalu meminta pelangi untuk hadir setelahnya."

- Gerhana Madana Pradigta -

***

Semenjak kejadian itu, Gerhana selalu duduk di teras rumah, sembari menunggu kedatangan Luna. Ia berharap jika Luna dan juga Gala datang untuk menjemputnya.

Gerhana duduk termenung di kursi teras rumah, saat ini usianya sudah menginjak sepuluh tahun, sudah lima tahun berlalu semenjak kepergian Luna dan Gala. Gerhana masih setia untuk menunggu kedatangan Luna dan juga adiknya Gala.

"Gerhana!" panggil sang nenek.

Gerhana beranjak dari duduknya, segera menghampiri sang nenek yang berjalan kegirangan kearahnya.

"Gerhana, ini ada surat dari Mama."

Sulastri memberikan sepucuk surat itu kepada Gerhana, ia berharap isi surat itu dapat menyembuhkan kerinduan Gerhana kepada Luna.

Gerhana mengambil sepucuk surat itu dan menatap neneknya lekat. "Mama, masih belum pulang ya, Nek?"

Ucapan dari Gerhana membuat hati Sulastri terenyuh, ia tidak tega melihat cucunya terus bersedih seperti ini. Sulastri meraih tubuh Gerhana lalu memeluknya, ia berusaha menyalurkan ketenangan dan juga kekuatan kepada Gerhana.

"Nek," panggil Gerhana, ketika berada di pelukan sang Nenek.

"Iya, sayang," sahut Sulastri.

"Mama, nggak sayang Gerhana, ya? Gerhana nakal ya, Nek. Makanya Mama ninggalin Gerhana?"

Sulastri menatap nanar cucunya, lalu tersenyum. "Enggak sayang, Gerhana nggak nakal, mama juga sayang sama Gerhana. Tapi, memang keadaan yang mengharuskan mama seperti ini. Gerhana jangan berpikir seperti itu lagi ya, sayang!"

"Keadaan yang bagaiman, Nek?" tanya Gerhana dengan polosnya.

"Nanti, kalau Gerhana udah besar, Gerhana pasti akan mngerti." Gerhana mengangguk setelah mendengar ucapan dari sang nenek.

****

Tahun demi tahun berlalu, saat ini Gerhana sudah duduk di kelas 3 SMP, ia salah satu murid berprestasi di sekolahnya, tak heran jika banyak sekali guru yang menyayangi Gerhana karena prestasi dan juga kebaikan hatinya.

Gerhana baru saja menyelesaikan ujian semester akhirnya, saat ini ia tengah berlibur di rumah papa nya.

"Gerhana, kamu mau hadiah apa dari Papa?" ucap Bara, ia ingin memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi karena prestasi Gerhana.

"Pa, kamu apa-apaan sih, pengeluaran kita itu lagi menipis sekarang, kamu malah ingin buang-buang duit memberikan hadiah untuk anakmu!" bisik Sinta, yang masih bisa di dengar Gerhana.

Gerhana yang kala itu sedang bermain dengan kedua adik tirinya, merasa sakit hati sekaligus sedih dengan ucapan Sinta. Namun, sebisa mungkin ia tahan.

"Enggak usah, Pa. Lagian Gerhana juga nggak lagi kepingin apa-apa," jawab Gerhana seraya memperlihatkan senyuman.

"Kamu yakin?"

Gerhana mengangguk. "Iya, Pa."

"Ya udah kali Pah, orang anaknya juga yang nggak mau, ya jangan dipaksa," ucap Sinta menimpali.

Keesokan harinya, Adik Gerhana yang paling kecil dari mama tirinya terjatuh, Gerhana juga tidak tahu kenapa adiknya bisa terjatuh dari sepeda dan menangis. Gerhana kaget dan langsung menghampiri adiknya, ia berniat untuk mengobati tetapi tangannya langsung ditepis oleh Sinta, ia tidak mau jika anaknya di sentuh oleh Gerhana.

PLUVIOPHILE ~SELESAI~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang