Chapter 22

14 4 0
                                    

Saat ini Gerhana tengah berjalan di kedua sisi koridor, begitu banyak masalah yang ia pikirkan saat ini. Gerhana bingung harus bagaimana, ditambah lagi hubungannya dengan Arkana yang saat ini sedang renggang.

"Sampai kapanpun gue enggak akan mau nganggep lo sebagai sodara gue! Karena lo dan nyokap lo itu keluarga gue jadi hancur kayak sekarang! Gue benci sama lo!"

"Lo sama ibu lo itu sama-sama wanita jalang yang suka merusak rumah tangga orang!" maki gadis itu kepada Tara.

Gerhana cukup kaget, ia segera menghampiri Tara yang saat itu hanya diam ketika dirinya dimaki oleh gadis itu.

"Eh, lo apa-apaan, sih!" ucap Gerhana kepada gadis yang tadi memaki Tara.

"Ra, lo juga, kenapa diam aja dikatain kayak gitu," kata Gerhana kepada Tara.

"Siapa lo? Enggak usah ikut campur, deh. Ini urusan gue sama, nih, anak dari wanita jalang!" hardiknya.

"Gue temannya Tara dan gue enggak akan biarin lo ngatain temen gue kayak tadi!" ucap Gerhana.

"Udah, Na. Mending lo pergi aja, enggak usah ikut campur," ucap Tara, ia menatap kedua mata Gerhana yang berada di hadapannya.

Gerhana menggeleng. "Enggak, gue enggak akan biarin lo dikatain kayak gini!"

"Lagian dia siapa, sih, Ra?"

"Gue Septi!" timpal gadis itu.

Gerhana langsung teringat nama itu, ia mengingat jika Tara pernah bercerita tentangnya, berarti gadis ini adalah sodara tiri dari Tara.

"Jadi, ini saudara tiri lo itu, Ra?" tanya Gerhana yang diangguki oleh Tara.

"Jadi lo udah tau," timpal Septi.

"Oh iya, nama lo Gerhana, kan? Kalau enggak salah denger nyokap lo juga perusak hubungan rumah tangga orang, kan?" Septi menatap keduanya dengan tatapan meremehkan.

"Cocok, sih. Sama-sama anak wanita jalang! lanjutnya.

"Kurang ajar lo!" bentak Gerhana emosi, ia tidak suka jika ada yang menghina ibunya.
Jika saja yang ada dihadapannya ini bukan seorang wanita, mungkin sudah Gerhana buat babak belur.

"Septi!" bentak Tara, ia juga tak kalah emosi.

"Lo kalau mau cari masalah sama gue aja! Lo enggak usah bawa-bawa nyokapnya Gerhana dalam masalah kita!"

"Yang gue bilang bener, kok, kalian sama-sama anak dari wanita jalang yang cuma bisanya ngehancurin rumah tangga orang!" ucap Septi penuh penekanan diakhirnya.

"Sialan, ya, lo!"

Satu tangan Tara sudah terangkat, ia ingin segera melayangkan pukulannya tepat di wajah Septi, tapi, sayangnya Gerhana segera mencegahnya.

"Sabar, Ra. Ini masih di sekolah, gue tau apa yang lo rasain, tapi, lo harus bisa menahan emosi lo saat ini," ucap Gerhana.

Tara menghela nafasnya untuk meredakan emosi yang ada di dalam dirinya, kemudian ia menurunkan tangan yang sejak tadi terangkat untuk memukul Septi. Sementara Septi, gadis itu hanya tersenyum smirk.

"Mending sekarang kita ke kelas, lagian bel sekolah bentar lagi bunyi," bujuk Gerhana, kemudian ia mengajak Tara pergi.

Septi melihat kepergian kedua remaja itu dengan senyum sinisnya. "Gue enggak akan biarin hidup lo tenang, Tara!" ucapnya.

****

Sepulang sekolah tadi, Gerhana dan Tara langsung pergi untuk latihan Beladiri, saat ini Gerhana tengah duduk di atas akar pohon besar yang tak jauh dari tempatnya berlatih. Gerhana diam dan merenung, ia masih memikirkan tentang Arkana, bahkan sampai sekarang sahabatnya itu masih belum memaafkannya.

"Gerhana."

Gerhana melihat Kaira yang saat ini berdiri dihadapannya dengan sebotol air minum dan paperbag ditangannya.

"Ini buat lo."

Kaira memberikan minuman yang ia bawa tadi kepada Gerhana, setelah minuman itu benar-benar diterima oleh Gerhana, Kairapun ikut duduk di sebelahnya.

"Lo yang sabar, ya, Na. Gue yakin Arkana marahnya enggak akan lama, cuma untuk saat ini Arkana belum bisa menerima apa yang terjadi sama dia. Lo cuma butuh waktu untuk baikan sama Arkana," kata Kaira, kemudian tersenyum.

"Gue enggak yakin, Kai, karena Arkana enggak pernah semarah ini sama gue sebelumnya dan gue juga sadar apa yang saat ini terjadi sama dia bener-bener hal yang paling menyakitkan buat dia, terlebih lagi semua itu ada sangkut pautnya sama gue. Tapi, semoga aja apa yang lo bilang itu benar, Kai," jawab Gerhana, sementara Kaira hanya mengangguk paham.

"Oh iya, lo ke sini sama Genta?" tanya Gerhana.

"Enggak, gue sendiri."

"Oh iya, Tara mana?" Kaira melihat kesekitar, kemudian ia mendapati Tara yang saat ini tengah berdiri di samping pohon besar yang tak jauh dari mereka.

"Tara, lo ngapain disitu?" Mendengar itu, Gerhana ikut melihat kearah Tara, ia tidak tahu jika Tara berada di sana.

"Tara, ayo, sini," ajak Kaira yang dituruti oleh Tara.

Tara berjalan mendekati keduanya, ia merasa tidak enak karena telah mengganggu keduanya. Sebenarnya Tara sudah sejak tadi ingin menghampiri Gerhana dan memberikan air minum yang ia pegang saat ini, tetapi, Kaira sudah lebih dulu menghampiri Gerhana dan memberikan sebotol air kepadanya.

"Lo kenapa cuma berdiri disitu aja, Ra?" tanya Gerhana.

"Gue sengaja enggak mau gangguin kalian, gue lihat kayaknya kalian lagi asik tadi ngobrolnya," balas Tara.

"Lo apaain, sih. Kayak sama siapa aja, lo, kan, juga temen kita, ya, enggak apa-apa kali kalau mau gabung," jelas Kaira, sementara Tara hanya mengangguk dan tersenyum canggung.

Bagaimanapun Tara merasa tidak enak dan tidak mau mengganggu waktu mereka berdua, terlebih lagi Tara sangat tahu jika Gerhana menyukai Kaira. Ia yakin, jika Kaira bersama Gerhana, pemuda itu akan merasa sedikit tenang.

"Oh, iya, lo bisa tau tempat kita latihan dari mana?" tanya Gerhana, ia baru menyadari hal itu.

"Gue tau dari Tara, tadi sebelum ke sini gue sempat minta sharlok," jawab Kaira yang diangguki Gerhana.

"Gue juga bawa bekal, ni, buat lo, Na. Gue masak sendiri lo," ucap Kaira, ia lalu mengeluarkan sebuah wadah makan dari dalam paperbagnya.

"Lo cicipin, deh, Na. Kira-kira enak enggak?"

Gerhanapun mulai mencicipi makanan yang Kaira bawa untuknya, tidak bisa dipungkiri rasanya memang lezat, ternyata selain cantik Kaira juga jago memasak.

"Rasanya enak, Kai," ucap Gerhana yang berhasil membuat Kaira tersenyum sumringah. Kaira begitu senang ketika Gerhana memuji masakannya.

"Ra, lo juga harus cicipin," kata Gerhana kepada Tara.

"Enggak usah, Na. Lagian, kan, Kaira bikinnya buat lo," tolak Tara dengan halus.

Kaira melihat kearah Tara, ia sampai lupa jika saat ini juga ada Tara, ia jadi merasa tidak enak hati kepada temannya itu.

"Ini juga buat lo, kok, Ra. Jadi, lo juga boleh makan," ucap Kaira tersenyum.

"Enggak apa-apa, kok, Kai. Lagian gue juga udah kenyang, kalau gitu gue pergi dulu, ya," pamit Tara, ia tidak ingin berlama-lama di sana dan mengganggu kebahagiaan mereka.

Sementara Kaira yang masih merasa tidak enak hati kepada Tara, hanya menatap kepergian Tara begitupun dengan Gerhana yang tidak tahu kenapa sikap Tara seakan berubah.

"Apa jangan-jangan Tara marah, ya, sama gue," ucap Kaira.

Gerhana tersenyum dan menatap Kaira. "Enggak, gue yakin Tara enggak marah sama lo, gue tau Tara itu kayak gimana, mungkin saat ini, suasana hatinya lagi enggak baik," jawab Gerhana menenangkan, sementara Kaira hanya mengangguk paham.

PLUVIOPHILE ~SELESAI~ Where stories live. Discover now