Chapter 25

16 2 0
                                    

Tara dengan perlahan melihat kearah Gerhana dan menatap kedua mata Gerhana.

"Maafin gue, Na. Gue enggak tau kenapa perasaan itu tiba-tiba muncul di dalam diri gue."

"Kenapa lo enggak pernah bilang sama gue, Ra?"

Tara tersenyum hambar, "Buat apa gue bilang itu sama lo, karena gue tau bukan gue orangnya, gue tau sejak awal cinta lo itu cuma buat Kaira bukan gue, Na."

"Lo enggak harus balas perasaan gue, kok. Dengan lo bahagia sama pilihan lo aja itu udah bikin gue ngerasain bahagia itu," lanjut Tara dengan senyum diakhirnya.

Kemudian, Tara beralih kepada Genta yang saat ini masih berdiri diam ditempatnya.

"Ta, lo juga harus bisa menerima kenyataan, gue tau lo suka sama Kaira, tapi, lo juga enggak boleh egois. Lo harus menerima kenyataan kalau Kaira sukanya sama Gerhana dan lo juga enggak boleh nyalahin Gerhana atas semua yang terjadi."

"Gerhana enggak salah apa-apa, Ta. Dia enggak bisa nentuin di mana dan sama siapa dia akan jatuh cinta, dan sebaliknya lo juga enggak bisa maksain Kaira untuk suka sama lo, karena cinta itu enggak bisa dipaksain, gue harap lo bisa sadar akan hal itu," jelas Tara kemudian ia pergi meninggalkan keduanya.

Sementara Genta dan Gerhana masih diam, mereka berdua masih bertarung dengan pikirannya masing-masing. Genta yang memikirkan semua ucapan Tara yang memang ada benarnya dan Gerhana yang berusaha meyakinkan dirinya tentang semua perasaannya.

****

Gerhana duduk termenung di tepi jendela kamarnya, ia menatap kearah langit yang saat ini sedikit mendung, ia memikirkan semua masalah yang akhir-akhir ini menimpanya, Arkana yang masih belum bisa memaafkannya, Kaira yang menjauhinya setelah tahu tentang semua video itu, Tara yang tidak ada kabar, serta Genta yang ikut membenci dirinya.

"Gerhana, ayo, makan, Nak. Mama udah siapin makan siang," ucap Luna kepada Gerhana.

Saat ini, Luna dan Gala memang tinggal bersama Gerhana di rumah peninggalan neneknya Gerhana sekaligus ibu dari Luna. Luna memutuskan untuk tinggal bersama anaknya dan ia berjanji akan berusaha meminta maaf kepada Arkana atas perbuatannya, Luna juga berharap jika suatu saat Arkana bisa memaafkan dan menerima dirinya.

"Kamu yang sabar, ya, sayang. Mama yakin hubungan kamu sama teman-teman kamu akan segera membaik," ujar Luna menenangkan, ia tahu jika anaknya saat ini tengah bersedih.

Gerhana menghela nafas dan memeluk hangat tangan Luna, setidaknya dibalik masalahnya saat ini, ia bersyukur karena sudah dipertemukan kembali dengan Luna dan Gala adiknya, seseorang yang telah lama ia rindukan selama ini.

"Makasih, ya. Ma," ucap Gerhana yang dibalas anggukan oleh Luna, kemudian Luna mengelus puncak rambut Gerhana dengan sayang.

"Oh, iya, gimana sepatu yang waktu itu Mama kasih, pas enggak ukurannya sama kamu?" tanya Luna.

"Jadi, orang misterius yang ngirimin sepatu itu Mama?"

Luna mengangguk dan tersenyum. "Maafin Mama, ya, sayang. Saat itu Mama masih belum siap untuk ketemu kamu, makanya Mama diam-diam ngasih hadiah sepatu itu buat kamu," jelas Luna.

"Tapi, kok, Mama bisa tau kalau Gerhana suka banget sama sepatu itu? Bukannya yang tau kalau Gerhana suka sama sepatu itu cuma Nenek."

"Waktu itu, Nenek sempat nulis keinginan kamu yang pengen punya sepatu itu lewat surat, sayangnya, waktu itu Mama belum punya cukup uang untuk beliin sepatu itu, dari situ Mama nabung dan Mama kumpulin uang Mama untuk beliin sepatu yang kamu suka itu, karena Mama enggak mau minta sama Suami Mama, Mama pengen ngebahagiain anak Mama dari hasil uang Mama sendiri," jelas Luna dengan senyum diakhirnya.

Gerhana terharu dan langsung memeluk Luna. "Yaudah, kalau gitu, ayo, makan, kasian Gala udah nungguin dari tadi," ajak Luna yang diangguki oleh Gerhana.

****

Saat ini, Gerhana tengah menunggu kedatangan Tara di halte bus yang tak jauh dari rumahnya. Setelah makan siang tadi, Tara tiba-tiba menelponnya dan ia berkata ada sesuatu yang ingin ia katakan.

"Gerhana," panggil Tara, sementara Gerhana tersenyum melihat kedatangan Tara yang sudah sejak tadi ia tunggu.

"Lo udah lama?"

"Enggak, kok, gue juga baru sampai, btw lo mau ngomong apa?" tanya Gerhana to the point.

"Gue udah tau siapa yang nyebarin video itu, ternyata itu semua ulahnya Septi sama Arkana," ujar Tara.

"Arkana?" Gerhana kaget, ia tidak menyangka jika Arkana akan bertindak sejauh ini.

"Iya, Arkana sama Septi bekerja sama ngelakuin semua itu karena mereka mau balas dendam,"

Gerhana tidak habis pikir, bisa-bisanya Arkana melakukan hal itu kepadanya. Sebesar itukah kebencian Arkana terhadapnya saat ini?

"Gerhana, awas!" Tara langsung mendorong tubuh Gerhana ketika ada pria bertopeng tidak dikenal ingin menusukkan sebilah pisau ke arah Gerhana.

"Tara!"

Gerhana langsung meraih tubuh Tara yang saat ini sudah tidak berdaya, pisau tadi berhasil menusuk perut Tara dan melukainya.

Sementara Pria bertopeng yang melihat jika dirinya salah sasaran, ingin segera pergi dari sana dan untungnya Gerhana yang melihat itu langsung sigap menendang belakang pria itu hingga membuatnya tersungkur.

Gerhana berhasil melumpuhkan pria bertopeng itu dan membuka topengnya.
Gerhana kaget ketika melihat wajah dari pria itu.

"Arkana," panggil Gerhana.

Sementara warga semakin ramai yang  datang, setelah mendengar pertikaian tadi dan menolong Tara yang saat ini mungkin sudah tidak sadarkan diri.

"Hei, kalian! Siapa yang sudah menyelakai gadis ini?" ujar salah satu warga ketika melihat kedua remaja yang berada di sekitar sana.

"Saya, Pak," ucap Gerhana sembari mengangkat tangannya, sementara Arkana kaget mendengar pernyataan dari Gerhana, ia tidak menyangka jika Gerhana akan melakukan hal ini.

"Saya yang udah nyelakain dia dengan pisau ini."

Gerhana memperlihatkan sebilah pisau dengan noda darah diujungnya, pisau itu ia cabut dari perut Tara ketika Arkana berhasil menusukannya diperut Tara, meskipun ia tahu jika target sebenarnya adalah dirinya.

"Ayo, tangkap dia!" ujar seorang warga, sementara warga yang lainnya sudah menelepon polisi dan membawa Tara ke rumah sakit.

Tidak butuh waktu lama, polisipun tiba. Polisi memborgol kedua tangan Gerhana dan membawanya ke kantor polisi.
Sementara Arkana, ia ikut ke kantor polisi untuk menjadi saksi.

Ketika berada di kantor polisi, Arkana meminta kepada polisi untuk berbicara kepada Gerhana, setelah mendapat izin, kini Arkana diperbolehkan untuk mengobrol dengan Gerhana.

Dibalik jeruji besi sebagai pembatas diantara mereka, Arkana yang sama sekali tidak menyangka jika Gerhana akan melakukan ini kepadanya sangat menyesal, ia menyesal karena telah berusaha untuk membunuh sahabatnya itu.

"Na, lo kenapa ngelakuin semua ini? Seharusnya yang dipenjara itu gue, bukan lo, Na," ujar Arkana, ia menyesali semua perbuatannya.

PLUVIOPHILE ~SELESAI~ Donde viven las historias. Descúbrelo ahora