Chapter 19

11 3 5
                                    

"Gerhana, gue senang akhirnya lo juga ikutan makrab," ucap Kaira kepada Gerhana yang baru saja sampai bersama dengan Genta dan juga Arkana.

"Gue, kan, udah bilang sama lo, Kai. Kalau Gerhana itu pasti ikut," balas Genta, sementara Gerhana hanya tersenyum kikuk.

Gerhana meraba sakunya dan mengambil ponselnya yang berdering. "Gue angkat telepon dulu, ya," pamit Gerhana.

Kemudian ia mengangkat panggilan yang ternyata dari Papanya.

"Iya, kenapa, Pa?"

"Enggak, Papa cuma mau nanyain kabar kamu aja," ucap Bara dari balik telepon.

"Gerhana baik kok, Pa. Oh iya, makasih, ya, Pa, karena Papa Gerhana jadi bisa ikut acara MAKRAB sekolah."

Bara bingung dengan arah pembicaraan Gerhana, apa yang dimaksud dengan putra sulungnya itu, Terima kasih untuk apa?

"Maksud kamu apa, Na? Papa aja nggak tahu kalau kamu ada acara MAKRAB di sekolah." Gerhana kaget, berarti yang membayar uang MAKRAB-Nya bukan Papanya, lantas siapa yang membayarnya? Gerhana jadi bingung sekaligus penasaran.

"Hello, Gerhana kamu masih di sana, kan?"

"Iya, Pa," balas Gerhana.

"Yasudah, kalau gitu Papa matiin teleponnya, ya." Kemudian panggilanpun terputus.

Gerhana terdiam, dirinya masih memikirkan siapa orang yang sudah membayar uang MAKRAB-Nya itu.

"Lo kenapa, Na?" Arkana menyenggol bahu Gerhana hingga membuatnya sadar dari lamunan.

"Iya, nih, lo kenapa bengong gitu?" tambah Genta.

"Gue bingung, kira-kira siapa, ya, yang udah bayarin uang MAKRAB gue, padahal gue pikir Papa gue yang bayarin, ternyata dia aja nggak tahu kalau gue ada acara MAKRAB di sekolah," jelas Gerhana.

"Yaiyalah Papa lo nggak tahu, orang yang bayarin lo aja, sih, Tara, kok," ucap Arkana, sedetik kemudian lelaki itu langsung menutup mulutnya.

Sementara saat ini, Genta sudah melayangkan tatapan tajamnya kepada Arkana, mulut temannya itu benar-benar lemes seperti wanita.

"Jadi, maksud lo yang bayarin uang MAKRAB gue itu, Tara?" Gerhana memastikan dan meminta jawaban kepada kedua temannya.

Sementara Arkana dan juga Genta hanya diam, melihat kedua temannya diam, yang menandakan berarti itu memang benar adanya, Gerhanapun langsung ingin beranjak dan pergi menemui Tara.

"Tunggu, Na," ucap Genta kepada Gerhana.

"Memang bener yang dikatan Arkana, Tara yang udah bayarin uang MAKRAB lo. Tapi, dia ngelakuin itu cuma buat bantuin lo, kok, nggak lebih," jelas Genta.

Gerhana diam dan tetap melanjutkan tujuannya untuk menemui Tara, ia mencari-cari keseluruh tempat dan akhirnya ia menemukan Tara yang saat ini sedang membantu anak-anak lainnya  mempersiapkan makanan untuk makan malam. Acara MAKRAB tahun ini dilaksanan di sebuah penginapan yang berlatar belakang rumah daerah, jadi wajar jika di sana banyak bangunan rumah yang terbuat dari kayu dan menyerupai rumah panggung.

"Tara, boleh ikut gue sebentar, gue mau ngomong sesuatu," ucap Gerhana yang diangguki oleh Tara.

Kemudian, kedua remaja itu pergi dan berjalan agak menjauh dari tempat diadakannya MAKRAB. Mereka memilih duduk di batu besar pinggir danau, seakan memilih tempat yang tepat, mereka berdua seperti sepasang kekasih yang tengah memadu kasih, bahkan sinar rembulan yang tampak indah malam ini turut menyertai mereka berdua.

"Lo mau ngomong apa, Na?" tanya Tara to the points.

"Makasih, udah bayarin uang MAKRAB gue." Tara sedikit kaget mendengar itu, ia pikir Gerhana akan marah karena mengetahui hal itu.

"Lo pasti tahu dari Arkana sama Genta, kan?"

Gerhana mengangguk. "Tadi, Arkana nggak sengaja keceplosan," jelas Gerhana.

Sementara Tara hanya tersenyum kikuk," Iya, kayaknya, sih, Arkana emang agak lemes, ya, mulutnya," ucapnya.

"Tapi, lo kok nggak marah gue bantuin lo, biasanya, kan, lo sering marah-marah ke gue kalau gue bantuin lo," jelas Tara, ia jadi bingung dengan sikap pemuda itu.

Arkana tersenyum, ia gemas dengan sikap Tara yang seperti ini, " Ngapain gue marah,  justru gue jadi nggak enak sama lo. Tapi, nanti kalau gue udah ada uang, gue janji bakalan ganti."

"Nggak usah di ganti," tolak Tara.

"Enggak-enggak, pokoknya gue harus ganti duit lo itu," tolak Gerhana dengan tegas.

"Yaudah gina aja, gimana kalau lo traktir gue makan sebagai gantinya?" saran Tara, ia yakin jika Gerhana pasti akan tetap kekeh untuk mengembalikan uang itu.

Gerhana berpikir sejenak, kemudian ia menerima tawaran itu, "Yaudah, iya, deh."

"Ra, gue mau nanya sesuatu lagi, nih." Jujur saja ia masih penasaran, kenapa Tara tiba-tiba bisa membayarkan uang MAKRAB-Nya, padahal tidak ada satu orangpun yang tahu jika dirinya tidak memiliki uang untuk membayar uang MAKRAB itu.

"Iya, mau nanya apa lagi, Na?"

"Gue penasaran, kenapa lo tiba-tiba mau bayarin uang MAKRAB gue, padahal, kan, gue nggak pernah bilang kalau gue nggak bisa bayar uang MAKRAB itu."

Tara terdiam, ia menjadi tidak enak untuk mengatakan yang sejujurnya, jika dirinya tidak sengaja melihat notif chat dari ibu tirinya Gerhana.

"Jadi gini, Na. Sebelumnya gue minta maaf, waktu di UKS, gue nggak sengaja liat notif di ponsel lo, dan gue liat semua isi chat lo sama Papa lo, waktu itu yang bales chat lo itu Mama tiri lo, gue kesel sama kata-katanya yang nyuruh lo buat nggak minta uang lagi ke Papa lo, karena sekarang Papa lo itu udah punya keluarga sendiri dan harus menghidupi keluarganya juga. Karena gue nggak mau lo sampai baca pesan itu, jadi gue hapus aja pesannya," jelas Tara.

"Maafin gue, ya. Na."

Sementara Gerhana, pemuda itu hanya diam, pantas saja pesannya cuma diread dan tidak ada balasan dari Papanya, ternyata saat itu Mama tirinya yang sedang memegang ponsel Papanya.

"Na, lo nggak apa-apa, kan?" tanya Tara, ia khawatir karena Gerhana hanya diam.

"Iya, gue nggak apa-apa," balas Gerhana.

"Lo mau, kan, maafin gue?" Gerhana mengangguk dan tersenyum kepada Tara.

"Gerhana!" Panggilan itu mengalihkan atensi kedua remaja itu, mereka melihat Genta yang saat ini berdiri di belakang mereka.

"Kenapa, Ta?"

"Kita, harus susulin Arkana ke rumah sakit, ibunya Arkana meninggal," jelas Genta, tentu saja kabar duka itu membuat Gerhana dan juga Tara kaget, selama ini, memang Mamanya Arkana tengah di rawat di rumah sakit, karena Mamanya Arkana terlalu stres memikirkan keluarganya yang saat ini tengah berantakan akibat suaminya yang memiliki istri simpanan.

"Innalilahi wainailaihi rojiun," ucap Gerhana dan Tara bersamaan.

"Ayo, Ta, kita harus ke rumah sakit, gue yakin, Arkana pasti sangat terpukul atas kepergian Mamanya," ajak Gerhana.

"Gue juga ikut," timpal Tara yang diangguki keduanya.

Merekapun bergegas pergi ke rumah sakit, sampainya di sana, Gerhana kaget melihat wanita paruh bayah yang saat ini sedang duduk di kursi rumah sakit.

"Na, ayo, ruangannya di sini," ucap Genta menunjuk ke ruangan yang di mana wanita paruh baya itu sedang duduk di depan ruangan itu saat ini.

Gerhana berjalan perlahan, sementara Genta sudah masuk duluan ke dalam ruangan itu.

"Na, lo kenapa?" tanya Tara yang melihat gerak-gerik Gerhana yang tampak aneh.

"Mama!" panggil Gerhana, ketika ia melihat dan memastikan dengan jelas wajah wanita paruh bayah itu.

PLUVIOPHILE ~SELESAI~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang