DEORANTA | [33. Penolakan]

Start from the beginning
                                    

"Enggak kok! Aku ke sini itu mau bertemu dengan Tante Reni," jelas dara dengan menekan nama mamanya untuk menjelaskan semuanya.

Dan dara pikir Deo mengerti dengan semua itu.

Wajah sumringah Deo langsung memudar setelah mendengar perkataan dara bahwa dia ke sini untuk menemui mamanya."Oh, apa kamu sudah bertemu dengan mama?" Tanyanya sedikit kikuk tak seperti tadi saat dia melihat dara berada di kantornya. Padahal dia sangat senang saat melihatnya dan berfikir dia akan menemuinya, namun nyatanya itu hanya kehaluannya yang mungkin tak akan pernah terjadi.

"Sudah kok!" Balasnya di buat sesantai mungkin.

Deo hanya ber oh ria karena tak tahu apa yang harus di lakukannya saat ini dengan keadaan yang terasa begitu mencekam.

"Kalau begitu aku mau pergi dulu!" Pamitnya saat tak ada lagi pembicaraan dari mereka berdua.

Deo hanya bisa mengangguk."Iya!"

Dara langsung pergi begitu saja meninggalkan Deo yang terdiam menatap kepergiannya.

Namun tanpa di sadari Deo malah kembali memanggil namanya."Ra!"

Deo merutuki kecerobohannya yang memanggil nama dara, dia memejamkan kedua matanya menyesal karena telah melakukan kesalahan yang seharusnya tidak di lakukannya.

Apalagi saat dara menoleh ke arahnya dengan tatapan bingungnya membuat Deo kebingungan apa yang harus di katakannya saat ini.

"Iya!"

"Hati-hati ya dan jaga diri kamu baik-baik di luar sana," ungkapnya memberi peringatan pada dara untuk selalu waspada saat sendirian di luar.

"Iya!" Balas dara dengan senyuman manisnya, lalu dia berbalik pergi meninggalkan kantor Deo.

Setelah kepergian dara. Deo berjalan ke arah ruangannya, namun malah berpapasan dengan mamanya di sana.

"Sayang... nanti temenin mama keluar sebentar ya," ujar mamanya yang kini sudah berada di depannya.

"Kemana?" Tanya Deo heran, pasalnya mamanya ini tidak pernah minta di anterin kemanapun dia pergi, tetapi kenapa hari ini terlihat begitu aneh.

"Ya kemana saja lah! Jarang loh ya, mama minta bantuan kamu?" Jelasnya santai.

"Iya juga sih!" Pikir Deo."emangnya mama mau kemana?" Tanyanya penasaran.

Sang mama terkekeh mengacak pelan rambut Deo."Rahasia!" Balasnya membuat Deo penasaran."Yang penting kamu turutin semua permintaan mama malam ini," lanjutnya lalu pergi meninggalkan deo yang terdiam memikirkan keanehan mamanya.

"Siap bos!" Teriak Deo menatap sang mama yang kini menoleh dengan tersenyum senang ke arahnya meski hanya sekilas.

*****

Dara mencari taksi karena hari ini ada kabar bahagia, keadaan mama dan papanya sudah mulai stabil meski belum menunjukkan tanda-tanda sadar dari komanya.

Dia merasa bahagia setelah mendapat kabar dari dokter Alan. Sehingga rencananya, malam ini dia berniat untuk melihat keadaan mereka secara langsung untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya.

Sebuah taksi berhenti di hadapannya. Dara langsung memasuki taksi itu dan duduk di kursi penumpang setelah mengucapkan tujuan yang akan di datanginya.

"Pak ke rumah sakit harapan indah."

Sopir taksi itu mengangguk mengerti.

Dara mulai menyadarkan punggung lelahnya setelah seharian berlatih, hingga tanpa sadar dia tertidur pulas dan tak sadar bahwa dia akan di bawa ke suatu tempat terpencil.

Dan untunglah dara merasa aneh dengan jalanan yang terasa berbeda setiap kali di lewati ke arah rumah sakit. Kedua matanya langsung terbuka lebar dan menatap ke arah jalanan lika liku yang terlihat gelap gulita tanpa ada pencahayaan sedikit pun.

Dimana ini?

Aku mau di bawa kemana?

Dara mencoba bersikap tegar dan pura-pura tak tahu dengan apa yang terjadi saat ini. Baginya berontak sekarang juga tak ada gunanya di tempat seperti ini, nanti yang ada akan membahayakan dirinya sendiri.

Dara menatap sopir itu yang saat ini sedang membuka ponselnya.

Dia menatap menelisik di daerah ini tanpa ada kecurigaan oleh sopir tersebut. Dalam batin dara terus berdoa supaya bisa selamat dari situasi seperti ini.

Apa yang harus di lakukannya sekarang?

Dan untunglah mobil itu memasuki area perkotaan yang banyak lalu lalang kendaraan. Keringat dingin mulai bercucuran di tubuh dara, dia kebingungan harus gimana menghadapi situasi seperti ini. Apalagi terdengar suara pria itu yang begitu menakutkan kini sedang berbicara dengan temannya.

Dara meringis kesakitan saat kepalanya tiba-tiba terbentur kursi kemudi. Dia sedikit mendongak untuk melihat situasi di sekitar, dara bernafas lega saat mobil itu berhenti di antara mobil-mobil lainya yang sedang menunggu lampu hijau.

Tangan dara berusaha memegang pintu mobil untuk membukanya secara perlahan. Namun dia tak bisa melakukanya, dara mencoba membuka pintu berkali-kali dan ingin segera pergi dari sini.

Dengan satu kali tarikan pintu mobil itu terbuka, dengan cepat dara keluar dari mobil tanpa ketahuan sopir itu.

Namun, suara klakson dari beberapa mobil membuat sopir itu menyadari akan kepergiannya dari dalam mobil taksi itu.

Dara berlari secepat mungkin, namun ada dua orang pria yang menggunakan kulit jaket warna hitam kini sedang menghadangnya dan mencekal kuat tangannya.

"Sakit! Siapa kalian, kenapa kalian melakukan ini semua kepadaku," lirih dara berusaha memberontak."Apa salah ku pada kalian hingga membuat ku seperti ini?" Teriaknya meronta-ronta di pelukan pria itu yang berusaha mengajaknya pergi dari keramaian ini, sebelum di curiga oleh banyak orang sekitar.

"Diam kamu! Atau saya akan membuatmu menderita dan habis di tangan ku." Teriak pria itu dengan seringaian yang terlihat begitu menakutkan.

Dara menangis sejadi-jadinya, dan untunglah kedua matanya tak sengaja melihat Deo yang kini sedang berada di kejauhan bersama mamanya.
Dengan gerakan yang di buat sekuat tenaga, dara menendang lutut pria itu hingga meringis kesakitan.

Setelah cekalan di tangannya terlepas dara langsung berlari mencoba untuk meminta pertolongan kepada Deo dari pria-pria penjahat itu yang sudah mulai mengejarnya.

"Deo!"

"Deo!" Teriak dara memanggil-manggil nama pria itu yang saat ini sedang menemani mamanya membeli sesuatu di pinggir jalan.

Sedangkan pria yang sejak tadi di panggilnya sibuk menemani mamanya memilih barang kesukaannya.

"Mama ini gimana sih! Beli barang beginian saja harus ke Depok, apa di Jakarta tidak ada?" Tanya Deo kesal terhadap mamanya.

"Ada sih, cuma modelnya lebih banyak di sini sayang... Ya, sesekali lah ajak kamu jalan-jalan malam hari di kota orang," jelas mamanya terkekeh setelah mendengar pertanyaan.

"Ya, nggak gini juga lah!" Deo benar-benar merasa sebal dan kesal dengan tingkah laku aneh mamanya.

Pria itu menjauh dari sang mama yang sibuk memilih barang keinginannya dan dia lebih memilih melihat beberapa penjual yang sedang ramai di padati pengunjung.

Samar-samar Deo mendengar suara seperti ada yang memanggil-manggil namanya. Bahkan suara itu terasa tak asing di telinganya.

Siapa dia?

Deo berjalan beberapa langkah dan melingak-lingukkan kepalanya mencari suara itu berasal, meski keadaan di sekitar begitu ramai dan bising.

DEORANTAWhere stories live. Discover now