Episode 1: 5 Tahun Berlalu

116 4 0
                                    

"Permisi, Pak. Apa saya bisa masuk?" tanya seorang pria yang memegang berkas ditangannya, sambil mengetuk pintu dengan tangan kanannya.

"Masuklah," jawab dengan nada datar, dan pria tersebut langsung masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Pak, saya mau mengantarkan berkas yang Bapak suruh tadi," ucap yang ternyata pria tersebut adalah karyawan.

"Terima kasih banyak, kalau begitu kau bisa kembali ke pekerjaanmu," jawab si bos.

"Baik, Pak. Tapi kelihatannya Bapak tidak enak badan. Soalnya wajah Bapak pucat dari tadi. Apa Bapak sakit?" tanya karyawannya sambil menaikkan kedua alisnya.

"Tidak, saya bisa menjaga diri saya. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu," jawab si bos.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu, mari, Pak," menundukkan kepalanya, dan langsung keluar dari ruangan tersebut.

"Di mana kamu sekarang. Saya terus memikirkan dirimu. Apa kamu baik-baik saja di sana," ucap kata-kata yang begitu tulus dari bibirnya dan terus menatap ke arah bingkai foto yang tepat berada dihadapannya.

"Seharusnya kamu jangan pergi, agar aku bisa menjelaskan semuanya kepada kamu. Sudah 5 tahun saya mencari keberadaan dirimu, tapi tidak pernah ada yang tahu dimana kamu. Maafkan saya," menundukkan kepalanya dan terlihat dari wajahnya penyesalan.

Pria yang terus meringkup lemas dan seperti tidak ada semangat hidup, ia adalah Agam Mahendra, seorang pria yang sangat dihormati, karena memiliki perusahaan terbesar di Indonesia. Sekarang ia seperti tidak mempunyai kekuatan, karena sebuah masalah yang terjadi dengannya.

Saat Agam Mahendra sedang menyadari kesalahannya. Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kembali, "masuklah," ucap Agam menatap ke arah pintu dan yang masuk adalah karyawan lainnya, dengan membawa dokumen.

"Ada apa?" tanyanya menatap ke wajah karyawan pria yang bernama Nick.

"Ini, Pak. Kata Bapak beberapa hari yang lalu, mau mengajukan kerjasama dengan perusahaan yang ada di Inggris, dan kabar baiknya, Bos mereka mau menerima ajakan kerjasama kita. Lalu mereka memerintahkan kita untuk datang langsung ke Perusahaan Inggris. Bagaimana menurut anda, Pak," jawab jelas Nick sambil memberikan dokumen ajakan kerjasama kepada Agam.

Agam pun mengambilnya, lalu melihat dokumen tersebut, "kalau itu membawa dampak baik bagi perusahaan kita, tentu kita harus menuruti ucapan mereka. Kalau begitu, besok siapkan tiketnya dan kaulah sekretaris yang saya percayai. Kalau sudah beres, hubungi saya besok. Kau bisa kembali ke pekerjaanmu," sahut Agam dengan wajah yang begitu datar dan mengembalikan dokumen tersebut kepada Nick.

"Baik, Pak, saya permisi," membawa dokumen tersebut, dan langsung keluar dari ruangan pribadi Agam.

Sore pun tiba, di mana Agam pulang awal, dan ia tidak mengendarai mobilnya, namun berjalan kaki menuju rumahnya yang sedikit jauh dari perusahaan. Tiba-tiba saja matanya terbuka lebar-lebar, dan ia berhenti berjalan.

"Itu, itu dia. Iya, itu dia. Akhirnya aku menemukanmu," lari Agam menuju ke arah seorang wanita dan ia menepuk pundak wanita tersebut.

"Yas," saat mau berkata, wanita tersebut langsung berbalik badan, dan wanita tersebut bukan yang dirindukan Agam.

"Eh, iya Mas, ada apa ya?" tanya wanita tersebut sambil menaikkan alisnya, dan sedikit bingung.

"Dia bukan wanita yang ku cari. Maafkan saya, saya salah orang," jawab Agam sambil menundukkan kepalanya, dan kembali menaikkan kepalanya untuk menatap wajah wanita tersebut.

"Tidak apa-apa, Mas. Kalau begitu saya duluan," ucap wanita tersebut kembali berjalan dan meninggalkan Agam yang melamun dan seperti tidak ada arah.

Agam membayangkan wanita tersebut adalah orang yang ia cari, "Om tampan, mari kita cepat, nanti keburu ketinggalan diskonnya," ujar wanita yang dirindukan Agam, dan ia hanya bisa membayangkannya di masa lalu.

Agam pun menundukkan kepalanya, "saya benar-benar merindukanmu. Di mana kamu sekarang," merasa sangat bersalah, dan ia pun meneteskan air matanya.

Sore pun berlalu, dan tibalah malam, di mana Agam sudah pulang dan juga sudah mandi. Ia sedang duduk di ruang tamu, sambil melamun kembali.

"Saya sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini. Ibu sudah meninggal karena benturan kepalanya yang terlalu keras mengenai tanah. Dan orang yang paling aku cintai kini telah pergi meninggalkanku, dan tidak pernah mengabariku selama ini. Untuk apa memiliki banyak harta dan kekayaan, namun tidak ada cinta. Saya hanya membutuhkan cinta dan kasih sayang. Namun semua itu telah pergi, dan kini hanya ada masa depan yang penuh dengan pekerjaan," curhat Agam dengan dirinya sendiri, sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Agam pun kembali membuka tangannya dan menatap ke atas, "di mana kamu sekarang ya. Apa yang sedang kamu lakukan di sana. Saya benar-benar merindukanmu. Maafkan atas segala kesalahan saya. Saya benar-benar harus meminta maaf kepada dirimu. Ya Tuhan, pertemukanlah saya dengan dia, Tuhan. Saya benar-benar membutuhkannya. Tolong bantulah diriku, Tuhan," berdoa dan memasang ekspresi sedih dan menyesal.

"Lebih baik aku makan saja, untuk menghilangkan kerinduanku kepadanya. Walaupun aku tidak selera makan, aku harus tetap makan. Karena dia pernah berkata, kalau aku lebih tampan ketika aku sedang makan. Dia begitu menggemaskan," tersenyum tipis sejenak, dan menuju meja makan untuk membuat makan malam bagi dirinya sendiri.

"Saya akan membuat makanan kesukaan dirinya. Kami sama-sama menyukai makanan ini," memulai memasak sambil membayangkan masa lalunya dengan seseorang yang begitu ia cintai dan mengenang kembali masa di mana ia bersama Ibunya dan orang yang ia cintai.

Setelah beberapa menit, Agam pun selesai membuat makan malam, dan ia pun langsung duduk di kursi lalu menatap makanan yang sudah ia buat, dan membuatnya kembali membayangkan masa-masa dulu.

Agam yang membayangkan, sontak meneteskan air matanya, karena kerinduan yang tidak bisa ia uraikan kepada siapapun, "saya tidak sanggup memakannya. Saya benar-benar merindukan kalian berdua. Bu, dan kamu. Andai kalian ada di sini, mungkin saya tidak akan seperti ini."

"Saya harus memakan makanan ini. Saya tidak mau membuat dia cemas di sana," mulai memakan makanan buatannya sendiri.

Setelah makan malam berakhir. Agam pun masuk ke dalam kamar, dan segera berbaring di atas tempat tidur, sambil menatap bingkai foto seorang wanita yang begitu ia rindukan.

"Di sini kamu begitu cantik ya, senyuman kamu, wajah kamu, dan tentunya mata kamu yang begitu indah, hingga membuatku begitu merindukanmu," cerita dengan dirinya sendiri.

"Entah di mana kamu sekarang. Apakah kamu sudah menikah dan memiliki banyak anak. Mungkin seperti itu, karena kamu adalah wanita yang begitu cantik dan pasti akan banyak pria yang tertarik denganmu. Walaupun kamu sudah menikah dan memiliki anak, saya tetap harus bertemu denganmu, untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah saya buat kepada dirimu. Saya mohon, Tuhan, bantulah saya untuk bertemu dengannya. Saya mohon pertemukan kami berdua," kembali memohon kepada Tuhan dan ia pun memeluk bingkai foto tersebut dengan bingkai foto Ibunya juga.

Keesokan paginya, di mana Agam sudah bangun dan sedang mengemasi kopernya dengan rapi dan ia memasukkan sebuah barang yang begitu berharga bagi dirinya.

Om Tampan, Nikah YukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang