Pov Sara ( bag 2)

79 35 60
                                    


Pov Sara

"Kamu semalam tidur nyenyak sekali, mimpi apa kamu?"tanya Mas Ferry berbalut seragam kantor itu memulai obrolan pagi sambil sarapan.

"Aku kecapekan mas, tau sendiri semua dikerjakan sendiri. Coba ada Art,"keluhku sembari menyiapkan bekal buat Niken.

"Aku nanya mimpi apa kamu?Mas Ferry mengulang pertanyaan yang menurutku sangat aneh.

"Huff! Emang sepenting itu? Aku sudah lupa, mas, "kataku kesal, bukannya memberi perhatian padaku yang lelah jadi ibu rumah tangga malah bertanya hal yang tak penting.

"Pa, Niken juga mimpi indah," Niken menimpali, tersenyum lebar. Anak perempuanku duduk di sebelah ayahnya sudah berpakaian seragam merah putih dengan rapi.

Mas Ferry mengelus kepala Niken dan berkata, "Pasti mimpimu indah tapi sepertinya mimpi mamamu lebih indah, benar begitu, mamanya Niken?"

Mas Ferry menatapku dengan senyum sinis. Aku yang berdiri di hadapannya mengernyitkan dahi heran, sejak kapan mas Ferry tertarik dengan mimpi?

Entah apa maksudnya, aku malas menimpali, aku memilih sibuk dengan bekal Niken, memasukan ke tas sekolahnya dan botol minumnya tak ketinggalan.

"Niken, yo cepat habiskan sarapannya, bentar lagi jemputan sekolah tiba."

"Yah, ma.. "Niken menyelesaikan minum susu dan suapan terakhir rotinya.

" Niken.. Jadi anak yang baik yah.. Jadi anak yang punya akhlak, ingat pesan papa,"nasehat Mas Ferry tapi entah mengapa lirikan matanya menghujam mataku.

"Ya, pa.. Niken pasti jadi anak kebanggaan papa, juara satu," Niken menunjukkan telunjuknya.

"Hmm, lupa sama mama Niken?"godaku.

Niken tertawa lalu katanya, "Ga dong,ma..
Niken kan mau jadi dokter, buat papa dan mama bangga."

"Iya sayang.. Jadi apapun mama bangga sama kamu, "senyumku.

"Asal ga jadi sugar baby.. " Celetuk mas Ferry membuatku kaget.

"Masss...?!" Protesku mengeraskan rahang.. Apa sih maunya?

Niken melongo, bingung pasti.

"Pa.apa sugar baby itu?"

"Papa.hanya bercanda sayang , yuk siap-siap, bentar lagi datang mobil jemputan," Kataku sambil meraih tas bekal Niken.

Tin tin.
Klakson mobil jemputan. Benar saja datang tepat waktu.

"Yuk, Salim sama papa, dulu," Aku ingatkan Niken.

Setelah salim, aku mengantar Niken sampai di depan pagar rumah.

"Daag.. Mama.. "Niken melambaikan tangan sesudah  di dalam mobil. Ku Balas dengan lambaian tangan juga.

Baru sebulan ini Niken ikut antar jemput sekolah sebab aku merasa kerepotan antar jemput lagipula aku harus jualan baju lagi sejak aku di cuekin sama mas Erwin, pria lain di hatiku.

Aku melangkah masuk mendapati mas Ferry masih duduk bersandar di kursi makan. Dia menghirup kopi buatanku, satu batang rokok terjepit diantara  jari telunjuk dan jari tengah kirinya. Kebiasaannya minum kopi sambil merokok.

"Apa maksud ucapan mas tadi? Kenapa ngawur begitu omongan nya di depan Niken? " Kataku tak suka setelah menhenyakkan bobot tubuh di kursi makan, duduk berhadapan dengan mas Ferry

Mas Ferry menaikkan sudut bibirnya. Asap rokok mengepul dari mulutnya setelah dihirupnya lalu dimatikannya api batang rokok itu di asbak. Aku sabar menanti penjelasannya.

Di Ujung Senja Bersamamu जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें