Kesabaran diuji

65 29 138
                                    

"Kamu masih cinta suamimu'kan?" tanya Ella pada wanita yang sedang mengaduk adonan kue. Mereka terlibat pembicaraan serius tapi santai sembari membuat kue bolu sifon coklat di dapurnya Ella.

Netycia, demikan nama wanita itu tidak langsung menjawab. Helaan napas yang berat adalah respon pertamanya.

Ella tidak mendesak sahabatnya ini menjawab pertanyaannya. Dia membiarkan Nety, nama kecil Netycia melakukan pekerjaannya sedangkan dia sendiri membantu menimbang bahan-bahan kue.

"Dua puluh lima tahun.... " Desah Nety seraya menuangkan adonan itu ke dalam loyang.

Ella melirik wanita yang berbalut kaos Mango itu menarik napas dalam serasa beban di dadanya begitu berat.

"Bukan waktu yang singkat yah, Ell.. "Ujar Nety sambil meraih spatula di atas meja, dengan benda itu dia mengeluarkan sisa-sisa adonan di baskom ke dalam loyang persegi.

"Tak pernah terpikirkan olehku, suamiku akan mendua hati.. .. " Lanjut Nety, kali ini dia meraih bahan-bahan kue yang sudah ditimbang Ella untuk membuat kue bolu sifon lagi dengan tambahan parutan keju.

Ella hanya tersenyum getir. Dia sebagai sesama wanita mengerti sekali sakitnya dikhianati apalagi dia sudah pernah mengalaminya.

"Tapi kamu masih cinta suamimu kan, Net?"Ella mengulang pertanyaannya.

Kembali Nety hanya diam. Dia mencampur satu persatu bahan itu dan mengaduknya menggunakan mixer. Suara bising benda itu memenuhi ruangan dapur. Ella hanya memperhatikan cara kerja Nety yang piawai membuat kue bolu sifon.

Ella lalu mengambil loyang lagi di lemari piringnya untuk diberikan pada Nety.

Nety mengolesi loyang itu dengan sedikit mentega lalu menuangkan tepung terigu sedikit demi sedikit di seluruh di dasar loyang supaya bolu itu tidak lengket ketika dibalik.

Ella membantu menuangkan adonan yang sudah jadi ke dalam loyang itu menggunakan spatula lalu memasukkannya ke dalam oven termasuk adonan kue yang pertama. Ella memposisikan tombol on dan suhu panas yang diinginkan.

Sambil menunggu kue itu matang, mereka menikmati teh solo, duduk di kursi meja makan.

Nety menyesap teh itu perlahan sembari mencium wangi teh itu.

"Menurut mu, Ell? Apa aku harus pisah dengan suamiku?"tanyanya seraya meletakkan cangkir teh di meja. Banyak pertimbangan di dalam hatinya yang membuatnya bimbang mengambil keputusan.

"Net, sekali lagi aku nanya kamu, masih cinta kamu sama suamimu?" Ella berulang kali bertanya karena ini akan menjadi dasar pengambilan keputusan Nety.

"Apa cinta cukup?"tanya Nety balik.

"Selagi masih ada cinta, masih ada harapan bertahan, cinta yang layu pun masih bisa disiram, "tutur Ella dengan yakin.

"Sudah berkurang karatnya, Ell," Jujur Nety.

"Tapi hatimu masih tersisa buat Erwin kan? Kamu masih bisa berjuang, Net. Aku katakan ini karena aku ga mungkin berharap pernikahanmu bubar."jelas Ella lalu meminum tehnya.

"Beda dengan aku, Net. Alm Suamiku ingin bercerai walau aku tak mau. Tapi Erwin masih ingin mempertahankan pernikahanmu kan? Jadi kamu harus berjuang! Kalo ga Pelakor itu yang mendapatkan keuntungan!" Lanjut Ella dengan opininya.

"Bagi mas Erwin, dia maunya dapat dua-duanya."Nety menghembuskan napas kasar mengingat kurang tegasnya sang suami.

"Kalo bisa, dia mau jadikan pelakor itu istri keduanya, "dengus Nety, berasumsi.

"Hmm.. Apa dia masih hubungi wanita itu?"

"Seperti yang kamu tahu, dia masih urusin keperluan wil nya kan? Biar dia bilang sudah putus tapi masih saja dia menuruti maunya si pelakor itu!"gemas hati Nety.

Di Ujung Senja Bersamamu Where stories live. Discover now