POV SARA bag 1.( mengandung 21+)

101 35 89
                                    

Sara, kita harus bicara.

Mataku berbinar membaca pesan WA dari pria yang selama ini kurindukan. Akhirnya mas Erwin mengirimi ku pesan WA setelah sekian minggu dia memblok nomor ponselku. Aku sudah uring-uringan karena dia memutuskan hubungan sepihak. Hmm, maafkan aku, aku belum bisa menerima pemutusan ini walau hubungan kami ini salah.

Kusunggingkan senyum, mengulum bibirku yang kata orang sangat sexy. Hatiku berbunga layaknya orang yang pertama kali jatuh cinta.

Kutatap layar ponselku, dia masih online. Kuyakin seyakin-yakinnya mas Erwin menunggu balasanku.

Aku tak mau menunggu lama, cepat kubalas.

Mas...aku selalu menunggumu
Kapanpun mas mau....

Kutunggu balasan, semenit, dua menit, tiga menit, akh lima menit berlalu. Pria idamanku tidak membalas walau dia sedang online.

Apa yang kau pikirkan, mas? Ragu? Ataukah hatimu seperti ku, kita saling merindukan?

Aku ingin kirim pesan lagi tapi ku pikir ulang sebab aku tak mau terkesan mengejarnya. Aku harus sabar, selama aku dekat mas Erwin aku mulai mengenal karakternya. Pria yang membuat aku candu ini tidak suka dituntut, aku harus menunda keinginanku yang menggebu. Aku yakin besok mas Erwin akan memberitahuku tempat pertemuan kami.

Aku tahu dia seorang yang tidak tegaan. Aku harus menambahkan porsi sabar dan bertingkah seperti korban. Aku harus bisa membuat dia berbelas kasihan padaku dengan cara memainkan perasaannya.

Aku menguap, rasa kantuk tak dapat kutahan lagi, mata ku sudah berat. Ku lihat jam dindingku menunjukkan pukul 23.00 tak salah aku mengantuk sekali, sudah larut malam. Ku hempaskan tubuhku di pembaringan. Saat aku hampir terlelap, samar-samar aku mendengar pintu pagar rumah di buka. Pasti mas Ferry sudah pulang. Mataku seketika terang, bukan karena aku kesenangan suamiku sudah ada di rumah tapi aku tak sudi melayaninya tiap malam dan berakhir babak belur sebab suamiku mempunyai penyimpangan sexual.

Spontan aku melihat baju tidur satin yang melekat di tubuhku, hm, ini baju terlalu seksi, mas Ferry pasti tergoda. Tidak! Aku harus melapisinya dengan celana panjang dan baju lengan panjang, harus tertutup semua!

Segera ku buka lemari baju dan mencari baju tidur yang kumaksud lalu memakainya dan kembali tidur, pura-pura nyenyak.

Dasarnya aku sudah mengantuk sedari tadi jadi aku benar-benar terlelap sampai aku merasakan ada hembusan angin di leherku dan bau rokok menyengat hidungku.

Aku membuka sedikit mataku terlihat bayangan mas Ferry di balik punggungku, dia berusaha merayuku dengan mencium leher jenjangku.

"Sara.."panggilnya sambil mengelus pundakku. Aku tak bergeming. Diam adalah satu-satunya cara terhindar dari pelampiasan nafsunya. Aku capek melayaninya yang selalu bermain kasar, aku merasakan kenikmatan dan sakit sekaligus, badanku remuk redam akibat permainan kasarnya.

Biarpun saat ini aku bulu kuduk ku meremang aku bertahan diam tidak menggeliat geli. Ku atur napasku pelan seolah-olah sudah tertidur nyenyak.

Akhirnya pria yang menjadi suamiku 11 tahun ini perlahan mundur. Aku merasakan pergerakannya di sampingku. Ranjang yang berderit tanda dia telah merebahkan tubuhnya. Tak lama terdengar dengkuran halus. Lega rasanya, mas Ferry telah tertidur pulas. Giliran aku yang terjaga, kubayangkan mas Erwin tidur di sebelahku memelukku dengan kehangatan tubuhnya.

Aku rindu padamu, mas Erwin, sangat rindu, gumamku dalam hati.

Aku tahu siapapun akan menghakimiku tak tahu malu dan menyematkan predikat pelakor padaku, aku tak peduli! Yang ku tahu saat ini cintaku padanya semakin bertumbuh seiring pertumbuhan janin di rahimku ini. Aku mengelus perutku yang masih rata ini dengan sayang.

Di Ujung Senja Bersamamu जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें