DEORANTA | [28. Bisahkah Dia Melewatinya]

Magsimula sa umpisa
                                    

Tatap mata Tante Reni kembali menatap ke arah dara yang terdiam."Tante masih butuh bantuan kamu Ra, supaya Deo menerima kesepakatan bersama untuk bisnis yang akan segera di mulai, meski harus mengorbankan perasaannya... Tapi, Tante yakin Deo akan bisa mudah jatuh cinta dengan wanita itu."

"Yang penting kamu tak akan terbawa suasana yang di buat Deo selama kalian bersama, jadi, intinya jangan pernah libatkan perasaan dan hati kamu saat Deo bersikap manis kepada kamu."

Dara menatap terkejut saat Tante Reni mengatakan hal itu kepadanya.

"Dan jangan ada kata cinta di hubungan kalian yang terjadi hanya sesaat, bagi Tante masa depan cerah Deo adalah hal yang begitu penting baginya... Karena Tante ingin Deo bahagia dan bersanding dengan wanita yang tepat," tukasnya yang mampu membuat dara seperti tersambar petir di pagi hari yang cerah ini.

Dia baru saja menerima kenyataan yang sulit di terima olehnya, apakah mungkin dia bisa menangkis semua sikap Deo yang selalu bersikap manis dan lembut saat bersamanya.

"Tadi malam saya juga mendapat kabar dari rekan kerja kami, bahwa Deo sudah bertemu dengan wanita itu," jelas Tante Reni merasa senang."Kata rekan kerja saya juga mengatakan bahwa pertemuan mereka terlihat begitu manis dan terlihat sangat serasi, Tante merasa sangat senang Ra setelah mendengar kabar itu."

"Tante janji, setelah semuanya berjalan sesuai keinginan Tante, Tante akan menyerahkan semua apa yang sudah Tante janjikan kepada kamu."

Setelah mengucapkan perkataan itu, Tante Reni langsung pergi begitu saja meninggalkan dara yang terdiam mematung. Tak ada kata yang mampu di ucapkan olehnya. Dunianya yang pernah suram, namun kembali berwarna setelah kedatangan Deo di dalam hidupnya, kini malah berubah menjadi sangat menakutkan untuk kembali di jejaki.

Tak ada rasa semangat untuk latihan hari ini. Dara pamit pada Bu Armi untuk libur dari latihan dengan alasan ada kepentingan mendadak yang baru saja di dapatinnya pagi ini.

Dan untunglah Bu Armi menyetujui semuanya tanpa bertanya apa-apa.

Dan di sinilah dara terdiam duduk di kursi taman yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya. Dia berdiam diri tanpa melakukan apapun di taman ini selama seharian hingga malam tiba.

Dia tak tahu apa yang harus di lakukannya, dara membuka ponselnya berusaha mencari hiburan di saat perasaannya hampa seperti ini.

Dara mengernyit heran saat melihat story Deo yang memperlihatkan suasana keindahan kota di malam hari di jam 12 malam.

Perkataan Tante Reni tentang pertemuan deo dengan wanita itu kembali terngiang di pikirannya saat dia melihat story Deo. Mangkanya tadi malam dia tak memberiku kabar, ternyata sudah ada yang lain.

Dara langsung mematikan ponselnya dan berjalan pulang ke arah kos-kosannya untuk beristirahat.

Tepat jam 8 malam suara dering telepon dari ponsel dara terdengar begitu nyaring. Dara langsung menghampiri ponselnya untuk melihat siap yang sedang menelponnya. Ternyata itu berasal dari video call Deo.

Dara langsung mengeser tombol berwarna biru ke atas untuk mengangkat video call dari Deo.

Beberapa detik kemudian, terlihat wajah seorang pria yang terlihat begitu lelah dengan rambut acak-acakan, senyum di bibir itu tersungging sempurna saat melihat wajahnya.

"Lama banget sih! Nggak tahu apa, lagi kangen nih." Terdengar suara di seberang sana yang sudah berhasil membuat perasaanya hampa seharian ini.

"Kenapa kok diam saja? Kamu nggak kangen sama aku?"

" Atau kamu marah sama aku karena kemarin aku nggak hubungi kamu dan memberi kabar?"

"Enggak kok!" Balasan dara singkat padat dan jelas.

Deo masih saja tersenyum."Jutek amat sih! Gak tau apa yang di sini mikirin yang ada di sana, eh giliran di video call dinginnya minta ampun."

"Maaf ya Ra! Kemarin malam aku nggak bisa datang ke rumah kamu, karena ada jadwal mendadak yang membuat aku harus pergi ke Batam untuk kunjungan kerja di sini dan mensurvei secara langsung aktivitas di sini, tapi nggak lama kok... Mungkin dua hari lagi aku akan kembali ke sana dan bertemu dengan kamu lagi." Jelasnya dengan nada sendu, mungkin karena tak ada dara di sampingnya yang menjadi penyemangat hidupnya.

"Tapi hari itu rasanya seperti puluhan tahun aku nggak bertemu dengan kamu, padahal hanya beberapa hari, tetapi kenapa rasanya begitu sulit tanpa ada kamu di sisiku Ra,"

"Padahal dulu kita juga berpisah hingga puluhan tahun lamanya, tapi itu masih bisa aku lewati... Tapi, kenapa saat ini rasanya begitu berat ya dan sulit aku jalani saat di sisiku tak ada kamu, rasanya seperti tak ada separuh jiwaku saat tak bersama dengan mu," jelasnya panjang lebar yang mampu membuat kedua mata dara berkaca.

"Aku harap kita bisa selalu bersama dalam keadaan apapun selamanya, tanpa ada lagi perpisahan yang akan sangat menyakitkan bagiku.. karena aku nggak bisa hidup tanpamu Ra."

Deo mengusap air matanya yang berada di sudut matanya. Tatapannya kembali menatap wajah dara yang terlihat tak begitu jelas di layar ponselnya, entahlah dia juga nggak tahu kenapa dara tak menyalakan lampu kamarnya.

"Kok jadi mellow gini sih! Padahal niat ku video call kamu itu untuk melepas rindu ini, tetapi kenapa ada perasaan aneh yang tak bisa aku jelaskan seperti ini Ra, saat aku melihat mu."

"Tapi nggak apa! Aku akan mempercepat kunjungan ini supaya aku bisa sesegera mungkin kembali pulang dan bisa bertemu dengan kamu lagi."

"Oh ya, aku dapat undangan pesta dari rekan kerja ku besok lusa dan aku ingin datang bersama kamu dan menunjukkan kepada dunia bahwa aku memiliki wanita hebat yang sudah berhasil mencuri hatiku ini."

"Masalah pakaian sudah aku kirimkan khusus untuk kamu, nanti kamu pakai ya dan dandan yang cantik, meski selama ini kamu selalu terlihat cantik tanpa mengunakan riasan apapun di mata ku sih." Jelas Deo terkekeh, lalu sedikit berfikir.

"Apaan sih! Biasa aja, jangan terlalu berlebihan.. aku nggak suka itu."

Dara tersipu malu saat Deo mengatakan hal yang sangat berlebihan padanya.

"Nggak apa dong, yang penting kan aku suka."

"Gini nih, bawaannya saat aku melihat kamu saat malam, itu selalu membuat ku ingin tidur... Mungkin kamu adalah penawar lelah ku hingga rasa kantuk ku datang, padahal kemarin malam aku nggak bisa tidur hingga jam tiga dini hari loh, eh sekarang melihat kamu semua rasa lelah itu menguap begitu saja saat melihat senyum kamu."

Dan benar, setelah Deo mengatakan hal itu. Dia langsung tertidur begitu pulas tanpa mematikan sambungan video call mereka.

Dan dara tak berniat mematikan video call itu dan lebih senang menatap wajah pulas Deo yang tertidur.

Dia nggak tahu apakah dia bisa pergi begitu saja setelah semua perjanjian dengan tante Reni telah selesai.

Dengan itu, hubungannya dengan Deo juga akan berakhir, apakah dia mampu meninggalkan pria itu yang sudah berhasil membuatnya nyaman dari segi apapun?

Gimana part ini.

Jangan lupa vote dan komen di part ini.

Atau kalian juga bisa memberi pendapat tentang part ini.

Di part ini, sikap asli Tante Reni mulai terlihat dan dia rela masang umpan dan menjadikan Deo menjadi umpan itu untuk menuntaskan apa yang di inginkan selama ini.

Dan hal itu sudah di jelaskan di beberapa part awal.

Emang sih cerita ini sedikit rumit dari yang saya perkirakan sejak awal.

Tapi nggak apa, semoga cerita ini bisa menghibur kalian, meski ada beberapa konflik naik turun yang akan terjadi di part depan.

Karena bab ini sudah memasuki gerbang konflik yang sesungguhnya.

Dan semoga secepatnya part dengan segera menyusul.

Sampai jumpa lain waktu.

Terima kasih 🙏🙏🙏

DEORANTATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon