56 || Jump to conclusion

Start from the beginning
                                    

Alis Zaina bertaut. "Kenapa Kak Zayden mikir gitu, padahal Abah bilang aku sudah ternodai. Masa Kak Zayden mau aja sama perempuan yang pasti kakak pikir waktu itu sudah tidak perawan lagi?"

"Karena prinsip aku waktu itu, aku nggak takut nikah walaupun belum saling mencintai. Karena hakikatnya pernikahan yang aku tau itu bukan tentang percintaan aja, tapi banyak hal-hal lain, terutama tujuan."

"Masalah perawan atau nggaknya itu, demi Allah, Ay. Aku nggak pernah sedikitpun mempermasalahkan itu. Aku tau kamu backgroundnya adalah putri Kyai, apalagi seperti Kyai Fathar. Aku yakin ada sesuatu kesalahan, nggak mungkin kamu ...." Zayden tidak lagi melanjutkan ucapannya.

"Yang jelas waktu itu aku melamun satu hal yang buat Abah kamu tertawa. Aku nggak ngeh kalo beliau bisa baca pikiran aku ...." Zayden tidak bisa menahan kekehannya. Zaina semakin penasaran.

"Apa, Kak?"

"Aku mikir ....

"Ya udahlah terima aja. Banyak juga untungnya kalo gue terima tawaran pernikahan ini. Gue nggak perlu capek-capek cari istri, malah bagus dong ini istrinya yang datang sendiri. Kalo gue cari istri sendiri entah kapan ketemunya. Keburu Elvano jadi kakek-kakek."

Kyai Fathar diam-diam tersenyum melihat calon menantunya yang melamun.

"Keren juga gue, baru wisuda dapat gelar banyak sekaligus," lanjut Zayden membatin.

"Sarjana, suami, menantu, terus apalagi, ya? Gus? Iya, otomatis gue jadi Gus dong?"

Kyai Fathar tidak lagi bisa menahan tawanya. Zayden bingung melihat calon mertuanya itu.

"Jadi bagaimana, Zayden? Apa kamu terima?"

"Berarti kamu langsung terima, Kak?"

Zayden menggeleng. "Aku nanya lagi, apa abah kamu beneran yakin melepas putri kesayangannya ini ke aku?" jawab Zayden sembari mencubit hidung bengir sang istri.

***

"Kak Zayden mau bawa aku ke mana?" Zaina bertanya sambil melihat ke arah jalan yang mereka lewati.

"Cari udara segar," jawab Zayden dan menoleh sekilas ke arah Zaina.

Zaina tidak lagi bertanya ia hanya pasrah dibawa ke manapun oleh suaminya.

Keesokan hari setelah di mana Eki menyerang Zaina dengan kata-kata yang tidak mengenakkan lagi di rumah Elvano, Zayden berniat membawa Zaina jalan-jalan untuk menyegarkan pikiran istrinya tersebut di hari ini.

Sampainya di pusat perbelanjaan, Zayden membawa Zaina masuk ke dalam tempat keramaian itu.

"Ay, kamu maunya ke mana?" tanya Zayden.

"Aku ikut kamu aja, Kak. Bawa aku ke manapun yang kamu mau," jawab Zaina, kemudian terkekeh.

"Suatu saat aku bawa kamu ke surga, ya," balas Zayden.

"Aamiiin ya Allah, semoga kita ke Jannah-nya, ya, Kak," ucap Zaina dan diaminkan balik oleh Zayden.

"Sekarang kamu yang atur, kita mau ke mana? Kamu mau apa? Aku bakal ngikutin semua apa yang kamu mau," ucap Zayden.

Zaina menggeleng. Perempuan itu menggandeng tangan Zayden, kemudian lanjut berjalan tanpa arah yang mereka tuju.

Di dalam perjalanan di tengah keramaian mereka asik berbincang tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar mereka. Definisi dunia milik berdua dan yang lain ngekost.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Where stories live. Discover now