9. Flutter.

4.9K 285 249
                                    

Jessly mengusap wajahnya kasar tatkala melihat benda berbentuk segitiga tergantung. Mengintip objek melalui sela-sela jari, wanita itupun menutupnya kembali. "Memalukan. Sungguh memalukan!" seru Jessly kepada dirinya sendiri. Kemudian dengan secepat kilat, Jessly mengambil benda itu dan menaruh di tempat yang semestinya.

Kini ingatannya berputar kembali kepada sikap Athalla kemarin. "Jadi, ini alasan mengapa Athalla bersikap aneh?" monolog Jessly dengan telinga yang kian memerah. Bila Jessly jadi Athalla, mungkin juga dia akan merasa tidak nyaman.

Namun sebaiknya, Jessly tidak mengungkitnya. Hal kecil ini, tidak mungkin akan dipermasalahkan. Toh, yang melihat adalah Athalla, suaminya sendiri.

Jessly melangkahkan kaki menuju meja rias dan mulai sibuk dengan benda-benda yang sering kali dipakai oleh wanita. Seperti biasa, dia hanya memberikan riasan tipis di wajahnya.

"Bocah, bangunlah. Atau kau akan terlambat," titah Jessly, tatkala melihat Athalla yang masih nyaman dengan posisinya.

Beruntung Athalla langsung mematuhi perintahnya, sehingga Jessly tidak perlu berucap untuk yang kedua kalinya. Terlihat Athalla turun dari ranjang dengan kedua tangan yang mengucek kedua kelopak mata.

Beberapa menit kemudian, Athalla sudah siap dengan seragam sekolahnya. Pemuda itupun menghampiri Jessly yang masih sibuk dengan riasannya.

"Tante!" teriak Athalla.

Mendengar itu, Jessly menghela napas. "Turunkan nada bicaramu, karena aku masih bisa mendengarnya," ucap Jessly menegur. Jessly menambahkan polesan di bibir seraya melihat Athalla melalui pantulan cermin. "Ada apa?" lanjutnya bertanya.

"Apakah biasanya perempuan selama ini untuk sekedar merias diri?" tanya Athalla.

"Bahkan, biasanya lebih lama dari ini," jawab Jessly. Wanita itu menelisik Athalla dari atas hingga ke bawah. "Kau akan pergi sekolah dengan penampilan seperti ini?" Jessly mengernyitkan kedua alisnya. Penampilan Athalla ini sungguh sangat berantakan. Setahunya, setiap sekolah pasti mempunyai aturan untuk kerapian.

"Athalla pergi ke sekolah untuk belajar. Untuk apa memikirkan tentang penampilan?"

Jessly beranjak dari posisinya. "Penampilan itu sangat penting. Karena penampilan, orang lain bisa saja tahu tentang kepribadianmu." Jessly menggelengkan kepala pelan. "Aku bahkan baru tahu kegunaan lain dari Dasi," lanjutnya. Bagaimana tidak, Athalla hanya menaruh Dasinya di pundak tanpa mengikatnya di kerah baju.

Lantas, Jessly pun mengambil Dasi Athalla dan mulai mengikatkannya dengan serius. Athalla menatap wajah Jessly yang kini sangat dekat dengannya. Karena Jessly lebih tinggi, otomatis Athalla harus mendongakan sedikit kepalanya. "Diam atau aku akan mencekikmu," ucap Jessly penuh peringatan.

Ancaman dari Jessly membuat Athalla berhenti bergerak, dan lanjut menatap Jessly intens. Dilihat dari dekat seperti ini, Jessly benar-benar terlihat sangat cantik. Athalla bahkan tidak bosan untuk terus menatapnya. Athalla terus menyusuri setiap sisi wajah Jessly, Hingga tatapanya berhenti tepat di bagian bibir, pemuda itu menelan saliva pelan, Jantungnya terasa berdebar-debar lebih kencang. Tanpa sadar wajahnya semakin mendekat, dan dengan perlahan mulai memiringkan kepala.

"Apa yang ingin kau lakukan?" Jessly menghentikan Athalla dengan tangan yang membekap mulut pemuda itu, kemudian menatap Athalla tanpa ekspresi.

ATHALLA; My Little HusbandWhere stories live. Discover now