Distance -Eps 36

653 88 2
                                    

Siang ini ruang rawat Lisa cukup ramai. Didalam sana ada Irene, Mina, Hyeri, dan kedua orang tua angkatnya. Mereka semua secara kebetulan datang diwaktu yang bersamaan.

Pertama kali melihat mereka , lebih tepatnya Irene dan Mina. Lisa dibuat bingung. Pasalnya ia tidak memberitahu kedua temannya itu soal dirinya yang sedang dirawat. Namun beberapa menit, gadis berponi itu menduga jika Chaeyoung lah yang memberitahu sahabatnya itu jika dirinya dirawat.

Sahabatnya itu pasti selalu bertanya kepada kakak ketiganya mengenai dirinya yang sudah hampir satu minggu tidak masuk sekolah. Dan mengenai Irene, gadis Bae itu pasti diberitahu Mina. Karena tidak mungkin jika kakaknya yang memberitahu.

Chaeyoung bahkan kedua kakaknya yang lain tidak memiliki nomor teleponnya. Bahkan mereka saja tidak terlalu akrab dengan Irene.

"Lain kali jika kalian ingin menjengukku bawalah makanan, bukan bunga." Mendengar itu tangan Mina rasanya ingin sekali memukul kepala sahabatnya.

"Seharusnya kau berterima kasih, bukan nya protes." Mina mendengus kesal.

"Kalian ini sudah besar tapi suka sekali bertengkar." Ketiganya menoleh secara bersamaan setelah Hyeri mengeluarkan suaranya.

Semua yang ada disana tertawa mendengar celetukan Hyeri. Ah, apakah dia salah bicara? Kenapa semua orang dewasa disana tertawa seperti itu?

Tidak ingin memikirkan itu, gadis dengan usia 7 tahun itu kembali memainkan jemari milik Lisa. Hyeri mengira jika ayah dan ibunya akan membawa dirinya bertemu dengan Lisa dirumah kakaknya itu. Ternyata itu semua tidaklah sama dengan yang ia harapkan.

Padahal Hyeri sudah sangat senang karena akan bertemu dengan Lisa. Memang, saat ini dia bertemu dengan kakaknya itu. Tapi bukan ditempat seperti ini.

"Ada apa? Kau tidak senang bertemu dengan Unnie?" Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Bukan seperti itu.. Hyeri hanya tidak suka jika melihat Lice Unnie sakit." Lisa tersenyum dan mengusap surai gadis itu lembut.

Hyeri memang bukanlah adik kandungnya. Namun rasa sayang terhadap gadis itu begitu besar. Bagaimana tidak? Gadis itu selalu mengkhawatirkan dirinya ketika Lisa jatuh sakit. Bahkan ketika ia tinggal bersama orang tua angkatnya saja Hyeri membantu merawat dirinya yang kala itu sedang sakit. Hampir 24 jam gadis itu selalu ada disampingnya.

Lisa sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan mereka semua. Ia sangat berterima kasih kepada Jennie. Jika saja bukan karena gadis berpipi mandu itu yang menyuruh dirinya untuk pergi dari rumah, mungkin ia tidak akan pernah bertemu dengan Yoojin kala itu.
........

Sudah hampir lima belas hari gadis berponi itu dirawat dirumah sakit Gil Medical Center. Gadis berponi itu selalu merengek meminta untuk pulang. Padahal lima hari yang lalu kondisi gadis itu sempat menurun.

Dia sudah mencoba segala cara untuk membuat orang tua, kakak, serta dokter Choi untuk memperbolehkan dirinya pulang. Tapi itu semua tidak berhasil satu pun.

Lisa merasa dirinya sudah baik. Tapi kenapa mereka semua sangat bersikeras menyuruhnya untuk tetap dirawat? Ah, Lisa sungguh merasa kesal.

Gadis berponi itu sudah tiga jam mendiami semua orang. Lisa sangat malas untuk berbicara dengan mereka semua. Merasa sangat bosan, Lisa memilih meraih handphone yang ia letakan malam tadi.

Jari jemarinya dengan lincah membalas pesan seseorang. Sesekali ia terkekeh dengan pesan itu.

"Kau memiliki kekasih, Lisa-ya? Ku perhatikan sedari tadi kau terus tertawa." Mata itu hanya melirik sebentar kearah Chaeyoung. Merasa dirinya diabaikan lagi, gadis berambut blonde itu mendengus kesal.

"Chaeyoung bertanya padamu. Setidaknya jawablah walaupun dengan deheman." Lagi dan lagi Lisa mengabaikan ucapan Jennie.

"Ingin sekali rasanya aku memukul dia, jika saja tidak sakit." Chaeyoung menggerutu ketika adiknya itu terus mengabaikan mereka bertiga.

"Aku sudah sembuh. Kalian saja yang selalu melihatku seperti orang sakit. Berlebihan." Lisa mengecilkan suaranya diakhir kalimat.

Tapi siapa sangka jika kalimatnya itu masih bisa terdengar jelas oleh ketiganya? Serempak ketiga gadis Park itu mendekati Lisa.

Lisa meringis ketika melihat ketiga kakaknya mendekati ranjangnya dan memasang wajah seperti itu. Ah, sepertinya sekarang ia akan mendapatkan masalah.

"Kami berlebihan kau bilang?" Lisa menelan saliva nya ketika suara milik Jennie itu mampu membuat bulu kuduknya berdiri.

"U-unnie---"

"Jangan merasa sok sehat. Bahkan beberapa hari lalu saja kondisi mu menurun." Suara Jisoo tak kalah dingin dengan suara Jennie.

Berbeda dengan Jisoo dan Jennie. Chaeyoung memilih diam sambil memperhatikan adiknya itu dalam diam. Ada banyak sekali kata-kata yang ingin ia lontarkan.

Tapi dokter bilang jika adiknya itu jangan terlalu banyak pikiran. Suara pintu itu menghentikan Jennie yang ingin melontarkan sebuah kalimat pada Lisa.

"Apa aku mengganggu kalian?"

"Tidak." Setelah menjawab pertanyaan dari dokter Choi, Chaeyoung memilih duduk kembali. Disusul dengan kedua kakaknya.

Mereka memperhatikan dokter Choi yang sedang memeriksa kondisi Lisa.

"Bagaimana dokter?" Tanya Yuri setelah melihat dokter Choi memasukkan stetoskop ke dalam saku jas nya.

"Kondisinya cukup membaik. Jika terus seperti ini, lusa dia diperbolehkan pulang." Senyum Lisa terbit ketika ia mendengar itu.

Tapi setelah melihat ketiga kakaknya yang menatap ke arah dirinya dengan tatapan tajam, senyum gadis itu hilang.
.......

Di hari Sabtu. Tepat pukul enam sore gadis itu sudah diperbolehkan pulang. Sesampainya dirumah. Lisa dilarang keluar dari kamarnya. Bahkan turun dari tempat tidurnya pun tidak boleh.

Gadis itu merasa jika kedua orang tuanya terlalu berlebihan. Lisa merasa jika dirinya sudah baik-baik saja. Bukankah tidak apa jika ia melakukan hal kecil saja?

Melihat beberapa mainan tergeletak disudut kamarnya, Lisa turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju mainan yang sempat ia beli itu.

Mainan itu ia beli satu bulan lalu. Sebelum dirinya masuk rumah sakit. Lisa berniat akan memberikannya kepada Hyeri nanti. Pasti adiknya itu akan senang ketika melihat mainan kesukaannya itu.

"Cute."

"Majja. Masih ada lima mainan lagi untuknya. Aku akan menyimpan anak ayam ini." Lisa beranjak dari sana dan membawanya ke tempat tidur.

Sekarang gadis itu hanya diam sambil memainkan bonekanya itu. Seperti ada yang kurang, tapi ia tidak tahu apa. Ah, benar. Lisa belum menerima hadiah ulang tahun nya. Lebih tepatnya belum membukanya. Entah dimana para maid itu menyimpannya.

Lisa berniat akan menanyakannya nanti ketika selesai makan malam. Lisa sangat tidak sabar untuk melihat hadiah apa yang di berikan keluarganya. Karena setelah sekian lama, Lisa baru saja merasakannya kembali.

Terakhir kali keluarganya memberikan hadiah ulang tahun dan merayakan nya pada saat ia baru saja memasuki sekolah dasar. Itu pun hanya ibu dan ayahnya. Karena ketiga kakaknya saat itu tidak menyukai dirinya.

Rasa kantuk itu mulai hinggap. Hanya beberapa detik hazel itu sudah tertutup. Mungkin karena ia terlalu lelah.

Tasikmalaya, 05 Maret 2024.

Maaf kalo ceritanya makin kesini makin ngebosenin ya gess, soalnya aku perlu mendengarkan lagu bp dlu biar imajinasi aku makin luas😭🙏.

DistanceWhere stories live. Discover now