DEORANTA | [ 26. Terungkap]

Start from the beginning
                                    

Setelahnya Deo malah memperlihatkan sebuah kalung liontin ke arah dara."Apa kamu punya ini?" Tanya Deo dengan nada bergetar hebat, dia tak kuasa menahan rasa tangisnya yang begitu dalam.

Dara terkejut, saat melihat Deo memegang sebuah kalung liontin yang sama persis dengan miliknya yang dulu di berikan oleh teman kecilnya itu.

Dara langsung ternganga tak percaya saat mengingat kalung liontin itu.

"Ini hanya ada dua di dunia ini Ra!" Ujar Deo kecil yang saat ini menatap dua kalung liontin yang ada di genggaman jemarinya dengan perasaan senang.

"Dan kamu tahu! aku membelinya mengajak om Arfan karena aku takut mama memarahi ku karena permintaan ku terlalu berlebihan," jelasnya menatap dara dengan senyuman manisnya.

"Entahlah aku tak bisa berpaling dari kalung ini, saat aku pertama kali melihatnya dan selalu terbayang bahwa nanti kamu akan terlihat cantik saat menggunakan kalung itu."

"Dan kamu tahu! Om Arfan malah membeli kalung itu dua sekaligus.. katanya untuk aku dan kamu, dia bilang kasihan kalung itu karena cuma ada dua di dunia ini, kalau di beli cuma satu, pasti yang satunya menangis."

Dara kecil tertawa."Masa kalung isa nangis Yo?"

"Bisa lah!"

"Sini aku pakein dan semoga kamu bisa menjaganya hingga kita tumbuh dewasa dan aku ingin selalu membuatmu cantik dengan kalung ini," jelas Deo polos, tanpa ada beban di pikirannya sama sekali.

"Dengan ini aku akan bisa menemukan mu dimana pun kamu berada."

Dara mengangguk tersenyum, tatap matanya menatap penuh sayang kalung yang melingkar di lehernya dan selalu memegang kalung itu di setiap malam ketika tidur.

"Deo!"

Deo mengangguk, pria itu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arahnya.

Deo jatuh bersimpuh di pangkuannya dengan tangisannya yang terdengar begitu menyesakan."Aku nggak nyangka bisa kembali bertemu bersama kamu setelah penantian lama yang sudah lama aku harapkan entah kapan itu." Isaknya bergetar.

Dara memegang kepala Deo berusaha menarik wajah pria itu.

Deo mendongak dengan wajah sembabnya."Aku sangat merindukan mu Ra!" Isaknya.

Dara mengusap pelan air mata Deo yang terus mengalir di matanya. Dara mengangguk pelan."Aku juga sangat merindukan mu Yo! Aku nggak nyangka pria itu adalah kamu, ku kira hanya nama saja yang sama, tetapi nyatanya memang itu benar-benar kamu." Lirihnya pelan.

Dara menyatukan wajah mereka berdua hingga tatap wajahnya terlihat begitu dekat, senyum di bibirnya kembali terukir setelah menangis bahagia.

Setelahnya Deo bergerak menarik pinggang dara hingga dara terjatuh di atas pangkuannya."Aku sangat bahagia Ra setelah perpisahan ki--"

"Kita nggak ada perpisahan!" Potong cepat dara tak terima saat mengingat deo pergi tanpa berpamitan darinya.

Deo tersenyum gemas."Ya mau gimana lagi!"

Deo menatap nanar beberapa koper besar yang berjejer rapi di ruang tamu. Dia berjalan ke kamar mamanya yang masih sibuk membereskan barang-barang mereka."Ma kita mau kemana?" Tanya Deo pada mamanya.

"Kita akan pindah ke Kalimantan sayang! Om Arfan sedang tidak baik-baik saja, jadi ayah kamu harus menggantikan posisi om Arfan untuk sementara waktu," jelas mamanya.

Padahal dia baru saja mendengar kabar bahagia bahwa Tante Naya tak jadi menikah sama om Arfan, tetapi kenapa dia sekarang harus pindah ke Kalimantan, jadi dia akan berpisah sama dara.

Dengan cepat Deo berbalik berjalan keluar rumah, kepalanya menoleh ke arah rumah dara yang terlihat begitu sepi karena hari ini adalah hari pernikahan mamanya dengan om Dev, papa kandung dara yang sebenarnya.

Dan tentu saja dara pasti sangat bahagia.

Apa dara masih belum pulang?

Langkah Deo terus melangkah mendekat ke arah rumah dara. Senyumnya terukir senang saat mendapati Oma dara kini sedang duduk di ruang tamu bersama om damar adik Tante Naya.

"Dara mana Bu?" Tanya om damar yang terdengar samar, tetapi dia bisa mendengar semua percakapan itu dengan jelas.

Deo mendekat dan berhenti di antara daun pintu rumah dara.

"Dia masih ada di sana, kayaknya dia nggak akan pulang kalau nggak bersama mama dan papanya, kamu tahu sendiri kan gimana papanya Dev yang begitu menyayangi dara, apalagi ini adalah pertemuan mereka setelah masalah itu."

Deo terdiam mematung saat mendengar semua perkataan dari Oma dara.

Deo masih berdiri di sana, namun suara mamanya yang langsung mengajaknya untuk pergi saat itu tak lagi bisa di cegahnya karena tak ada lagi harapan untuk bertemu dengan dara lagi.

Kepala Deo terus menoleh ke arah rumah dara yang semakin menjauh hingga tak terlihat di antara gang-gang kecil di komplek tempat tinggalnya yang akan menjadi kenangan cerita mereka berdua.

"Kamu yang nggak ada di rumah saat kepergianku," jelasnya mengelus pelan rambut dara yang saat ini wajahnya menempel di dadanya.

Sesekali Deo mengecup kening dara dengan perasaan penuh cinta, dia baru tahu ternyata seperti ini kalau lagi sedang jatuh cinta dan dia tak ingin berpisah sedikit pun darinya.

Sungguh sangat keterlaluan bukan!

Tapi ini memang benar-benar di rasakanya sekarang ingin selalu memiliki dara lebih dari apapun yang dia punya.

"Maafin aku! Ternyata selama ini aku yang salah," gumamnya pelan seraya menggerakan pelan wajahnya ke leher Deo untuk mencari tempat yang nyaman di sana, namun nyatanya semua tempat itu terasa sangat nyaman baginya.

Dan dia ingin berlama-lama di pelukan pria itu.

"Nggak kok! Aku juga salah." Deo semakin mengeratkan pelukan itu dengan senyum di wajahnya tak pernah terkikis sedikitpun dari bibirnya.

"Astaga rindu yang selama ini aku pendam kini sudah terbayarkan, meski pertemuan kita tak pernah bisa ku duga," gumamnya menatap wajah dara penuh cinta.

Dara menganggukan kepalanya pelan.

Lalu, Deo mendekatkan wajahnya dan mengecup pelan bibir manis itu yang selalu tergoda untuk di sentuh.

"Aku sangat menyayangimu Ra!"bisiknya lirih, dia mencoba bangkit tanpa melepaskan dara yang masih berada di pangkuannya.

"Aku pengen lagi!"

"Boleh nggak!"

Saat itu juga kedua mata dara melotot tak terima dengan permintaan Deo.

Tetapi Deo malah mengendong tubuh dara dan berjalan ke arah ranjangnya.

"Deo... Enggak!"

"Jangan kayak gini dong."

"Deo."

"Deo jangan!"

"Deoooooooooo."

*****

Gimana part ini.

Beri kritik dan saran bab ini.

Dan

Jangan lupa vote dan komen di bab ini.

Terima kasih 🙏🙏🙏

DEORANTAWhere stories live. Discover now