Bab 27 (revisi)

En başından başla
                                    

               Hati Ghendis berdenyut, gadis itu pamitan kepada Papa, Pak Alex dan istrinya. Ketika ia hendak keluar dari restoran, ia berpapasan dengan Chitra yang baru saja dari toilet. “Ke mana?”

               “Ada urusan.”

               Chitra mengangguk acuh dan kembali berjalan melewati Ghendis.

                Ghendis menyempatkan terlebih dahulu berganti pakaian, tadi ia menitipkan tas ranselnya ke resepsionis. Gaunnya telah digantikan dengan blouse biru dan celana jeans, rambut panjangnya ia ikat ke atas dan mengenakan make up tipis. Penampilannya yang kini agak berisi tidak seperti sebelumnya kurus dan kusam, mulai nampak lebih segar dan muda. Yah kekuatan perawatan skin care mahal dan perhatian membuat Ghendis nampak lebih cantik.

               Memanggil ojek online, setengah jam kemudian ia sampai di taman. Banyak orang yang mengantri tiket dari luar, untuk berjaga-jaga Ghendis mengenakan kacamata hitam dan masker. Ia tahu jika Hiro cukup terkenal, wara-wiri di TV, sering masuk majalah bisnis dan cukup dikenal netizen karena parasnya yang tampan, muda serta sukses. Bisa jantungan keluarganya bila melihat dirinya bersama Hiro muncul di layar TV atau medsos.

               Hiro baru saja mengabari jika mereka tengah menikmati makan siang di foodcourt. Setelah menunjukkan tiket pada petugas, Ghendis segera mencari lokasi food court di papan peta yang terpampang di berbagai sudut. Kepalanya terasa pusing melihat banyak orang berlalu lalang di sekitarnya, untungnya ia mengenakan kacamata dan masker sehingga tidak ada yang melihat bagaimana ekspresinya sekarang.

               Sesampainya di foodcourt, mata Ghendis langsung menemukan dua pasangan ayah dan anak yang begitu mencolok di tengah keramaian. Banyak wanita di sekitar yang berkali-kali melirik ke arah mereka, khususnya pada Hiro. Sementara Hiro dan Akira sendiri sedang bersantai makan humberger tanpa memedulikan orang lain.

               Ghendis meringis melihat bagaimana dinginnya Ayah dan anak itu. Padahal ini taman bermain, banyak pemandangan menarik di sekeliling namun Hiro dan Akira kompak menunjukkan ekspresi dingin dan jenuh. Mereka bahkan tidak berinteraksi, kompak mengunyah makanan di depan mereka. Ghendis juga menyadari ada beberapa pengawal yang menjaga di sekitar mereka.

       Dasar orang kaya!

          Akira adalah orang pertama yang menyadari kehadiran Ghendis, anak itu langsung mengerjapkan mata dan langsung tersenyum lebar memanggilnya. Ghendis tertegun, padahal ia mengenakan masker dan kacamata namun Akira dengan cepat mengenalinya.

                Hiro mengangkat kepala dan menatap ke arah Ghendis yang berjalan menghampiri. Lelaki itu berdiri dan mendorong kursi di sebelahnya untuk Ghendis duduk. Perlakuan gentle Hiro membuat Ghendis merasa tersanjung.

                Mencium pipi Akira, anak gembul itu terkikik dan balas mencium Ghendis. anak itu berpindah duduk menjadi di pangkuan Ghendis. Hiro cemberut melihat putranya yang langsung menunjukkan kemanjaan pada kekasihnya, ahh... ia selalu kalah jika harus bersaing dengan putranya.

                “Makannya habiskan.” Ucap Ghendis menunjuk pada kentang goreng yang masih tersisa di piring Akira.

               “Sayang, kamu mau makan apa?”

               Ghendis sebenarnya sudah makan tadi, namun karena suasana hatinya ia merasa tidak nikmat. Dan melihat berjejer stand menu aneka makanan membuat perutnya kembali lapar. “Aku pesan makan dulu, tunggu bentar.”

               Ghendis memesan nasi bakar asin cumi, kentang sosis goreng dan gorengan. Hiro dan Akira menatap penasaran dengan menu makan gadis itu. Ghendis menyukai makanan nusantara, ia pernah membuatkannya bala-bala, gehu pedas dan seblak yang membuat perut Hiro terkena asam lambung karena ia tidak bisa memakan makanan pedas.

               “Ate, itu apa?” tunjuk Akira pada nasi yang dibalut daun pisang. 

              “Ini nasi bakar asin cumi, enak lho!! Sini coba, enggak pedas kok.” Ghendis menyuapi Akira yang ragu-ragu memakannya. Anak itu mengunyah perlahan dengan wajah mengernyit, namun tak lama matanya melebar senang.

               “Asin tapi enak! Mau Ate! Mau!!”

               “Yaudah Ate pesen lagi ya, mau nasi bakar asin ini atau ayam goreng?” Ghendis menatap Hiro yang sejak tadi diam saja. “Kamu mau juga?”

               Hiro mengangguk. Ghendis tersenyum dan kembali memesan, ia juga menambahkan ayam goreng, jaga-jaga jika Hiro dan Akira ingin lauk ayam. 

              Setelah menikmati makan, mereka bermain kembali. Ghendis menyewa sepeda berbonceng dengan Akira dan Hiro sendirian. Sambil terseyum mereka memutarai taman yang luas itu.

               “Sayang, kamu enggak lepas maskernya?”

               Ghendis menggelengkan kepala. “Takut ada yang lihat kita terus masuk berita.”

               Hiro terkekeh. “Aku bukan artis lho sayang,”

               “Tapi kamu terkenal!!” Ghendis melihat Akira yang sedang memakan permen kapas sambil menonton air mancur. Mata Ghendis melembut melihat bagaimana Akira tertawa lebar dan menikmati bermain. Apalagi tadi mereka ke wahana mandi bola, ia terkikik melihat Hiro dan Akira bermain lempar bola dengan canggung.

               

                                     

Mrs 30Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin