Tugas Tertinggal

11 1 0
                                    

Jangan lupa vote ❤️
Happy reading
.
.
.
.
.

🌻🌻🌻

KEESOKAN harinya adiknya membonceng Azha untuk menuju ke rumah Intan. Hanya di desa seberang. Jadi enak kalau ada tugas yang tertinggal langsung otw ke rumah Intan.

Intan membuka satu persatu buku, menjelaskan dan memberitahu materi dan tugas selama ia izin di Singapura ditambah izin kemarin. Fera agak kebingungan pada bagian tertentu, tapi ia nggak panik, kakaknya kan ada.

Pukul 4 sore mereka pulang, di rumah bercat kuning itu selama 2 jam membuat Azha beruntung mempunyai sahabat seperti Intan. Walau mereka berbeda agama tetapi itu tidak menjadi halangan untuk berteman. Sebelum pulang, Azha juga memberikan sedikit bingkisan pada Intan sebagai rasa terima kasih. Bingkisan dari Singapura mungkin?


***
"Reksa gimana kabar sahabatmu?" Tama bertanya di sofa ruang tamu sembari menikmati manisnya teh.

"Nggak tahu, dia belum bisa dihubungi. Kalau dulu nggak bisa dihubungi gitu. Dia sibuk kayaknya." Reksa menjawab dengan raut wajah kurang mengenakkan.

"Besok coba lagi ya Sa. Mungkin bisa.!" Menepuk bahu sang sahabat berbaju hitam itu.

5 menit kemudian...

"Eh, Ma. Ini dia balas chat aku." Kembali duduk dari rebahannya dengan antusias luar biasa.

"Coba...."

"Besok dia ngajak ketemuan di Taman Deket sekolah." Reksa membalas chat. "Besok ikut ya Ma.!"

"Iya iya ... Udah ah ngantuk gue. Tidur dulu." Berbicara dengan nada kurang jelas memegang guling.

"Tapi, dia nomornya nggak diganti ya. Setia bangett..." Reksa menaikkan salah satu sudut mulutnya. "Yehhhh, udah tidur. Dasar...."

***

"Kak, nanti yang belum paham ajarin ya." Tertawa kecil.

"Iyaa Ra." Memegang benda kecil canggih itu.

"Ehmmm... Kak besok ngapain? Kan Minggu. Hehehe...."

"Nggak ngapa-ngapain sihh. Mau kemana?" Tanya Azha masih memegang benda canggih itu.

"Ke perpus gimana kak?" Fera melihat kakaknya.

"Hah?" Menatap penuh makna. "Ke perpus? Kena angin apa Ra?" Azha kepo bukan main.

"Mau nggak nihhh?" Fera mengelakkan pandangan pada buku paket.

"Iya iya, mau ngapain?"

"Baca buku kak, sambil mencari sumber buku pembelajaran."

Mereka menyepakati keluar sore hari.

Pukul 15.30

"Ma, izin ke perpus ya.!" Izin Fera pada Freya yang sedang memasak.

"Iya, sama Azha kan?"

"Iya tuhh masih bersiap."

"Iya, hati hati ya."

"Oke ma. Mau nitip apa apa nggak mah?"

"Ehmm sebentar." Memikirkan apa yang mu dititipkan. "Titip teh sama minyak goreng deh. Nanti beli di swalayan yang biasa mama beli ya.! Tahu kan?"

"Iya ma. Tahu. Yaudah ma pergi dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam... Hati hati!"

Sebelum pergi ke perpus mereka menuju toko foto copy dahulu, karena tugas yang ditinggalkan mereka harus foto copy.

Beberapa lembar kertas diterima Azha sambil memberikan nominal uang. Penjaga toko berhijab itu menyodorkan uang kembalian beberapa lembar.

"Terima kasih mbk." Ucap Azha memegang lembar foto copy.

Kembali menaiki motor dengan kecepatan stabil. Mengapa awan abu mulai bergerak di atas kepala mereka? Benar... Satu tetes air langit membasahi tangan Azha yang berada di pangkuan. Dua tetes. Tiga tetes. Dan gerimis mulai sedikit membasahi mereka. Beruntung, mereka sudah sampai terlebih dahulu sebelum rintikan hujan mulai tebal.

Sudah selesai drama gerimis mereka. Masuk melalui pintu transparan, dorongan untuk memilih buku ada pada Fera. Jelas Azha terbingung. Mengapa ia antusias pergi ke perpus? Tak tahu kenapa itu Fera.

"Mau pilih yang mana? Silahkan. Kakak juga mau keliling dulu ya." Azha mengawali.

"Iya kak. Nanti aku di tempat baca ya."

"Iya. Jangan tinggalin kakak."

"Iya iya kak. Marahin mama aku tinggalin kakak."

'beberapa menit dilalui'

"Sudah kak?" Tanya Fera duduk mengacak buku.

"Iya sudah."

"Yaudah ayo kak keburu hujan lagi."

"Iya." Membawa totebag putih dan memegang buku pinjaman.

Awan abu masih mengiringi perjalanan mereka, dengan jalan yang sedikit basah sebab turunnya air langit tadi.

"Fera cepet ganti baju! Kamu lebih basah.!" Suruh Azha.

"Iya kak. Nih tolong pegangin." Mengalihkan buku dari tangannya.

"Ya Rabb, kan nanti juga ke kamar." Azha mengikuti adiknya.

Handuk di geletakkan saja di kasur, Fera rebahan di sampingnya. Ia bngun dari tidurnya.

"Kak, foto copy-nya tadi mana?"

"Di tas kakak. Ambil gapapa!"

"Okey." Menggeledah totebag putih. "Mana kak, nggak ada ih."

"Ada Fera, coba cari lagi!"

"Mana kak, nggak ada! Ihh... Nggak mau foto copy lagi lho kak aku."

"Astaghfirullah... Apa ketinggalan di perpus ya." Kembali mengingat.

"Haduhh gimana kak. Udah sore juga nihh. Ambil aja. Kan besok dikumpulin." Fera menyarankan.

"Yaudah yuk ambil dulu deh kalo gitu. Tapi, jangan ngebut!"

"Iya kak. Masih ada waktu. Jam 5 kan baru?"

"Iya kelewat dikit kayaknya."

"Bu. Fera izin lagi mau ambil foto copy-an ketinggalan." Teriak Fera mengambil motor.

"Tadi bukannya udah?" Menyiram tanaman.

"Assalamualaikum Bu." Azha dan Fera pamit.

***

"Tuh kan kak. Untung mbaknya baik.!"

"Iya. Maaf ya jadi bolak balik." Meminta maaf tulus.

"Ehhh... Kak. Ada apa tu?" Bertanya sembari melihat jalanan penuh serius.

🍭🍭🍭

Waduhhh... Ada apa tu?

Next part terakhir,
Jangan lupa.

Ada plot twist nya nggak yaa??

.
.
.
30 Desember 2023

NOT A LOVE STORY ✓Where stories live. Discover now