Kabar Buruk

7 3 0
                                    

Jangan lupa vote ❤️
Selamat membaca
.
.
.
.
.

"Rasa cemas mulai menghampiri, tak bisa tuk dipendam lagi. Hanya dengan mengingat-Nya hati tenang kembali."
~not a love story

                                  🌻🌻🌻

Azha ditelpon Freya 30 menit sebelum bel dibunyikan. Fera ditelfon tidak bisa sebab batu baterainya habis terpaksa dicas di sekolah. Bisa bisanya ia membawa cas. Mereka buru buru pulang mengambil tas di kelas. Cas langsung diambil dari stop kontak berlubang dua itu.

"Bu kenapa? Ada apa?" Tanya Azha bernapas tak teratur memegang dada.

"Tadi ayah kalian menelpon." Menunjuk benda persegi itu.

"Azha, Fera sekarang juga kita menyusul ayah ke Singapura! Kemas barang kalian, koper di belakang almari! Cepat ya!!"

"Lohhh... Kenapa Bu?" Tanya Azha panik.

"Kalian nggak usah banyak tanya, ini urgent! Ibu pesan tiketnya sekarang."

"Baik Bu." Azha dan Fera menyahut cepat.

Tiba di bandara Melati Putih, tiga koper sudah berjejer rapi di dekat bandara. Bunyi suara untuk segera bersiap karena pesawat akan lepas landas terdengar. Ibu, Azha dan adiknya melangkahkan kaki dengan menggerek koper itu.

Pesawat lepas landas dengan baik hingga menabrak penghuni langit. Awan putih dilewati. Topi berwarna sage dengan paduan baju berwarna cokelat dan hijab senada melekat rapi di tubuhnya.

CEKREKKK....

Buku berjudul 'langit ku rindu' dipegang Azha. Matanya fokus hanya pada benda tebal agak persegi panjang itu. Adik di sampingnya asyik mendengarkan music kesukaannya hingga tertidur. Ibunya masih cemas menggigit jari.

"Ibu kenapa?" Azha bertanya.

"Nggak papa." Freya menjawab gugup.

Azha menganggukkan kepala, ia tahu pasti terjadi sesuatu. Tidak mungkin ibunya cemas seperti itu jika tidak ada hal.

Udara mulai dihirup Azha, Fera ternyata masih ngantuk, wajar tadi malam ia begadang. Sang ibu langsung menelpon ayahnya untuk minta dijemput. Ibunya meminta kedua anaknya menunggu di dekat bandara.

Azha membayar dengan uang pas ke pedagang asongan itu. Ia haus. Duduk sambil masih membawa bukunya, ia meminum air mineral. Angin bandara membuat rasa panas menjadi sejuk. Pemandangan sekeliling pun ikut menyejukkan mata. Sliweran orang orang meramaikan bandara itu.

Ayah tiba dengan mobil berwarna hitam. Turun dengan gugup dan langsung menyapa anak istrinya untuk segera masuk mobil. Azha dan Fera terbingung kenapa ayahnya gugup, lagipula ibunya tidak memberitahu mengapa mereka harus dibawa ke Singapura tempat ayahnya bekerja.

BRAKKK...

Koper membanting diri jatuh ke lantai. Azha menutup mulut terkejut. Fera teriak, ia tak pernah mendapat pemandangan seperti ini sebelumnya. Apa itu?
Endah telah tidur lelap di ranjang kamarnya.

"Nenek.... Kenapa nenek seperti ini? Yah kenapa dengan nenek yah? Kenapa?!" Tangisan Azha terdengar.

Neneknya mulai terbangun.

"Iya yah. Nenek kenapa?" Fera menyahut menangis.

"Baru saja nenek kalian jatuh di kamar mandi makanya cepat cepat ayah menelpon kalian. Sekarang juga ayo bawa ke rumah sakit!" Aditya membantu Endah berjalan.

"Iya yah. Sudah semua barangnya? Baju untuk ibu?" Freya bertanya pada Aditya.

"Sudah mah. Sudah papa taruh di bagasi."

"Ayo mah."

Walaupun nenek angkat dari ayahnya, tapi Azha tetap menganggap bahwa Endah sudah seperti nenek kandungnya. Pun dengan Fera. Mereka berjalan menuju rumah sakit.

"Mah, kenapa mama tadi nggak bilang nenek sakit?!" Azha bertanya sigap.

"Mama nggak ingin kalian khawatir. Maaf ya."

"Iya kan nggak gini juga ma." Fera menyahut.

"Udah Ra."

***Panggilan 'ibu' untuk Freya memang digunakan anaknya selama di Indonesia. Tapi di Singapura mengapa dipanggil 'mama'. Sungguh unik mereka berdua ini. Tahu keadaan dan tempat.***

Azha dan Fera mengambil cuti selama seminggu. Ibunya telah menghubungi wali kelas untuk mengizinkan kedua anaknya setelah sampai rumah sakit.

Rasa cemas mulai menghampiri, tak bisa tuk dipendam lagi. Hanya dengan mengingat-Nya hati tenang kembali. Mondar mandir di depan ruang rawat nenek menunggu dokter keluar ruangan.

Azha berdoa agar sang nenek baik baik saja. Iya.. neneknya hanya kecapekan dan kurang tidur. Pinggulnya memang sedikit sakit tapi dengan obat pasti hilang sakitnya.

"Nenek baik?" Tanya Azha meraba ranjang rumah sakit.

Neneknya mengangguk. Ia masih tidak banyak bicara.

                               🍭🍭🍭
Cepet sembuh nek...
.
.
.






NOT A LOVE STORY ✓Where stories live. Discover now