Rasa Iba

12 4 0
                                    

Jangan lupa vote ❤️..
.
.
.
.
.
"Suasana hening tercipta, timbulkan rasa iba luar biasa, tapi ini urgent sekali."
~not a love story

                                  🌻🌻🌻

Antareksa si anak cool X14. Ia ke kelas dengan earphone terpasang di telinga.

"Sa,, tadi siapa?" Tanya Tama menepuk bahu.

"Nggak tahu." Sahut reksa tak peduli.

Istirahat ke 2, kantin yang dituju reksa, Azha pergi mengambil barang tertinggal di kamar mandi. Tak sengaja bertemu lagi, keduanya cuek.

 Kembali duduk di dalam kelas, sembari mengacak buku dengan serius. Reksa ke kelasnya. Tak sengaja menoleh dengan Azha yang terlirik, kembali berjalan cool dengan earphone terpasang di telinga diikuti temannya.

Pagi hari, Azha bersama sang adik memarkirkan motor di parkiran, walau tanpa sadar Fera meninggalkan kakaknya karena piket, Azha tak sadar ditinggal sang adik. Azha langsung menuju kelasnya, berjalan menuju kelas, sepatu Azha terlepas dan ia menali sepatunya tepat ditempat dan saat itu juga.

Reksa akan memarkirkan motor malah hampir menabrak azha di jalan.

"Bremmm... ." Rem terdengar keras.

"Haaaa...." Azha menutup mata.

"Maaf nggak lihat." Reksa turun.

"Iya." Azha.

"Ehh.... Sa. Itu bukannya cewek yang kemarin yaa. Yang nabrak lo." Tama bertanya serius.

"Tahu."

Azha menuju kelasnya, berlari kecil terbirit.

"Fera, kenapa kakak ditinggal!?" Azha terengah-engah.

"Kan piket kaakkk.. jadi duluan tadi. Hehe..." Sahut Fera menyapu bawah meja.

"Oke. Tapi kan bisa bilang dulu. Kakak hampir ditabrak orang tadi."

"Astaghfirullah, maaf deh kak."

Pukul 07.00...

Guru masuk kelas Azha, ia terlambat masuk dikarenakan pergi ke kamar mandi.

"Duhh Ra, cepet udah bel tu!" Menggedor pintu.

"Bentar kak."

Selang kemudian....

"Ayoo kak. Kayaknya kita bakalan dihukum dehh."

"Kamu jangan gitu ahh,," takut Azha terduga.

Di depan kelas....

"Assalamualaikum" Azha mengetuk pintu.

"Waalaikumussalam... Kemana saja kamu?" Tanya guru matematika.

"Ta...tadi ke kamar mandi pak." Azha menunduk.

"Maaf ya Zha,, sesuai dengan kesepakatan pembelajaran di awal kita. Bahwa yang telah harus berdiri di depan kelas. Silahkan...." Tangan guru itu menyambut keluar.

"Oke.. keluarkan PR yang kemarin bapak beri.!"

"Kenapa loe?" Reksa menginterogasi.

"Gue lupa belum ngerjain. Alamat dihukum." Tersenyum menggaruk belakang kepala.

"Lohhh..."mengacak acak tas mencari. "PR gue kok nggak ada nihh."

"Belum ngerjain kali?!"

"Udah kok. Apa lupa nggak dimasukin ya." Mengingat tadi malam. "Iya dehh, kayaknya nggak gue masukin. Gimana nihh?" Seru Reksa khawatir.

"Kalau dihukum ya bareng lah."

"Kurang 2 orang, Reksa dan Tama. Mana PR kalian?!" Tegas menusuk.

Maju menghadap sang guru yang duduk..

"Ma-maaf pak, PR saya ketinggalan. Tapi, tadi malam sudah saya kerjain, cuma lupa ditaruh tas." Reksa menjelaskan lembut menunduk.

"Kamuu!" Melihat Tama tajam.

"Saya juga minta maaf pak, saya belum ngerjain. Lupa pak tadi malem. Hehe.." sedikit cengengesan.

Bisa bisanya sudah dihadapkan pada guru matematika masih bisa cengengesan.
Pak Bimo memang terkenal akan badan kekar tegapnya,yang sesekali juga terlihat garang akan tampangnya. Tapi, sebenernya ada sedikit rasa sayang padanya.

Lontaran kata guru berbadan kekar tegap itu membuat Reksa dan Tama keluar kelas menaati kesepakatan yang dibuat. Mau tidak mau, suka tidak suka mereka juga harus menjalankan hukuman itu. Empat orang siswa X14 ketahuan dihukum. Hukuman itu berlangsung selama 120 menit alias 2 jam.

Azha hanya bisa pasrah. Ia tidak pernah mendapat hukuman seperti itu sebelumnya. Tapi, apalah... Itu takdir, mungkin mereka agar bisa lebih disiplin lagi.

20 menit berdiri tanpa bicara apapun.

BRUKKK....

Tubuh tinggi itu jatuh dilantai dengan mata tertutup. Tama selaku orang terdekat sigap khawatir mencari bantuan. Fera memaksa Azha untuk membantu.

"Reksa... Lo kenapa?" Tama menepuk pipi.

"Ehh.. kak tolongin." Fera membujuk melihat Reksa tergeletak.

"Enggak ah...." Azha menolak keras.

"Kaaakkk..."

"Enggak Ra!"

Fera tersentak. Jika kakaknya sudah menolah suatu hal, ia sudah tidak bisa berbuat apa apa. Lagipun dia juga adiknya, mana mungkin membantah omongan orang yang lebih tua dan melindunginya.

Orang pingsan pun tidak bisa meluluhkan hati kakaknya, jika itu bukan urgent sekali. Jika asih ada tim kesehatan seorang laki-laki, pasti ia akan menyerahkan pada mereka. Tapi ini, tidak ada satu orangpun di luar. Pintu X14 ditutup agar tidak mengganggu pembelajaran. Benar benar Azha yang harus menolong.

 Benar benar Azha yang harus menolong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waahhh...

Reksa ditolong nggak nihh? Hmmm
Azha nihh yaa

Update sekalian deh soalnya kemarin nggak ke update...
.
.
.

Revisi, 27 Desember 2023

   

NOT A LOVE STORY ✓Where stories live. Discover now