SMP Bunga Negeri

29 3 0
                                    

 Jangan lupa vote❤️
.
.
.
.
"Saya tidak seperti mereka dan dirimu yang hanya membuang buang waktu saja untuk mengisi perut. Lebih baik belajar."
~Queen Farazha

                                 🌻🌻🌻

PERUT sudah menggonggong tak bisa ditahan, Arzhan ikut temannya mendatangi tempat makan di sekolah. Lain hal dengan Azha yang saat jam istirahat malah duduk berdiam di kelas ditemani buku baru yang ia gunakan untuk belajar, Fera berada di sampingnya.

  Siswa kelas 8E tidak merasa heran dengan sikap Azha dan adiknya, karena mereka pikir itu merupakan hal yang wajar di alami murid baru di suatu sekolah. Makanan ringan dibawa temannya di halaman depan kelas, tetap saja Azha masih melihat buku buku yang berada didepan matanya.

Merasa kasihan dengan azha, Arzhan pun mendatangi dan bertanya kepada azha.

  "Hai kamu, mengapa kau terdiam dan tidak seperti teman yang lain" tanya Arzhan.

Masih memandang new book berwarna biru itu.

  " Hey..."

  "Siapa namamu? Azha bukan?"

  "Saya tidak seperti mereka dan dirimu yang hanya membuang buang waktu saja untuk mengisi perut. Lebih baik belajar." Azha menjawab lembut sembari mengacak buku.

  "It's okay. Lanjutkan belajarmu. Maaf mengganggu." timbal Arzhan tersenyum.

"Mengapa dia hanya nanya ke kakak, aku nggak ditanya?" Bertanya tanya pada diri sendiri, Fera bersedih tapi tak apa.

***
Beruntung Azha dan Fera memiliki perbedaan. Sang adik lebih tinggi dari Azha. Dan yang paling menonjol, tas yang dipakai berbeda. Azha berwarna biru. Fera menggunakan cokelat.
***

Arzhan kembali menemui teman temannya hingga jam pelajaran kedua dibunyikan.
Mereka masuk ruangan kembali untuk mengikuti kelas lagi.

Menurut teman teman Arzhan, pengajar jam kedua ini sedikit tegas alias galak. Tertib di kelas dan tidak riuh menjadi pilihan mereka.

Pak Rudy mulai melangkah masuk kelas 8E. Ia mengajar matematika untuk kelas 8 dan 9. Kakak adik itu bersikap tenang sambil masih memahami buku paket matematika, mengingat mereka murid baru.

Arzhan juga belajar materi matematika yang akan diajarkan nanti oleh pak Rudy di kelasnya. Fera mengikuti perilaku kakaknya itu, ia selalu mengikuti apa yang dilakukan Azha karena merasa bahwa itu merupakan hal dan sikap terbaik yang dilakukan untuk ditiru.

Pak Rudy mengabsen para siswa yang hadir dalam pelajarannya. Papan tulis mulai dipenuhi oleh materi. Ada tugas terselip dalam benda putih itu.

Hasil kerja dikumpulkan, Azha yang sudah selesai pun mengumpulkan bersama sang adik, Arzhan menyusul. Satu persatu nama dipanggil. Giliran Azha mengambil buku.

"Kamu murid baru ya?"

"Iya pak." Jawab Azha.

"Kamu udah bisa beradaptasi ya. Kamu bisa mengerjakan dengan baik."

  "Terimakasih pak."

Queen Ferazha.

"Kamu juga siswa baru ya?"

"Iya pak. Saya adiknya Kak Azha."

"Kalian kakak adik?" Tanya serius. "Kamu juga hebat. Kerjaanmu baguss."

"Hehe... Terimakasih pak."

***Pak Rudy nggak tahu aja, kakak beradik itu pindahan dari Singapura. Jelas langsung bisa beradaptasi dong pak. Tapi, mereka menyembunyikannya entah mengapa.***

Pembelajaran kembali dimulai. Sekarang, pelajaran praktikum, yakni praktek membuat sabun yang terbuat dari lidah buaya. Azha kaget tapi tak apa. Nanti dibantu teman kelompok.

Para siswa berjalan beriringan ke lab. Praktek dibuat secara kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Azha mendapat kelompok dengan Arzhan, Teguh dan Fera. Azha merasa terkejut karena ia mendapat kelompok dengan Arzhan, siswa yang disegani para siswi.

Azha sangat tidak nyaman mendapat kelompok tersebut. Tapi, hal tersebut tidak membuat Azha harus komplain kepada gurunya, ia tetap patuh dan mengikuti praktek tersebut.

Arzhan sebagai ketua kelompok membagi tugas kepada kelompoknya. Ia sendiri menangani dalam hal cetak sabun, Azha mengupas dan mengambil gel lidah buaya, Teguh sebagai dokumenter, Fera bertugas dalam memeras dan mencampur gel lidah buaya dengan bahan untuk sabun. Mereka menjalankan tugas dengan baik dan hasilnya pun memuaskan, kelompoknya sebagai kelompok yang paling baik dalam praktikum ini. Beruntung, sekali praktek langsung menjadi yang terbaik. Memang takdir yang baik.

Pukul 15.20

Para ilmuwan itu kembali ke kelas membawa tas. Azha dan Fera pulang bersama dengan membawa sepeda motor. Azha sebenarnya ingin sepedahan tapi adiknya memaksa.

  Sampai dirumah, Azha dan Fera bersih bersih terlebih dahulu dan kemudian mereka memasak untuk makan, sebab sang ibu merupakan seorang guru yang mengajar di sebuah SMA sedangkan ayahnya bekerja di luar negeri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


  Sampai dirumah, Azha dan Fera bersih bersih terlebih dahulu dan kemudian mereka memasak untuk makan, sebab sang ibu merupakan seorang guru yang mengajar di sebuah SMA sedangkan ayahnya bekerja di luar negeri. Setelah masak mereka lalu membereskan pekerjaan rumah yang belum selesai, Azha yang membersihkan sedangkan Fera malah makan sambil nonton TV. Azha tetap membiarkan adiknya tidak membantunya, Fera capek setelah membantunya masak tadi. Pekerjaan semua selesai, 25 menit kemudian ibunya pulang.

"Waalaikumussalam...."

"Gimana tadi, lancar kan. Teman teman juga baik kan?"

"Iya Bu, mereka menyambut baik. Tapi, ya masih beradaptasi."

"Ehmm, nanti juga terbiasa."

Mereka berdua mengangguk.

Hari berganti malam, Azha pun tidur dengan adiknya sedangkan ibunya tidur di kamar sebelahnya mereka. Pukul 02.04 pagi, Azha terbangun menunaikan shalat tahajud. Adiknya masih tertidur pulas.

                                   🍭🍭🍭
.
.
.
Revisi 26 Desember 2023

NOT A LOVE STORY ✓Where stories live. Discover now