epilog : Saat Pergi Dulu

41 3 0
                                    

2 tahun yang lalu

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

2 tahun yang lalu..

Sahara terus berjalan tanpa arah, dirinya tak pernah segusar ini. Ia dijanjikan pulang oleh Angkasa, meski ia tahu janji itu bisa saja tidak pernah ditepati.

Dilain waktu, Angkasa yang sudah sebulan lebih berada di Negeri orang. Tengah merebahkan tubuhnya dilantai balkon.

Entah tidak ada pekerjaan atau apa. Sebab sudah setengah jam ia disana.

Terdengar pintu yang dibuka. Itu pasti Mas Dani.

"Angkasa, liatin bintang lagi?" Tanya Mas Dani melepas jas untuk segera membersihkan diri setelah menemui pekerjaan yang ia bawa sampai Singapura. Ya, meski yang Dani liat tak ada bintang dilangit.

"Mas!"

"Em.."

"Kapan kita pulang?" Tanya Angkasa tiba-tiba.

Dani diam sejenak. "Nanti, kalau kamu udah sembuh."

"Kapan?"

"Setelah operasi, setelah kamu diizinkan pulang."

Tak ada lagi pertanyaan yang Dani dengar. Namun saat ia hendak membuka pintu kamar mandi. Angkasa kembali berucap hingga langkahnya terhenti.

"Anak kecil itu.."

Dani menelan ludah saat Angkasa membahas seorang anak yang mereka kenal dirumah sakit. Anak berusia 12 tahun keturunan Indonesia-Singapura yang sama-sama mengidap gagal ginjal dan harus segera mendapatkan donor.

"Angkasa pikir dia jauh lebih membutuhkan ginjal itu. Jalannya masih panjang. Sedangkan Angkasa, Angkasa udah merasa cukup hidup dengan segala hal yang datang dan pergi. Sesekali, Angkasa juga mau berguna. Dan satu-satunya hal paling sederhana yang bisa Angkasa lakukan adalah memberikan ginjal itu."

Dani mengedarkan pandangannya acak, lantas menghela. "Kalau itu yang kamu mau, Mas Dani bisa apa?"

Kemudian masuk dan terdengar shower air dari dalam kamar mandi menyala dengan kencang. Setidaknya meredam suara tangisannya.

Lima bulan kemudian (satu setengah tahun yang lalu)

Sudah hampir enam bulan Angkasa jauh dari Saharanya, ia juga jadi semakin jarang mengabari Sahara.

Ia ingin gadis itu melupakannya secara perlahan. Jika sewaktu-waktu ia pergi. Angkasa harap, Sahara akan dengan mudah melupakannya tanpa mengetahui ia telah pergi.

Esok adalah hari ulang tahunnya, ia benar-benar dihadiahi kado terindah. Anak itu tengah berjalan kearahnya dengan jantung yang baru sambil tersenyum saat menyadari Angkasa yang duduk dikursi roda tengah menatapnya dari jauh. Sedikit sombong dengan jalan yang sedikit berlari, seakan dia telah diberi kehidupan kedua dengan jantung itu.

Angkasa pun tersenyum, rambutnya telah rontok tak tersisa.

Anak itu tiba dihadapannya, terlihat ia menyembunyikan sesuatu dibelakang punggungnya.

[✅]Angkasa Untuk Sahara-JihoonWhere stories live. Discover now