Kisah Alam Sadar 2

30 5 0
                                    

Sahara gelisah, kakinya terus menapaki jalan yang sama. Bolak-balik layaknya setrikaan. Membuat Mukidi yang duduk dikursi teras itu pusing saat melihatnya.

Ya, sekarang Sahara tengah menunggu setidaknya seseorang keluar atau datang menemui ia yang menunggu Angkasa. Meski  tetangga sudah bilang keluarga Mahesa sudah tidak terlihat sejak kemarin. Tapi, tetap saja, Sahara setia menunggu bersama Mukidi yang baru pulang sekolah masih lengkap dengan seragam dan tasnya.

"Kak, duduk napa nungguinnya. Bang Angkasa juga gak bakal kemana-mana." Ucap anak itu. Namun tak sedikitpun digubris Sahara yang terus fokus melihat jalanan dan ponselnya. Siapa tahu Angkasa akan membalas pesannya semalam.

"KAAAK!!!"

"Di! Diem dulu! Kakak lagi nungguin Bang Angkasa ini." Sahara berbalik, meladeni Mukidi yang terkejut melihat raut wajah Sahara.

Dan tak lama dari sana, suara motor terdengar mendekat kearah rumah Mahesa.

"Wawan?"

Wawan yang baru saja sampai pun ikut terkejut melihat Sahara ada dihadapannya.

"Kak, ngapain disini?" Tanyanya gelagapan.

"Kakak mau ketemu Angkasa. Soalnya Kakak gak dapet kabar dari kemarin. Kakak pikir Kakak buat Angkasa marah, karena gak bales chat Kakak. Terus Angkasa juga ga-- Wan?"

Wawan tersadar. "Ah! Ya? Kenapa?!"

"Kamu dengerin Kakak, kan?" Tanya Sahara sedikit memiringkan kepalanya ke kanan, menyadari tatapan Wawan yang kosong saat ia bicara. "Kamu kayak orang banyak pikiran, Wan."

"Wajar, Kak. Mikirin kuliah, kan. Oh, ya! Bang Angkasa lagi gak dirumah. Dia ada urusan mendadak buat beberapa hari kedepan, ini surat buat kampus."

"Apa ini?"

"Kasih aja sama pihak kampus."

Sahara sedikit ragu, namun pada akhirnya ia memasukkan surat dalam amplop putih itu lantas menganggukkan kepala pertanda mengerti.

"Oh! Ada lagi. Bang Angkasa gak bisa temuin Kakak buat beberapa hari kedepan. Dia bakal sibuk sama urusannya."

"Emang dia sibuk apa sampai izin ngampus?"

"Urusan negara."

"Huh?"

"Jadi rahasia. Makannya jangan sebarin ini." Ucapnya berbisik.

Sahara memang tertawa, tapi bukan berarti ia tak merasa ada kejanggalan dalam raut wajah Wawan.

---○●○---

"Ra? Mama liat kamu murung kayak orang gila." Mama duduk disamping Sahara.

Sudah sejak kemarin ia melihat Sahara murung tak jelas, entah karena apa.

"Mama, ih! Anak sendiri dikatain gila." Mama terkekeh. "Dih! Ketawa lagi."

"Makannya.. punya wajah cantik tuh jangan ditekuk." Ucap Mama duduk menyimpan teh manis yang ia buat sembari mencubit hidung Sahara. "Makin kusut terus Angkasa berpaling, udah gak kebayang banget tuh wajah."

"Gak lucu, ahk!"

Sahara semakin badmood saja saat Mama mengatakan Angkasa akan berpaling darinya. Ia menutup wajahnya dengan bantal sofa kemudian terdengar helaan nafasnya

Ia baru saja berhasil move on atas masa lalu sakitnya dikhianati. Dan dalam semalam, Angkasa berhasil merubah perasaannya lagi.

"Ma.."

[✅]Angkasa Untuk Sahara-JihoonOnde histórias criam vida. Descubra agora