Kebenaran Untuk Aditya

25 1 0
                                    

Julian terus berputar dihadapan Mas Dani dan Juna yang duduk dengan tenang, meski sebenarnya mereka juga cemas.

Angkasa baru kembali, entah darimana. Sejak kemarin malam ia terus berjaga disisi Wawan, menunggu sambil berharap ia siuman. Tapi, pagi ini, tiba-tiba saja ia pergi tanpa pamit dan kembali bersama Nana.

Angkasa memberikan izin Nana masuk melihat kondisi Wawan didalam. Setelah Nana masuk, dari tempatnya duduk, Mas Dani menanyakan dari mana saja Angkasa seharian ini.

"Kamu habis dari mana? Pergi gak bilang, gak ada kabar. Dihubungin gak bisa."

"Angkasa pergi nyari bukti."

"Kita serahin semuanya sama polisi, Angkasa!" Ucap Mas Dani meninggi.

"Kenapa aku harus percaya sama hukum?  Saat aku yakin Wawan gak bersalah, tapi polisi langsung menetapkan Adik aku sebagai tersangka, Mas!" Mas Dani terdiam. Tangannya mengepal, ia juga tak mau mereka jadi begini.

Kenapa mereka jadi begini?

"Setelah Bapak sama Mama pergi, mereka jadi tanggung jawab aku. Saat Mas Dani jauh, aku yang menjaga mereka. Saat mereka sakit, aku yang urus mereka. Saat mereka jatuh, aku yang mengobati lukanya. Bukan Mas! Bukan orang lain! Aku."

Mas Dani mengalihkan pandangannya sejenak, lantas kembali menatap mata Angkasa lekat dengan berpura-pura kuat.

"Kamu benar. Mas gak ada disisi kalian saat kalian masih butuh sosok orang tua. Mas gak bisa liat saat kalian tumbuh. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, Angkasa. Sejauh manapun Mas pergi, Mas akan kembali. Dan itu untuk kalian." Dada Angkasa terasa panas. Matanya mulai berkaca-kaca. "Kepergian Mama dan Bapak sangat membuat Mas terpukul. Untuk itu Mas gak mau kehilangan salah satu dari keluarga ini lagi."

"Mas gak usah khawatir, aku akan cari tahu sendiri tanpa melibatkan nyawa." Lanjut Angkasa.

---○●○---

Siang ini, Sahara teramat kesal. Ia sudah menunggu Angkasa sejak pagi. Tapi laki-laki itu tak menunjukkan batang hidungnya sedikitpun.

Ia berjalan kedalam, mengambil pisau untuk memotong sesuatu dihalaman kostannya. Tepat saat itu juga, Angkasa dengan motornya tiba disana.

Angkasa turun dari motornya, bersamaan dengan Sahara yang baru saja keluar pintu. Mereka saling menatap satu sama lain.

"Ra?" Angkasa tersenyum melihat Sahara. Namun senyumannya punah ketika menyadari Sahara yang membawa pisau.

"ANGKASAAAA!!!"

"RAAAAAA?!!!"

Sahara berlari mengejar Angkasa yang berjalan mundur, ketakutan karena pisau itu sudah berada dihadapannya bersama sang pemilik.

"Kamu kemana aja sih?! Aku tungguin dari pagi tau!"

"Ra-Ra, Ra! Pisaunya turunin dulu!"

"Apa? Oh?? Iya, maap." Angkasa sedikit tenang. "Kamu kemana sih?!"

Lagi-lagi pisau itu mengarah pada Angkasa. Membuat ia terpojok kemotornya sendiri.

"Raa!"

"Iya-iya!"

"Aku tau aku telat. Aku habis dari rumah sakit." Jelas Angkasa.

Bukannya membuat Sahara tenang, penjelasan Angkasa yang setengah-setengah membuat Sahara mengecek kening kekasihnya dengan pisau yang sama masih ia pertahankan.

"Kamu sakit?!"

"Ra, pisaunya mending kamu simpen dulu! Kalau gini, bukan pergi karena gagal ginjal aku."

[✅]Angkasa Untuk Sahara-JihoonWhere stories live. Discover now