Chapter 1_ Rumah

305 21 24
                                    

بسم لله الرحمن الرحيم

§
§
§

(Allah)
Ta'ati perintah ku, cintai aku maka akan kuberikan yang terbaik untukmu_

~~~~~~~~~~~~~~°°°°~~~~~~~~~~~~~~

Hujan yang sedari tadi mengguyur bumi kini terlihat telah reda. Genangan air pun terlihat pada jalan-jalan yang sudah sedikit rusak serta kicauan burung mulai terdengar begitu merdunya pada indera pendengaran.

Bertepatan pada hari senin orang-orang mulai beraktivitas kembali. Biarpun begitu, hari ini adalah hari yang paling tidak disukai oleh para pelajar.

Pada jam 5.30 pagi tepatnya di rumah keluarga Wijaya yang berlantai tiga, terdapat tiga manusia yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, termasuk juga satu manusia lagi yang sedang nyaman dengan tidurnya. Bantal dimana, selimut dimana, kepala pun dimana sangat amburadul.

Terlihat juga wanita cantik yang baru saja selesai berkutat didapur sedang berjalan tergesa-gesa menuju lantai tiga sembari menampilkan hidung yang kembang kempis, seperti sedang mengeluarkan api kematian.

Ceklek.

"Aca bangun! Sudah jam berapa ini!" perintah bunda Siska sembari tangan yang bergerak mencubit pinggang putrinya.

Aca yang terkejut dengan cubitan kematian itu, repleks kaki cantiknya menendang bunda dengan amat keras. Setelah tersadar, mata manik hitamnya pun membulat dengan secepat kilat, seperti ingin keluar dari tempatnya. Pasalnya ia sangat terkejut, karena kakinya telah sangat lancang menendang sang bunda.

"Aduh, oo emji helllow!! Bunda.. Aca minta maaf, sumpah deh tadi kaki Aca gatel heheh," kekehnya sembari menampilkan gigi gingsul serta lesung di pipinya.

"Bunda gak peduli! Sekarang kamu cepet mandi siap-siap sekolah!" perintah bunda dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Bund.. Aca gak mau sekolah, badan Aca lemes," keluhnya dengan dramatis.

"Bunda gak percaya! Sekarang cepet ke-kamar mandi, bunda hitung sampe tiga!" murkanya dengan mata, yang seperti ingin melompat detik itu juga.

"Lah kok tiga si bun, kecepetan begete itumah!"

"Kamar mandinya kan deket Aca!!" pekiknya dengan menggebu-gebu serta tangan yang sudah tidak tahan ingin mencabik-cabik wajah sang putri.

"Eh i-iya deh bun, Aca ke kamar mandi sekarang," Aca melangkah dengan kaki gontai. Namun, pada keseperkian detik kaki mungilnya terhenti dan jangan lupakan tubuhnya yang membalik. Hal itu menyebabkan ia dan sang bunda saling berhadapan.

"Tapi mau apa bun?" tanya Aca dengan wajah, yang seperti sedang berpikir keras.

"BERAK CA.. BERAK!! Bunda hitung ya, tiga dua sa," pekik bunda dengan suara nyaring,yang mengakibatkan putrinya masuk ke dalam kamar mandi dengan terbirit birit.

Setelah memastikan putrinya masuk ke dalam kamar mandi, bunda pun segera bergegas kelantai dua untuk membantu sang suami yang sedang bersiap-siap.

"Pah, sini bunda bantu pakein dasinya," ujar bunda dengan wajah yang kurang enak dipandang.

"Gak usah bund, panggil anak-anak aja buat sarapan," jawab papah Farhan dengan senyuman kecil yang membuat hati bunda mulai menghangat.

Pacar Halal Gue Gus KillerDove le storie prendono vita. Scoprilo ora