Diary

133 86 86
                                    

     “Bagaimana dunia tercipta, dan bagaimana rasa ini tercipta untuk dia yang tak merasakannya….”

                                         Kvin Jovandra

ིྀ ིྀ ིྀ ིྀ

Aku tidak langsung kembali setelah dari makamnya, Guran dan Jaila menahanku, ingin mengatakan beberapa hal padaku. Hujan juga masih turun, jadi Nozal membolehkannya sampai hujan sedikit mereda.

  
Jaila mulai merangkul ku, ke suatu tempat. Sedangkan Guran, menyeret paksa Nozal. Mereka membawa kami ke kamar Kvin dulu. Untuk sekarang masih belum ada yang menempatinya, kosong untuk sementara. Kami sampai, melihat sekitar kemudian mulai duduk di atas tempat tidurnya dulu. Sedangkan Guran dan Jaila di depan ku.  Dan Nozal  hanya bersandar di dekat pintu, sambil melipat kedua tangannya.

  
Guran kemudian mengulurkan tangannya dengan sebuah undangan, aku menatap heran padanya.
    
“Seharusnya sekarang kami sudah menikah, tapi kami menundanya “ucapnya, aku meraihnya.  
    
“Kenapa? “ tanyaku heran pada nya, ia tersenyum mendengar pertanyaan ku.
   
“Aku mau menikah saat Kvin datang, tapi sekarang itu mustahil. Jadi aku ingin kau datang nanti jika kami akan menikah lagi.”jawabnya, sejenak aku terdiam mendengar jawabannya, kemudian Jaila mulai memegang tanganku.

   
“Kami menunggumu, Anna. Kami punya sedikit janji dengan, Jo”sambung nya, menatap lekat ke arahku. Aku masih terdiam mendengar perkataan keduanya.

    
“Jangan mengatakan hal aneh padanya,”celetuk Nozal, mendengar perkataan keduanya. Jaila menoleh, menatap sinis ke arah Nozal, Nozal tak bergeming sedikitpun melihat tatapan sinis Jaila.

    
“Aku tidak peduli dengan pernikahan kalian yang tertunda, aku hanya ingin kembali bersama, Anna. Jangan mengacau nya, jangan suruh dia untuk tinggal demi pernikahan kalian. Jangan buat dia tetap disini dan terus bersedih, aku tidak peduli dengan kalian” ocehnya terus menerus, Guran yang sebelumnya tak menghiraukan perkataan Nozal sontak menatap kearah Nozal. Ia mulai berdiri, mereka saling bertatapan sekarang. Nozal  tak dapat menyembunyikan rasa takutnya di depan Guran, Guran tau maksud perkataannya.

     
“Tapi….–”Ujarku mencoba membantahnya.

    
“Tidak, Anna. Kumohon kali ini jangan membantahku” sambung nya.

   
Guran mulai berjalan pelan ke arah Nozal, sekarang mereka saling berhadapan.

    
“Apa, apa yang ingin kau katakan, aku tidak peduli apa yang akan kau katakan lagi. Aku hanya ingin kembali dengan nya,”ucapnya, keduanya saling bertatapan, tidak ada keraguan dalam tatapan keduanya. Guran memiringkan kepalanya, menatap dari atas ke bawah, hingga tiba-tiba memukul perut Nozal. Pukulannya cukup kuat membuatnya mundur beberapa langkah, Nozal memegang perutnya menatap kesal Guran, menahan rasa sakitnya. Aku yang melihatnya sontak berdiri, kemudian berjalan mendekati Nozal dan Guran.

  
Sebelum sampai di dekat keduanya, Guran membisikkan sesuatu pada Nozal. Matanya melebar, seketika ia berbalik dan berjalan pergi meninggalkan kami, langkahku terhenti melihat ia pergi. Aku mendekati Guran

    
“Apa yang kau lakukan tadi? “ tanyaku dengan sedikit rasa marah padanya,

    
“Pukulan kecil untuk nya, “ jawaban singkat, aku mengerutkan kening ku kemudian pergi meninggalkan nya, untuk mengejar Nozal.

SOUL THE INEFFABLE [End]Where stories live. Discover now