Still live in hope

175 153 68
                                    


Menemukan harapan, dalam keputusasaan. Dan harapan itu adalah dia
                                                 Anna

ིྀ ིྀ ིྀ ིྀ

Kesunyian memiliki bahasanya sendiri, biarkan kesunyian mengatakan apa yang ingin ia lakukan dengan bahasa nya sendiri. Aku masih hidup demi harapan dari hati paling dalamku.
Hari terus berlalu, tapi ntah kenapa aku tak lagi dapat membayangkan apapun tentang nya. Jiwa ku kembali memudar, cahaya ku tak terlihat lagi. Aku duduk sendirian di dekat jendela, memegang sebuah buku dan pena. Menulis semua hal yang telah kulalui bersamanya dalam mimpiku. Aku tak tahu harus bagaimana lagi jika aku benar-benar tak dapat melihat nya lagi.

"Hidup tanpa cahaya itu berbahaya, aku mungkin akan terjatuh lagi karna kehilangan cahaya ku" ocehku melihat pohon didekat jendela kamar ku.
Suara kicauan burung mulai terdengar, sinar matahari semakin terik, aku hanya dapat melihat kebebasan dari luar jendela ku, tak dapat merasakan nya secara langsung. Hidup itu aneh, aku ingin hidup namun juga ingin merasakan kematian.

Mata ku yang terus melihat keluar akhirnya melihat seseorang, seorang wanita tua sedang berdiri di depan pagar rumah ku, seolah sedang menunggu seseorang, raut wajah penuh kekhawatiran terlihat jelas dalam wajahnya. Aku pun bangkit dan segera berlari untuk menghampiri nya.
Sesampai ku di dekat pagar, ia menoleh padaku. Aku hanya menatapnya dari dalam pagar, sementara ia berada di luar. Ia mulai berbicara.

"Ah, Nona. Apa kau melihat pria tua lewat sini??" ia mulai bertanya padaku, aku menggeleng-geleng kepala sebagai jawaban. Ia menghembuskan napas dengan cepat, seolah sudah merasa sangat lelah.

"Mau mendengar sesuatu, Nona? "Ia kembali bertanya.

"Apa? " tanyaku balik.

"Jangan terlalu memikirkan sesuatu yang membuat pikiran manjadi kacau" ucapnya sambil memasukkan tangannya dari sela-sela pagar untuk menyentuh kepalaku. Aku terdiam membantu mendengar nya.

"Dan jangan berpikir untuk mati, kematian tidak akan memberikan apa pun padamu. Jangan biarkan seseorang mengusik pikiran, hati, dan dirimu" ucapnya lagi, sambil mengelus-elus kepalaku.

"Beberapa orang mencoba untuk meninggal kan dunia, dan tak menyadari dunia lah yang lebih ingin meninggal kan nya. Jangan biarkan juga dunia mencoba meninggalkan mu, dan kau juga jangan meninggal kan nya karna sesuatu yang tak seharusnya" Ucapnya lagi, sorot matanya seolah mengerti tentang apa yang terjadi padaku, seolah dia lebih tahu dibandingkan aku. Pandangan ku tak berubah, aku terus memandangi nya. Ia tersenyum melihat ku, saat itu ntah kenapa aku merasa pernah melihat nya.

Angin berhembus kencang, menerbangkan rambut ku, dan rambutnya, wajahnya tampak lebih jelas dia tampak cantik walau sudah tua.

"Aku Oceanna, dan siapa namamu? " tanyaku

"Aku....arana, suamiku memanggilku ana"jawabnya, tersenyum lebar.

"Itu nama yang indah, dimana suamimu sekarang apa dia orang yang kau cari tadi??"tanyaku sambil mencoba membuka pagar, namun ia malah menahannya.

"Jangan membuka kan pagar rumah pada seseorang yang belum kau kenal betul" ucapnya, menghentikan tangan ku.

"Dan yang kau katakan tadi benar, dia adalah suamiku" jawabnya kembali tersenyum.

SOUL THE INEFFABLE [End]Where stories live. Discover now