he who alone defeats time

129 106 48
                                    

Jantung berdetak kencang, warna dan janji, jiwa tanpa arah dan tujuan, seperti katamu aku akan mencari tujuan lain untuk melanjutkan hidupku, tanpa kalian semua yang telah meninggal ku sendirian di dunia ini
                                       Nozal

ིྀ ིྀ ིྀ ིྀ

  
Kedalaman cinta nya, ibarat sumur dengan kedalaman tanpa batas. Begitu dalam sehingga kau tak dapat melihat dasarnya lagi. Jika sesuatu ingin memperlihatkan dasarnya untukku maka aku rela membutakan mataku agar tak melihat dasarnya. Sehingga ia tak dapat berpaling dariku bahkan menghilang dari hidup ku, karna cintanya itu. Tapi, hal itu akan terjadi walau aku membutakan mataku, ia menghilang tanpa berpaling dariku.

    
"Menghilang tapi ia tak berpaling sedikit pun dariku" ucapku menatap langit di taman belakang rumahku, aku kembali berayun sendirian di taman ini.

  
Keinginan untuk terus berharap, namun keharusan mengharuskan untuk menghentikannya.

ʚɞ ʚɞ ʚɞ ʚɞ

  
Hari ini salju masih tetap turun, aku memakai mantel saat sedang berayun. Ia sudah melarang ku, tapi aku tetap keluar untuk berayun. Ia bahkan duduk di teras sambil menatapiku yang sedang berayun, dengan ekspresi kesal bercampur khawatir ia terus menatap ku. Aku melarang nya terlalu dekat dengan ku, sehingga ia hanya dapat duduk di teras.

    
"Dia sangat manis, kakak pertama ku terlalu manis" batinku, aku menutup mataku kemudian tersenyum menghadap keatas.

    
"Hey ada apa? " ia bertanya padaku, aku menggeleng-geleng kepala sebagai jawaban untuk nya.

 
  
Salju terus ber turunan mengenai wajahku, rasanya dingin namun tetap hampa. Aku bahagia saat bersamanya, tapi aku tetap merindukan nya. Tanpa sadar, aku menangis Nozal langsung berdiri karna melihat ku menangis, aku yang masih menghadap ke atas sementara air mataku mulai menuruni pipiku. Ia segera berjalan kearahku, menghapus air mataku dengan halus, aku membuka mataku, kami saling bertatapan untuk waktu yang lama.

   
"Ada apa Anna? Kau menangis? " ia bertanya padaku, menatap lekat padaku. Kami masih saling bertatapan, ia sama sakali tak membuang tatapannya dariku.

    
"Tidak papa Anna, aku disini untuk mu" ia mengatakan hal aneh, kemudian berlutut di depan ku, sambil memegang tangan ku. Aku menatap nya lagi.

  
Ia memegang tangan, kemudian menarik lengan bajuku untuk menutupi keseluruhan tanganku.

    
"Tanganmu sangat dingin Anna, bagaimana kalau kita masuk" Ucapnya padaku dengan lemah lembut. Aku hanya terdiam, ia kembali berdiri, menarik pelan tangan ku untuk memasuki rumah, aku mengikuti nya, tanpa sepatah katapun.

ʚɞ ʚɞ ʚɞ ʚɞ

  
Seolah aku sedang di pengaruhi sesuatu yang tak dapat di jelaskan. Ia terus memegang tanganku, saat berjalan menuju kamarku, menaiki tangga, memasuki kamarku, bahkan saat aku sudah di duduk diatas tempat tidurku.

  
Raut wajahnya terlihat sangat cemas, ia mengambil kursi kemudian duduk tepat di depan ku.

    
"Hey Anna, ada apa?? Kau merasa sakit atau apa?? " Ia mulai bertanya padaku, aku menggeleng-geleng kepala sebagai jawaban lagi.

    
"Anna… " ucapnya perlahan, aku menutup mataku, kemudian kembali membukanya dan menatap nya.

    
"Aku tidak papa" Ucapku dengan ekspresi baru, ia menatap sayu padaku.

SOUL THE INEFFABLE [End]Where stories live. Discover now