° 2. Sepercik Api °

749 90 13
                                    

Kehidupan sekolah yang Hansa jalani sebenarnya biasa-biasa saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kehidupan sekolah yang Hansa jalani sebenarnya biasa-biasa saja. Tidak ada yang spesial seperti kisah di novel-novel remaja yang sering diperbincangkan anak gadis di kelasnya. Karena Hansa memang hanya cowok biasa. Datang ke sekolah, belajar, mengikuti ekstrakurikuler, organisasi sekolah, dan sesekali membolos ketika jenuh. 

Dia bukan anggota geng yang seringkali memicu keributan dengan geng sekolah lain. Dia juga bukan ketua OSIS super keren yang memiliki banyak penggemar di kalangan gadis sampai mendapat perhatian ke mana pun dia pergi. Posisinya di OSIS hanya sekadar anggota, yang jika rapat dia hadir dan ikut kegiatan apa pun yang diselenggarakan tanpa banyak ikut campur.

Ekstrakurikuler … dia hanya ikut voli. Itu pun karena bertujuan untuk mengawasi Aaron, sahabatnya, yang sangat mencintai olahraga itu padahal melakukan servis saja masih sering salah. Beruntungnya bocah itu menempati posisi Libero yang terhindar dari melakukan servis.

Namun, anehnya dia tidak membenci olahraga ini. Dikata suka tidak jugam Hansa hanya menikmati setiap momen bersama teman-teman dengan bermacam karakter, di mana dia bisa belajar untuk memahami orang lain.

Seperti sekarang, dia tengah berlatih dengan keduabelas anggota klub untuk menyiapkan pertandingan minggu depan. Keringat sebesar biji jagung sudah memenuhi dahi cowok itu. Akan tetapi, Hansa masih setia meloncat dan memukul setiap bola yang diarahkan padanya demi bisa menembus pertahanan lawan.

“Ha!” teriaknya bersamaan dengan smash kuat hingga mampu menembus tiga orang blocker yang menghadang di depannya.

Satu skor berhasil diraih, sekaligus menjadi akhir dari pertandingan karena timnya telah berhasil mencetak skor 25, selisih 2 poin lebih banyak dari tim lawan. Sebuah kemenangan yang berhasil memicu decak sebal dari kawan-kawan di seberang jaring.

“Ih, besok-besok kalau latihan gue masuk tim lo aja, biar menang,” gerutu cowok setinggi telinga Hansa yang kini tampak cemberut karena kalah bertanding.

Hansa terkekeh, “Tadi gue udah ajak lo buat join, ya. Tapi lo-nya aja yang jual mahal. Mentang-mentang jadi satu-satunya Libero, langsung sombong.”

Cowok itu berjalan ke tepi lapangan kemudian duduk dengan kaki lurus. Hal itu diikuti oleh sahabatnya, yang kini juga mengambil posisi di sebelah Hansa. Menyusul beberapa anggota voli yang juga tengah mengistirahatkan tubuh.

“Habis ini main sekali lagi, yuk. Tapi gue masuk tim lo, ya,” celetuk Aaron. Bahkan dengan baju yang sudah basah oleh keringat, anak itu masih punya banyak tenaga.

Terdiam sejenak, Hansa menimang ajakan sang kawan. Namun, di detik berikutnya cowok itu menggeleng pelan.

“Gue nggak dulu, deh. Capek,” tolaknya halus.

“Lah, tumben Ace kita ngeluh capek. Biasanya ayo-ayo aja main sampe Maghrib,” timpal Angga, salah satu dari anggota yang kebetulan duduk tak jauh dari Hansa.

NoktahWhere stories live. Discover now