Bab 14: Jalan pikiran Rasya

32 10 10
                                    

Happy Reading

***

Seluruh warga sekolah segera menyebarkan kejadian di kantin, dan tidak butuh waktu lama untuk membuat semua orang percaya dengan perkataan Rasya. Hal ini benar-benar berbeda dengan respon mereka ketika Zarosa menegaskan pada beberapa orang tentang hubungannya dengan Rasya adalah kebohongan. Kini ini, gadis itu mengerti, sebuah kepopuleran memiliki pengaruh besar.

Setelah meninggalkan Rasya di belakang perpustakaan, dia langsung menyusuri koridor mencari keberadaan Vina. Pikirnya, dia harus memberi penjelasan pada sahabatnya itu tentang Rasya yang hanya ingin mempermainkannya. Membuat jebakan paling gila demi kepuasan diri dan dia adalah sasaran empuk laki-laki yang terlihat lebih pantas disebut sebagai pria kurang belaian.

Cih, kalian pikir gue yang ngejar-ngejar cowok idaman lo pada? Andai aja lo semua pada tau kalo dia nggak selayak itu untuk dikagumi! Zarosa berdecih dalam hatinya.

Celaan dan pujian terus meluncur dari bibir semua orang yang ia lewati, keduanya seakan saling bertabrakan di kepala Zarosa.

Zarosa terus melangkah dengan kaki kecilnya, kepalanya mengedar ke seluruh arah mencari Vina. Hingga dia menemukan sosok Vina di bawah pohon rindang yang menghadap langsung ke lapangan. Sahabatnya itu terlihat menunduk tak semangat.

Dengan langkah kaki besar Zarosa mendekat pada Vina. Dia melangkah mengendap dan berhenti di belakang bangku yang Vina duduki. Lalu, mengambil ancang-ancang ingin membuat Vina terkejut.

"Dor!"

Senyum Zarosa yang semula melebar, kini mengerucut akibat Vina tidak memberikan reaksi seperti harapannya. Dia hanya menoleh sejenak ke arah Zarosa, lalu kembali menatap ke depan.

Melihat Vina bertingkah mengabaikannya, Zarosa segera duduk di samping gadis itu. Memperhatikan Vina lekat, dia tahu pasti Vina marah padanya.

"Vin...," panggilnya dengan nada lembut, tetapi hanya sebuah deham kecil yang dia terima.

"Vin ... serius, gue nggak tau kalo dia bakal ngomong begitu di kantin! Padahal, sebelumnya kami udah sepakat, dia juga udah setuju buat klarifikasi tentang hubungan itu. Bahkan kemarin, pas lo habis dari lapangan, Kak Rasya juga ngomongin itu sama gue!"

Vina kini menoleh, "jadi, lo mau bilang kalo Kak Rasya suka sama lo, makanya dia kayak gitu?"

Zarosa menggeleng karena terkejut. "Nggak! Kapan gue ngomong begitu coba?"

"Kesannya apa yang lo sampaikan tadi mengarah ke sana, Zarosa!" ucap Vina.

"Nggak. Dia itu nggak mungkin suka sama gue, tapi yang pastinya dia itu cuma mau ngerjain gue, Vina!" tegas Zarosa, "lo tau? Biar dia mau klarifikasi aja, gue harus setuju untuk jadi anggota OSIS. Tapi, pas tau dia klarifikasinya kayak tadi, gue bilang nggak mau dong nurutin permintaan dia. Eh, dia malah nekan gue bahwa gimana pun dia tetep klarifikasi. Dia bilang, dia ngelakuin apapun yang gue mau walaupun itu jauh dari harapan gue."

"Vina, lo harus bantuin gue biar bisa terbebas dari ketos killer itu!" pinta Zarosa memohon.

"Serius, gue sama sekali nggak punya hubungan apapun sana dia! Sejak gue digosipin pacaran sama dia, hidup gue rasanya nggak tentram kayak sebelumnya."

Vina tak bergeming. Zarosa menunduk dalam, "gue tau lo pasti marah, kan?" lirihnya.

Setelah beberapa detik Vina menatap Zarosa yang masih tertunduk. "Oke, gue akan bantu lo!"

Zarosa segera mengangkat kepala usai Vina selesai berbicara.

"Tapi bener, kan? Lo nggak ada hubungan apapun sama ketos itu?" tanya Vina kemudian.

The Brilliant & The UnfortunateWhere stories live. Discover now