Chap 18 - Meminta maaf

151 27 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat sekarang sudah waktunya istirahat ke-2. Esya dan temannya akan ke perpustakaan untuk meminjam buku.

Saat akan naik tangga menuju lantai 3 dimana perpustakaan itu ada. Mereka bertiga berpas-pasan dengan Arga and friends.

Karena Esya malas berurusan dengan Arga and friends jadi dia hanya melihat sekilas kearah mereka dan berlalu. Baru lima langkah dia dipanggil oleh seseorang.

"Syaa tunggu" Panggil Bumi.

Esya menghembuskan nafasnya berat, lalu dia berbalik. Dan menaikkan alisnya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo sama Alina juga. Nanti pulang sekolah ke kafe depan sana. Tenang ini cuma kita bertiga doang" Jelas Bumi.

"Kenapa ga ngomong sekarang? Kenapa harus nanti?" Tanya Esya. Dia sebenarnya malas berurusan dengan Arga ataupun tetek bengeknya.

"Ini bener-bener penting Sya. Gue mohon untuk sekali ini aja. Gue tunggu" Setelah mengatakan itu Bumi pergi menyusul teman-temannya yang ternyata sudah jauh didepan sana.

"Kalian berdua tinggal dateng aja si ke sana, siapa tau emang bener-bener penting" Ujar Lula. Dia tidak ingin kepo dengan urusan mereka bertiga.

Alina mengangguk, "Kita nanti kesana yah kan sama gue tenang aja kalau dia macem-macem sama lo gue gibeng"

"Okelah" Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke perpustakaan.

**

Di taman belakang sekolah, Arga and friends sedang ngadem disana. Ditengah teriknya matahari suasana taman belakang memang sangat sejuk cocok untuk ngadem.

"Bum, emangnya lo ada urusan apa sama si Esya? Sama anak baru juga" Tanya William penasaran.

"Rahasia, dan itu bukan anak baru dia emang udah sahabatan dari orok sama Esya" Ujar Bumi.

"Alah lo main rahasia-rahasiaan gak asik lo" Kata Arsen.

Arga hanya diam menyimak, dia tau apa tujuan Bumi mengajak Esya dan Alina bertemu nanti. Ya untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan persahabatan mereka.

Kenapa Arga tidak ikut? Karena dia masih mempertahankan ego nya. Untuk tidak memaafkan Esya.

"Kita main ml aja yok" Ajak William.

"Gass"

"Gaskeunn, lo ikut Ar?" Kata Bumi.

Arga mengangguk, dia juga sebenarnya gabut dan bosan. Jadi dia memilih untuk ikut bermain ml.

**

Tak terasa waktu pulang sekolah telah tiba. Semua siswa-siswi SMA Sky Castle berbondong-bondong untuk pulang ke rumah masing-masing. Dikelas Esya, Lula berpamitan untuk pulang duluan karena ia ada janji dengan sepupunya untuk menemani kondangan. Jadi dia buru-buru sekali.

Esya dan Alina mereka berdua langsung menuju ke cafe depan sekolah mereka. Untuk bertemu Bumi tentu saja.

Sesampainya di sana ternyata Bumi belum sampai, jadinya mereka memilih pesan minuman dahulu sembari menunggu Bumi.

"Lin menurut lo Bumi mau ngomongin apa sama kita? Dan kenapa dia sendiri maksudnya gak sama temen seperjuangannya" Tanya Esya. Dia bingung apa tujuan Bumi mengajak dia dan Alina ke cafe dan berbicara penting yang Esya sendiri tidak tau apa.

Alina tau maksud Bumi mengajak mereka berdua berbicara penting. Apalagi kalau bukan untuk meminta maaf? Dia sudah menebak ini akan terjadi. Tetapi Alina bingung kenapa tidak dengan Arga? Kenapa hanya Bumi?

"Linn kok lo bengong sih" Kata Esya. Alina bengong seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Eh sorry sorry, lo tadi ngomong apa?" Ujar Alina.

Esya mendengus sebal, "Gue tadi ngomong apa tujuan Bumi ngajak kita ketemu? Kenapa ga sama antek-anteknya?"

"Gue juga gak tau apa tujuan Bumi ngajak kita ketemu"

Esya diam, dia mencoba menerka-nerka. Saat sedang berfikir keras. Dia kaget tiba-tiba ada yang menepuk bahunya.

"Sya" Kata seseorang yang menepuk bahunya Esya.

"Eh anjir gue kaget, kalau dateng tuh jangan maen asal nepuk gitu, kaget to the bone nih gue" Gerutu Esya.

Bumi meringis, "Sorry sorry gue gak sengaja"

Lalu mereka duduk dengan Bumi dihadapan Esya dan Alina.

"Kalian udah pesen makanan sama minuman?" Tanya Bumi basa basi.

Melihat Esya yang sepertinya enggan menjawab, Alina pun membalas, "Iya udah tapi baru minuman, kalo lo mau pesen pesen aja"

Tak lama pesanan Esya dan Alina datang, dan Bumi memesan minumannya.

Suasana menjadi hening sesaat. Tidak ada yang berani untuk memulai pembicaraan. Alina yang melihat itu ia memilih memulai pembicaraan.

"Ekhem, jadi lo mau ngomongin apa sama kita?"

Bumi yang mendengar pertanyaan itu sontak menghela napasnya, "Gue ngajak kalian berdua kesini yaitu untuk meminta maaf pada kalian berdua. Terutama lo Syaa"

Esya menaikkan alisnya, "Untuk apa?"

"Untuk semua kesalahan gue dimasa lalu dan masa sekarang. Gue bener-bener meminta maaf sama lo. Gue tau gue salah dalam memihak siapa yang benar dan siapa yang salah. Tapi waktu itu gue masih sangat labil, jadi gue hanya diam dan ikut-ikutan membully lo. Dulu sebenernya gue mau bantu Lo dan bela lo saat Arga kasar dan permaluin lo didepan banyak orang. Tapi gue terlalu takut untuk kena bully sama orang-orang juga"

"Pengecut" Sela Esya.

"Ya gue emang se-pengecut itu dan gue mengakuinya. Dan untuk urusan lo mau maafin gue atau nggak. Gue nggak masalah kalau lo nggak maafin gue, dan gue juga tau kalau perbuatan gue sudah sangat keterlaluan sama lo tapi gue disini mau memperbaiki hubungan persahabatan kita"

"Nggak!" Sentak Esya. Dia tidak mau bersahabat lagi dengan para penjahat disini.

"Oke gue ngerti, gue cuma mau bilang itu aja. Dan mungkin lo bakal nyaman kalau gue menjauh dari lo"

"Ya bener mending lo jangan sokab sama gue, anggep aja kita orang asing yang gak saling kenal" Kata Esya.

Bumi yang mendengar itu dia langsung diam. Tetapi dia juga lega karena bisa meminta maaf pada Esya, walaupun belum dimaafkan.

"Kalau misalnya lo butuh bantuan atau butuh teman curhat lo bisa hubungin gue Syaa. Gue siap jadi sandaran saat lo sedih. Ini nomor gue. Gue harap lo simpan nomor ini" Ucap Bumi seraya menyodorkan sebuah kertas.

"Dan untuk lo Alina gue juga minta maaf kalau gue ada salah sama lo. Gue cuma mau lo ada saat Esya butuh sandaran. Dan gue harap kalian tetep sahabat sampai tua nanti. Gue pamit duluan" Lalu Bumi beranjak dari sana dia juga meletakan uang untuk membayar Minumannya yang bahkan belum sampai dimeja mereka.

Alina yang sejak tadi mendengarkan sedikit terenyuh saat bumi mengucapkan kalimat-kalimat tersebut. Alina senang Bumi sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Esya.

Esya sendiri dia juga sebenarnya tidak terlalu ada rasa benci kepada Bumi. Karena dia bukan Esya yang sesungguhnya dia Ghesya. Jadi dia bodo amat dan pastinya dia mengambil nomor Bumi dan menaruhnya dalam tas. Siapa tau penting.

Esya dan Alina lalu mengobrol santai setelah ketegangan beberapa saat yang lalu. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 5 mereka pun pulang menuju rumah masing-masing.

***

Heyyoooo
Welcome back to another chapter
Jangan lupa Vote and Comment yawww
Thank youuuu

24des23

From Ghesya To EsyaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora