🍼 HIDUP DAN MATI🍼

737 45 2
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif

.
.
.
.
.

Bocah kecil dengan gigi kelincinya yang imut sedari tadi tak henti menatap kagum perut Windu, menempelkan telinganya berusaha mendengar guna memastikan apakah benar ada kehidupan didalam sana. Windu tersenyum, rasanya bahagia sekali. Mual dan pusing yang ia rasa beberapa hari lalu rupanya tanda-tanda kehamilan. Sudah tak sabar rasanya ingin menyampaikan berita menggembirakan ini pada suami dan kelima putranya yang lain.

" APA? HAMIL LAGI! "
Wiradarma mengusap wajahnya kasar, bukan tidak senang hanya saja mereka sudah memiliki enam orang anak bahkan Rayyan, masih terlalu kecil untuk memiliki seorang adik.

" Kamu gak suka ya? " Bahu Windu merosot jatuh, tak menyangka reaksi suaminya akan seperti ini tapi memangnya gara-gara siapa dia begini, dasar pria mau dienaknya saja.

" Bukan tidak suka tapi... Apa jenis kelaminnya? "

Windu memutar bola mata jengah

" Mana kutau, usia kandunganku baru tiga Minggu belum sempurna bentuknya. Memangnya kenapa? "

" Aku mau anak kita kali ini perempuan, biar ada yang cantik menemani dirimu "

Windu tersenyum sambil mengelus perutnya, sama seperti sang suami dirinya pun berharap jika kehamilannya yang ketujuh ini bisa menghasilkan seorang gadis biar ada temannya juga.

" Kalau ternyata laki-laki? "

" Kita buat lagi "

Wanita cantik itu memukul bahu Wiradarma main-main, suaminya ini memang kelebihan hormon. Enak saja dia mah tinggal nanam benih yang capek sembilan bulan dan harus bertaruh nyawa, memangnya siapa lagi kalau bukan dia, seorang ibu.

Waktu terus berjalan kini usia kehamilan Windu sudah mencapai bulan kesembilan tinggal menghitung hari untuk menyambut kelahiran bayi mungil dalam bagian Anggawirya. Selama kehamilan dia merasa baik-baik saja, bersyukur karena anaknya kali ini tidak banyak maunya terkecuali Windu yang kini senang sekali mengoleksi Kumamon, bahkan pernah satu kali dia meminta Wiradarma memakai kostum Kumamon sepanjang hari. Wiradarma yang tidak ingin anaknya ileran dan cinta istri juga terpaksa mengesampingkan gengsinya.

Windu mengalami kontraksi hebat, dirumah tidak ada siapa-siapa terkecuali Rayyan. Perutnya luar biasa sakit dan si bayi sudah mendesak ingin keluar. Windu terbaring diatas lantai dan ketubannya sudah pecah, dia mengerang berusaha berteriak tapi di jam seperti ini Wiradarma masih bekerja dan anak-anak ada disekolah.

" Mama Napa? Cakit pelut ya, Dedek bayi mau kelual "

Dengan sisa tenaganya, Windu berusaha untuk tetap sadar meminta Balita itu untuk mengambil ponselnya, Rayyan mengangguk berlari dengan kedua kaki mungilnya berusaha memanjat ranjang yang lebih tinggi darinya, usahanya membuahkan hasil kini ponsel berlogo apel tergigit itu dia berikan pada sang Mama.

Windu cepat-cepat mencari kontak siapapun yang bisa dihubungi lebih dulu, ia menemukan kontak Bara dan tanpa pikir panjang segera menghubunginya.

" Bara hahhh hahhhh pu--lang hahh "

" Mama kenapa? "

ALANKA |Baby Version|END|Where stories live. Discover now