🍼 KEJAHATAN PAK GITO🍼

675 53 3
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif

.
.
.
.

{Kelanjutan dari 👨‍🏫}

Gito tak pernah suka dengan orang yang bisa mengalahkan kepintarannya, ia menganggap dirinyalah yang seharusnya disanjung. Mungkin ia terima jika itu lebih tua darinya tapi ia merasa harga dirinya terinjak-injak oleh seorang anak ingusan. Pemuda itu melepas kacamatanya, image-nya sebagai guru baik hanyalah penyamaran, seringai menakutkan ditunjuk menatap penuh dendam pada entitas yang terbaring tak sadarkan diri masih dalam pengaruh bius yang ia berikan.

Ia tau dirinya diburu namun ia tak gentar sedikitpun, diantara pisau kecil, sedang, dan besar mana yang harus ia gunakan lebih dulu atau kapak disana agar pekerjaannya cepat selesai lalu ia bisa kabur sebelum polisi datang kemari

Matanya terbuka perlahan, pusing langsung mendera ingin memegang kepalanya namun tak bisa. Sadar dirinya berada di tempat asing dan kaki tangannya diikat dengan rantai membuatnya memberontak, Gito menoleh dan berbalik

" Bangun lebih cepat rupanya "

Alanka tersentak, suara itu. Ia menoleh dan betapa terkejutnya ia mendapati Gito, guru matematikanya namun dia tidak seperti Pak Gito yang ia kenal, Alanka gemetar airmatanya tumpah ia berusaha membebaskan diri walau usahanya itu hanya akan mencederai pergelangannya.

" Pak Gito lepasin Alan, kenapa kayak gini. Please, Alan minta maaf kalau punya salah "

Gito mendengus remeh, mengelus sisi wajah Alanka dengan pisau kecil. Tangis Alanka tak terbendung, ia ketakutan sepenuhnya tak menyangka jika guru yang dikenal baik rupanya bisa berubah menjadi monster

" Kamu gak akan begini kalau kamu bodoh Alanka, kepintaranmu itu menjadi bumerang yang akan melukai bahkan membunuhmu sekalipun. Oh aku harus mulai darimana dulu? Aku akan membebaskanmu tapi sebelum itu biarkan aku mencabut otakmu dulu, aku penasaran jenius kecil sepertimu punya otak seperti apa "

Bulir-bulir besar keringat bermunculan, Alanka dalam kondisi tak baik. Pernafasannya bermasalah terlebih ia berada dalam situasi menakutkan di ruangan sempit tanpa ventilasi, tempat ini terlalu tertutup dan minum pencahayaan hanya ada satu lampu yang menyala redup menambah kesan mencekam
.
.
.
.
.

Tim patroli tiba di lokasi dan menemukan Jordan serta Rayyan, para polisi disebar untuk mencari keberadaan Alanka di seluruh penjuru sekolah, menyisir berbagai tempat namun hasilnya sungguh mengecewakan. Wiradarma datang setelah dihubungi oleh Jordan beberapa kali.

" Mana anak saya! " Suara Wiradarma melengking sambil mendekap Rayyan yang tampak shock, Jordan menunduk semakin dalam, salahnya karena lalai menjemput dua tuan muda.

" Siapapun temukan dia, anak saya... Anak saya punya masalah serius dengan pernafasannya " Intonasinya merendah di akhir, terlihat putus asa ia membiarkan Rayyan dibawa oleh Paramedis untuk ditangani karena kondisinya memburuk.

" Tuan.. maaf... " kalimat Jordan terputus kala Wiradarma mengangkat tangannya

" Ini bukan salahmu Jor "

ALANKA |Baby Version|END|Where stories live. Discover now