🍼 ALANKA SAKIT 🍼

1.9K 73 5
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif

.
.
.
.
.

>>>Ini cerita saat Alanka berumur 3 tahun

Alanka sadar bahwa ia tak seperti anak-anak lain yang bebas bermain, segala aktivitasnya dibatasi dan harus dibawah pengawasan. Alanka sadar tentang kondisinya yang tidak sebaik anak-anak lain, yang ia tau bahwa dia tidak sehat, meski dokter mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan namun tetap saja hal itu tak bisa diremehkan sedikitpun.

" Little Prince, ini Dr. Johan. Mulai hari ini dia yang menjadi dokter pribadimu, jadi jangan takut sama Dr. Johan ya, Dr. Johan baik kok, dia sayang sama anak kecil "

Alanka hanya diam, ia menatap dokter muda yang diperkenalkan oleh Wiradarma

Dokter itu tampan tapi tidak lebih tampan daripada Papa dan Abang-abangnya, tubuhnya tinggi mungkin sepantaran dengan Bara


Dr. Johan mengeluarkan sebatang permen susu, Alanka tertarik dengan lubang kecil yang muncul di pipinya saat dia tersenyum
.
.
.

"Pak Wira, sepertinya Alanka alergi obat "

Wiradarma menoleh, buru-buru ia pergi kekamar anak bungsunya dan menemukan Alanka muntah-muntah di wastafel dan Fajar yang menggosok punggungnya

Fajar menatapnya dengan raut khawatir. Adiknya muntah banyak setelah menelan obat yang diberikan oleh Dr. Johan

Wajah Dr. Johan pucat pasi, bagaimana ini. Baru hari pertama bekerja saja dia sudah membuat kesalahan, bagaimana kalau dia dipecat

Sebelum itu terjadi, dia akan melakukan yang terbaik. Karena itulah dia bekerja siang malam demi menemukan obat yang cocok untuk Alanka.

Semua was-was, menunggu hasil dari suntikan yang diberikan oleh Dr. Johan, Alanka menangis kencang di gendongan Wiradarma, tidak ada anak didunia ini yang suka disuntik apalagi Alanka yang harus mendapatkan empat suntikan sekaligus, di lengan kanan atas, lengan kiri atas, paha kanan, dan paha kiri.

" Johan, kau yakin ini berhasil? " Tanya Wiradarma khawatir, Alanka yang tak juga berhenti menangis semakin membuatnya tak karuan

" Harusnya aku saja yang lebih dulu merasakan suntikan itu " Sambungnya, benar harusnya dia saja agar dia sendiri yang merasakan sakitnya.

Dr. Johan hanya diam, tak tau ingin mengatakan apa. Ia pun juga sama khawatirnya, tapi kemarin saat ia menyuntikkan obat itu pada seekor kelinci yang sakit. kelinci tersebut langsung sembuh dan bisa bermain seperti sedia kala.

Mungkin obatnya sedang bereaksi dan Alanka menangis karena disuntik

Suntikan itu memberikan hasil baik, Alanka bangun di keesokan hari dengan keadaan yang jauh lebih baik bahkan pagi-pagi sekali anak itu sudah merecoki Devin dan Chef Morgan yang sedang menyiapkan sarapan, seperti membantu mengelap meja dan menata piring

" Adek sudah sehat? Aaaah senangnya " Theo dengan pakaian sekolah yang sama dengan Ival memeluk si bungsu erat, membawanya berputar-putar saking senangnya.

" Hentikan, nanti pusing " Tegur Wiradarma, pria itu memakai setelan kerjanya yang rapi. Ia berlutut menyamakan tingginya dengan si kecil

" anak Papa sudah sembuh, sepertinya kita harus berterimakasih pada Dr. Johan, bukankah begitu little prince? "

Alanka mengangguk, anak itu segera berlari dan kembali dengan kotak penuh mainan lamanya.

" buat toktel Tohan "

Wiradarma tertawa kecil, menangkup pipi Alanka gemas. Anaknya ini kenapa menggemaskan sekali sih

" Wah mainannya mau dikasih ke Dr. Johan ya, tapi sayang, Dr. Johan gak perlu mainan seperti ini, mainannya disimpan atau nanti disumbangkan saja "

Alanka memilih opsi kedua, selain dia ingin jadi anak baik, alasan utamanya adalah agar dia bisa mendapatkan mainan baru terutama boneka beruang yang bisa berbicara yang kemarin dia lihat di tivi.
.
.
.

" Ini buat Dokter? "

Alanka mengangguk pelan, pipinya yang gembul jadi memerah karena malu. Dr. Johan tersenyum dan memakai gelang pemberian Alanka.

" Lihat "

Mata bocah berumur lima tahun itu berbinar, itu gelang yang ia buat bersama Rayyan.

" Toktel tuka? "

" Tentu, kebetulan dokter suka sekali dengan warna kuning, warnanya cerah "

Alanka tersenyum sampai menampakkan deretan gigi dan gusi merah mudanya, Dr. Johan terpana, belum pernah dia melihat senyum semanis ini sebab dari kemarin Alanka hanya menatapnya dengan bibir segaris lurus

" Terimakasih Johan, berkat kamu. Anakku bisa kembali ceria lagi "

" Sudah kewajiban saya sebagai dokter, lagipula saya ikut senang melihat Alanka sehat lagi "

Wiradarma sudah memantapkan keputusannya, ia telah mempertimbangkan banyak hal dan menurutnya ini adalah keputusan terbaik

" Johan, aku mau kamu jadi dokter pribadi anakku "

Dr. Johan tersentak, ia tersenyum tipis

Terlalu tipis

Dan semuanya bermula dari sini....

ALANKA |Baby Version|END|Where stories live. Discover now