🍼HARI IBU🍼

892 53 5
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif

.
.
.
.
.

Alanka sudah berumur 4 tahun, selama itu pula Windu tiada. Ia yang selama ini selalu mendambakan momen bersama malaikat kecilnya justru tak pernah merasakannya. Windu mengalami pendarahan hebat, andai saja waktu itu Wiradarma tak pergi bekerja pasti Windu bisa diselamatkan. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, apa yang sudah terjadi tak dapat diulang kembali.

Suatu hari Alanka baru saja dijemput oleh Fajar menggunakan sepeda dari TK-nya, anak itu langsung berlari masuk, ditangannya ada sebuah undangan.

" Abang, Papa mana? "

Didapur ia bertemu dengan Devin yang sedang membuat kue. Itu adalah kue kukus kesukaan keluarga mereka.

" Papa? Ada di... " Belum sempat Devin melanjutkan kalimatnya, Wiradarma muncul. Ia langsung menggendong putra bungsunya

" Mencari Papa heum? "

Si kecil mengangguk sambil memberikan undangan, Wiradarma membaca garis besar undangan tersebut lantas melirik Devin

Devin mengambil undangan tersebut dan ia menghela nafas sambil melepas topi Alanka

" Disekolah Alan ada pelayaan hali Ibu. Ibu itu apa? Kata ibu gulu, ibu itu Olang yang melahilkan kita. Alan nda punya Ibu belalti Alan nda boleh ikut " Bibir si kecil mengerucut maju, padahal dia ingin sekali ikut dalam perayaan karena tadi ia melihat guru-guru menyiapkan banyak Snack.

Wiradarma dan Devin berbicara melalui tatapan kemudian mereka saling mengangguk
.
.
.
.

" Besok ada yang mau menemani Alanka ke acara disekolahnya? " Wiradarma mengumpulkan semua maid. Hanya ini satu-satunya cara agar Alanka bisa andil dalam kegiatan itu dan tak perlu melihatnya menangis

Mereka saling pandang

" Ira . "

" Sa-saya Tuan? " Ira menunjuk dirinya sendiri

Wiradarma mengangguk

" karena kau yang paling dekat dengan Alanka, dia pasti nyaman bersamamu "

Ira mengangguk lagipula maid-maid lain juga mendorongnya untuk mengiyakan permintaan sang tuan.

.

Sepanjang perjalanan, Alanka tak berhenti bernyanyi. Dia terlampau senang karena akhirnya bisa ikut dalam kegiatan. Sesekali Ira ikut bernyanyi dan bertepuk tangan

" Satu-satu alan sayang ibu
Dua-dua juga sayang ibu
Tiga-tiga.....

" Dari tadi lagunya itu mulu " Gurau Fajar

" Abang... Alan lagi latihan, nanti Alan mau nyanyi... bial dapat hadiah "

" Hadiahnya untuk siapa? "

Ira tersentak ketika Alanka menunjuk dirinya tanpa ragu, dari spion tengah ia melihat mata Fajar yang menyipit seperti tengah tersenyum

ALANKA |Baby Version|END|Where stories live. Discover now