🍼FIRASAT RAYYAN🍼

1.1K 68 2
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Dagu diletakkan diatas bahu, memeluk mesra dari belakang. Si cantik tersenyum hangat tetap pada aktivitasnya menyiram bunga, sementara sang suami sejak bangun tidur tadi menempelinya dan ia tidak terganggu akan hal itu. Leher dikecup meninggalkan jejak yang bisa saja membuat putra kecil mereka akan bertanya kebingungan, sudah cukup.

" Hentikan sayang "

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" Hentikan sayang "

" Hmm? Kenapa? Biarlah. Kamu kan milikku " Dibalas suara serak, Wiradarma semakin gencar membuat tanda. Bibirnya mencebik, Windu tertawa lepas

" Bahaya kalau dilihat anak-anak "

Bapak hampir 7 anak itu menghela nafas, menyudahi aktivitasnya

" Sayang... "

" Hmmm? "

" Sebentar lagi, aku gak sabar. Kapan sih putri kecil kita akan lahir " Perut diusap memutar, Windu mengulas senyum.

" Putri kecil? "

Windu mengangguk, Wiradarma terkekeh.

Istrinya cantik sekali

Lebih cantik dari perempuan manapun yang pernah ia kenal

Bidadarinya

Ibu dari anak-anaknya.

" Kepengen banget ya punya anak cewek? "

Dibalas gumam, tubuhnya dibalik dan kini mereka berhadapan. Tidak bisa terlalu dekat, perut besar jadi penghalang.

" Aku mau punya yang cantik, minimal satu "

" Anak kita kali ini pasti cantik, seperti Mamanya"

Windu tertawa, murni tanpa paksaan

" Halah gombal "

" Loh beneran sayang. Emang cantik kok, buktinya aku cinta "

" Terserah kamu deh, aku mau bikin kue "

" Sayang, jangan capek-capek. Harusnya kamu istirahat aja, ada Chef Morgan "

Tetapi istrinya memang keras kepala

Meski mulut Wiradarma sampai berbusa untuk menasihatinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Meski mulut Wiradarma sampai berbusa untuk menasihatinya.
.
.
.

" Mama .. Rayyan rusakin tugas sekolah aku, lihat! " Theo, bocah berumur 7 tahun itu mengadu memperlihatkan buku PR-nya yang dicoreti. Pandangannya beralih ke tangan si kecil yang menggenggam spidol hijau.

Windu menghela nafas

" Makanya Bang, kamu jangan sembarangan dong letakin PR-nya, udah tau adik kamu suka coret-coret. Rayyan juga gak boleh gitu, gak baik. Siniin spidolnya, biar Mama simpan "

Rayyan menggeleng, mata besarnya membulat menemukan objek yang menarik.

" Ehehehe.. "

" Ya Tuhan.... Rayyan.... " Windu memekik mengangkat tubuh gembul anak keenamnya ke atas meja pantri. Dari dispenser,.kulkas,sampai lantai habis dicoret-coret oleh Rayyan

Padahal Wiradarma sudah membelikannya buku gambar besar tetap saja benda itu seolah tidak ada gunanya sama sekali.

" Ma~ ini tugasku gimana? kalau enggak dikumpulin besok pasti dimarahin ibu guru " Theo merengek, Windu memijit kepalanya yang pening. Ditambah ia juga resah karena sang bayi dalam kandungan hanya diam

Bayinya tidak kenapa-kenapa kan?

Berpikiran positif, mungkin saja si bayi tidak mau menambah beban pikiran Windu

Ah manis sekali

" Minta bantu sama Abang ya, Mama mau bersihin ini. "

Theo terdiam sejenak, menatap iba pada sang Mama yang tampak kesusahan. Meletakkan tugasnya didekat wastafel dan menghampiri

" Mama, sudah. Biar aku aja "

Windu tersenyum, mengelus pipi putranya penuh kasih sayang

" Theo kerjakan PR saja Nak, ini biar Mama yang selesaikan, ajak Rayyan juga ya "

Theo mengangguk, menggenggam tangan gemuk adik paling mudanya, membawanya menjauh meski tidak tega melihat Windu harus terbungkuk-bungkuk seperti itu apalagi perut besarnya yang membuatnya tidak bisa leluasa .

" Ray jangan bikin susah Mama, kasihan Mama " Seru Theo menasihati, entah mengerti atau tidak Rayyan hanya menatapnya polos.

" Bangbang "

Anak yang lebih tua empat tahun menghela nafas kasar, sambil berkacak pinggang menatap si kecil yang hanya setinggi perutnya.

" Denger gak sih. Ray gak kasihan sama Mama? Di perut Mama ada dedek bayinya"

Theo mendengus, susah kalau bicara dengan balita tiga tahun.

" Ah dahlah, jangan ganggu. Abang mau belajar, nih coret disini aja "

Si balita gembul ditaruh dalam kardus, diberi spidol berbagai warna yang sudah pasti aman untuk kulit si kecil. Itu kardus bekas mesin cuci omong-omong yang ditemukan Theo di gudang. Maklum, Windu memang senang sekali menyimpan benda semacam itu, katanya suatu saat mungkin bisa berguna.

Theo mengerjakan tugasnya sambil tengkurap, mulutnya bersenandung nada lagu kesukaannya. Seketika kegiatannya berhenti, ia menatap kardus besar disampingnya.

Tunggu, kenapa dari tadi dia tidak mendengar suara Rayyan. Sedang apa bocah itu

Theo melongokan kepalanya lalu mendengus geli melihat Rayyan tertidur meringkuk seperti janin, tangannya menggenggam sebuah spidol. Tidak hanya kardus bahkan pipi pun juga kena coret, tetapi ada satu bagian yang membuat keningnya mengerut.

Sebuah gambar keluarga tetapi kenapa sosok 'Mama' memakai sayap?

Ahhh mungkin karena Mama itu bidadari, jadi wajar kalau punya sayap.

Dua orang yang paling besar berada ditengah lalu anak-anak mereka dengan tinggi berbeda-beda saling bergandengan. Terlihat manis sekali namun seketika tawa Theo pecah

" Siapa ini, kecil banget "

Tawanya itu berhasil mengusik Rayyan. Si gembul terduduk dan mengusak matanya dengan sebelah tangan

" Eh kebangun, maaf ya Mbul " Theo tersenyum mengusak rambut sang adik.

" Mbul, ini keluarga kita ya? " Rayyan mengikuti arah tunjuk Theo kemudian mengangguk

" Mammma, Papa Bang Dev, Bang baya, Bang Jay, Bang Yo, Abang Yiiipal, Bangbang "
Rayyan menyebutkan siapa orang di gambar itu satu persatu, Manis sekali.

" Terus yang kecil ini siapa? " Tanya Theo penasaran

" Dek " Singkat, padat, dan jelas.

" Maksud kamu Adik bayi di perut Mama? "

Rayyan mengangguk, Theo menahan tawanya. Pantas kecil sekali, bayi rupanya.

" Kenapa cuma Mama yang pakai sayap? "

Rayyan terdiam, menatap gambarnya sekali lagi.

" Mama telbang telbang pelgi sulga "

Kali ini Theo yang dibuat bungkam, ini hanya omongan anak kecil kan?

-----------------

See U Next Chapter

ALANKA |Baby Version|END|Where stories live. Discover now