🍼CALON ADIK BARU🍼

3.9K 119 4
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Mengulas senyum tipis sembari mengelus perutnya yang sudah membesar, tiga bulan lagi maka ia akan bertemu dengan malaikat kecil dalam kandungannya ini. Sungguh, ia sudah tak sabar menantikannya.

"Kamu yakin gak mau USG sayang? " Tanya Wiradarma, ah itu suaminya, sudah siap dengan setelan kerja. Masih menanyakan hal sama seperti kemarin, menawarkan USG untuk mengetahui jenis kelamin bayi mereka dan wanita dengan rambut dicepol asal itu lagi-lagi merespon yang sama

" Biar jadi kejutan "

Wiradarma menghela nafas, menghampiri sang istri dan merangkul pinggangnya mesra. Menunduk untuk melihat perut Windu yang sudah semakin menonjol ke depan, mengelusnya dan terkesiap merasa ada sebuah tendangan, Windu tertawa melihat wajah terkejut suaminya.

" Dia menyapamu, Sayang--awww " Windu meringis ketika si jabang bayi kembali menendang, mengajak berinteraksi.

" Apa itu sakit? " tanya Wiradarma cemas yang dibalas oleh gelengan pelan, sembari mengelus perut besarnya Windu berucap " Tenang lagipula aku berpengalaman soal ini, Rayyan bahkan lebih aktif lagi "

Wiradarma terkekeh, memeluk sang istri dari belakang dan menumpukkan dagu di bahu wanitanya. Ah soal anak keenam mereka, memang sudah terlihat bar-bar-nya sejak dalam kandungan dan

Oh kemana bocah itu?

" Mama Papa "

Keduanya menoleh, Windu membulatkan mata berkacak pinggang melepaskan rengkuhan Wiradarma dan berdecak sambil memperhatikan putra kecilnya dari ujung kaki sampai kepala lalu kembali lagi ke kaki

" Kotornya, habis darimana Hm! " si kecil, Rayyan tersentak mata bulatnya berkedip bersitatap dengan Windu yang melotot garang. Sementara Wiradarma lekas menghampiri dan menuntun Windu untuk duduk

" Sayang, ingat kata Dokter. Marah gak baik buat kandungan kamu "

Windu membuang nafas lelah

" Kamu urus dia deh sayang, aku pusing. Punya anak kok hobi banget bikin ulah " Windu memijit pelipisnya, menerima segelas air dari sang suami dan menenggak isinya.

Wiradarma mengangguk, mencium kilas kening istrinya sebelum menarik Rayyan ke kamar mandi.

Tampaknya ia harus berusaha ekstrak untuk memandikan, entah dimana anak nakalnya ini bermain pulang-pulang hampir tak dikenali karena dari batas leher sampai betis berlumuran lumpur, pantas saja jika Windu hampir meledak tadi.

Singkatnya Rayyan sudah selesai mandi, ia berlari menghampiri Windu yang sedang memakan buah, karena berlari handuknya jadi melorot dan Rayyan yang telanjang merangkak naik ke kursi

" astaga, Rayyan. Pakai baju dulu sana, malu Lo sama adik " Tegur Windu, Rayyan menatap Windu dan perutnya bergantian.

Oow---

Lalu berlari menghampiri Wiradarma yang baru keluar dari kamar mandi

" Hei! Mana handuknya "

Rayyan terlonjak, telunjuknya mengarah ke handuk yang teronggok di lantai. Wiradarma menghela nafas dan memungut handuk itu

" Pakai baju, Papa "

Wiradarma tertawa kecil, dalam satu gerakan cepat tubuh sang balita berpindah dalam gendongannya.
.
.
.

" Mama, Dek kapan kelual? " Tanya Rayyan, apa adiknya sangat betah didalam sana sampai tidak mau bertemu dengannya. Windu tersenyum, mengelus sayang kepala putra bungsunya yang sebentar lagi akan menjadi seorang Abang.

ALANKA |Baby Version|END|Where stories live. Discover now