DEORANTA | [16. Terasa Beda]

Start from the beginning
                                    

Deo mendekat ke arah meli, wanita  yang biasanya beberapa Minggu sekali menjadi wanita kencannya itu."Boleh nggak kita main cepat di dalam mobil atau tempat yang sekiranya tak di jangkau oleh orang sama sekali," bisik Deo pelan karena tak ingin ketahuan oleh dara.

Tetapi di saat bersamaan, dara malah mengambil ponselnya di dalam tas jinjingnya untuk menelpon seseorang, hal itu membuat Deo bersorak senang karena perhatian dara akan teralihkan darinya dan lebih fokus ke ponselnya."Halo Tante Reni!"

Saat itu juga langkah Deo berhenti dan memukul pelan dahinya karena merasa semua rancangannya berakhir sia-sia. Tatap matanya kembali menatap ke arah wanita itu."Kamu pergi dulu ya! Aku lupa kalau ada sesuatu yang harus aku urus... Kalau masalah ini nanti aku akan datang lain waktu," ungkap Deo secara tak langsung mengusir keberadaan meli dari sini.

Deo menghampiri dara dengan perasaan marah, dia tatap gadis itu dengan tatapan murkanya."Kenapa kamu menelpon mama Ra?" Tanya Deo sedikit mengertak kedua giginya menatap Dara kesal.

"Tadi aku hanya ingin mengabari Tante Reni saja, nggak leb—"

"Mengabari mama bahwa aku kembali dekat dengan wanita itu," potong Deo cepat, ada nada kecewa yang tercetak jelas di wajahnya.

"Kenapa kamu melakukan ini?" Tanya Deo sedikit membentak dara karena apa yang di inginkan gagal.

Dara mengeleng pelan berusaha menjelaskan apa yang terjadi, tetapi amarah Deo berapi-api membuat dara terdiam dan mendengar semua unek-unek Deo selama ini.

" Kamu tahu kan, selama dua Minggu lebih aku nggak mendapatkan itu, padahal saat ini aku sangat membutuhkannya tetapi kenapa kamu tega melakukan hal itu padaku," teriaknya kesal, tetapi dia berusaha menenangkan dirinya untuk tak melampaui batas pada
dara.

Entahlah dia bingung dengan dirinya sendiri!

"Coba beri aku waktu semalam saja.... untuk kebebasan yang selama ini aku tinggalkan demi permintaan konyol mama!" lirihnya memelas.

Setelahnya Deo pergi begitu saja meninggalkan dara yang terdiam mencerna semua ucapan yang baru saja di katakannya.

Dara menatap kepergian Deo dengan tatapan nanar, padahal tadi dia nggak tahu rencana apa yang sedang di bicarakan pada wanita itu.

Tadi Tante Reni lah yang menelponnya terlebih dahulu. Mungkin deo pikir dialah yang menghubungi Tante Reni dan mengira akan mengadukan tentang pertemuannya dengan wanita itu, padahal hal itu tidaklah benar.

Dara menghembuskan nafasnya pelan berusaha menenangkan keadaannya saat ini, lalu tatap matanya melihat sebuah taksi melewati jalanan yang berada di lintasan searah tempatnya berada.

Dengan satu gerakan tangannya  dara berhasil menghalau taksi itu hingga berhenti di depannya."Pak anterin saya ke jalan Binara no 7!"

*****

Sudah dua hari dara tak mengusik hidupnya sama sekali. Bahkan gadis itu tak berniat sedikit pun untuk menanyakan keadaannya saat ini.

Ada perubahan yang terasa begitu signifikan di kehidupannya tanpa kehadiran dara. Hidupnya terasa ada yang kurang selama dua hari ini, padahal semua ini adalah permintaannya meski beberapa malam lalu dia hanya meminta waktu semalam saja untuk menghabiskan malamnya bersama wanita-wanitanya.

Tapi, nyatanya hal itu tak di lakukannya dan lebih memilih berdiam diri di cafe milik teman lamanya tanpa melakukan apapun hingga dini hari.

Deo menghembuskan nafas kesalnya. Dia tatap ponselnya berharap ada notifikasi dari dara, tetapi hal itu tak kunjung terjadi.

Setelahnya dia bangkit keluar dari kantornya dengan sikap arogan tapi masih terlihat berwibawa di semua mata karyawannya, Deo memasuki mobilnya dan mengemudi mobil itu tanpa arah yang jelas.

Dia kebingungan, padahal sudah hampir 3 kali dia memutari kosan tempat tinggal dara. Padahal hati dan perasaannya meronta-ronta ingin sekali menemui gadis itu sekarang, tetapi egonya seolah-olah mencegah untuk menemui dara saat ini.

Deo berfikir lama di dalam mobilnya. Namun, hal tak terduga membuat Deo terkejut saat melihat gadis itu memasuki kosannya dengan tergesa.

Dengan penasaran Deo keluar dari dalam mobilnya, lalu menghampiri dara ke dalam kosannya.

Tanpa di sangka dara menangis tersedu-sedu di kamarnya.

Deo terkejut, dia bergerak mendekat."Ada apa denganmu Ra?" Tanya Deo sedikit khawatir.

Dara terkejut saat mendengar suara Deo yang berada di dalam kamarnya. Dia mendongak menatap ke arah Deo.

"Aku mau jual medali ini buat biaya rumah sakit mama dan papa... Tadi, ada telepon dari dokter Alan bahwa papa terjatuh dari ranjang dan kepala belakangnya yang belum sembuh mengalami pendarahan hingga membuat kepala papa mengalami gagar otak," dara menjeda ucapannya itu, ia merasa tak mampu menjelaskan perkataan itu dengan gamblang dan jelas dengan keadaannya seperti saat ini."Kata dokter Alan papa butuh penanganan yang serius dan tak ada cara lain selain operasi," Isaknya semakin terdengar menyakitkan.

"Padahal aku sudah tak ada lagi sepeser uang untuk membiayai rumah sakit itu selain menjual medali   ini untuk biaya rumah sakit mama dan papa."

Deo berusaha menenangkan  Dara yang semakin terisak."Kamu tenang ya! Aku akan bantu sebisa ku."

Dara langsung mendongak menatap Deo penuh harap.

"Tapi ada syaratnya!"

Gimana part ini??

Jangan lupa vote dan komen di part ini

DEORANTAWhere stories live. Discover now