4.5 Besaran skalar

Start from the beginning
                                    

Btw Sab, gue nggak yakin kalau cewek ini murid baru deh. Soalnya gue ngerasa familiar sama mukanya, kayak pernah liat di mana gitu.” Aleen menyodorkan ponselnya ke arah Sabrina. “Coba lihat dulu, siapa tau lo kenal.”

Sabrina menghela napas lalu menoleh dengan malas untuk mengintip layar ponsel itu. Aleen terus memperhatikan, bahkan ketika raut wajah ogah-ogahan yang sebelumnya Sabrina pasang berubah menjadi tatapan ... terkejut? Pupil mata gadis itu sedikit melebar, dan meskipun tidak kentara tapi Aleen sempat melihat tubuh Sabrina tersentak sebelum akhirnya menegang.

Reaksi Sabrina agak aneh. Pasalnya detik berikutnya gadis itu langsung membalik badannya menghadap ke arah Aleen. “Leen, jawab gue.” Katanya sambil memegang kedua pundak Aleen. Volume suaranya kecil seperti berbisik. “Lo tau sesuatu tentang Aurora?”

“Hah? Cahaya kutub? Tau, cahaya warna-warni yang menari di langit.”

Sabrina kelihatan memejamkan matanya sebentar sebelum kembali bertanya. “Lo udah pacaran sama Leo?”

Loh? Kenapa Sabrina tiba-tiba menanyakan itu?

Walau bingung, Aleen tetap menggeleng. “Belum,” jawabnya.

Sabrina kelihatan lega, namun tidak lama kemudian raut wajahnya kembali serius. “Tapi lo nggak suka sama dia, kan? Lo nggak naruh harapan apa-apa sama si berandal itu kan, Leen?”

Aleen mengerutkan keningnya.

2 detik setelahnya Sabrina menggelengkan kepalanya. “Sorry, gue ganti pertanyaannya. Lo punya rasa tertarik ke Leo?”

Mendengar pertanyaan itu jantung Aleen tiba-tiba berdetak keras. Setelah semua yang ia lewati bersama Aleo sejauh ini, bohong kalau Aleen bilang dirinya tidak tertarik pada pemuda itu. Detak jantungnya saja sudah cukup untuk menjelaskan semuanya. Melirik sekilas ke arah Aleo yang masih menenggelamkan kepalanya di atas meja, Aleen akhirnya mengangguk pelan dengan perasaan malu-malu.

BRAK!

Aleen terperanjat begitu Sabrina tiba-tiba menggebrak meja.

Shit! Disaster is coming.” Desis gadis tomboi itu sambil memungut barang-barang yang ada di atas meja mereka secara tergesa-gesa.

“Sabrina, what happened?

“Lo dalam masalah, Leen. Masalah rumit, serumit teori mekanika kuantum.” Kata Sabrina lalu menarik Aleen keluar dari kelas, menghiraukan tatapan tanya dari teman sekelas mereka.

-

Bab 25 “Besaran skalar”

•••

Razel refleks menoleh begitu suara gebrakan meja tiba-tiba menggema di dalam ruang kelas. Dan bukan hanya Razel, tetapi seisi ruangan juga ikut menoleh ke arah Sabrina dan Aleen yang dipastikan menjadi sumber keributan itu. Bahkan Aleo yang sebelumnya menenggelamkan kepalanya di atas meja, pun ikut mengintip.

Razel tidak perlu berpikir dua kali untuk meyakinkan diri bahwa Sabrina lah pelakunya. Jelas sekali gadis barbar itu yang melakukannya, memangnya siapa lagi yang tidak memiliki sopan santun dan rasa tidak tahu malu yang besar selain Sabrina Belva?

Setelah berbuat keributan seperti itu, bukannya merasa bersalah, Sabrina malah sibuk sendiri mengumpulkan barang-barangnya dengan tergesa-gesa sambil berbicara menggunakan volume suara berbisik-bisik bersama Aleen. Entah apa yang terjadi namun Sabrina kelihatan panik, Razel bisa melihatnya ketika gadis tomboi itu menyeret Aleen keluar dari kelas.

RABIDUS FAMILIAWhere stories live. Discover now