TENTANG JANJI 67,68,69

1.1K 153 5
                                    


VIUCHER

TENTANGJANJI4

Potongan  Rp 3500

Hanya Berlaku hari ini

10 Desember 2023

Untuk 25 orang saja

Langsung karyakarsa ya kakak..
🥰🥰🥰🙏







.
.
.
.




"Mas Jiwa !"

Wanita cantik itu langsung tersenyum semringah saat melihat kedatangan Seseorang yang belakangan memenuhi semua mimpinya.

Refleks dia segera berlari, dan memeluk tubuh tegap itu seolah mereka belum bertemu selama bertahun-tahun.

"Mas Jiwa kemana saja?" Tanya wanita itu, sambil menatap Jiwa.
Matanya berbinar.

Jiwa mengusap puncak kepala Mikayla sekilas.

"Aku ada.."

Ia segera membawa wanita itu menuju kursi yang sudah ia pesan.

"Kenapa ngak balas telepon dan pesan aku sih?. Kok jadi sombong , mentang-mentang nggak main bareng lagi?"

Mikayla tidak melepas rangkulan tangannya dilengan Jiwa

"Aku sibuk, Kay..."

"Iyaaa deh yang sibuk...." Mikayla mengerucut kan bibirnya.

Jiwa tertawa kecil "Kamu sudah pesan makanan?"

"Ish, Mas Jiwa sibuk apa sih? Sampai nggak mau angkat telpon aku?"

"Kita pesan makanan dulu ya, aku lapar.."

Mikayla ingin protes lagi, tapi melihat Jiwa yang serius menatap  daftar menu. Ia urung menanyakannya.

Ruangan VIP disalah satu restoran hotel berbintang, milik salah seorang teman Jiwa, cukup privacy.

"Kamu mau apa Kay?"

"Apa saja, yang mas pesan aku mau coba..." Mikayla tersenyum manis.

"Oh oke..."

Jiwa menyebutkan pesanannnya dan  waitress itu pun meninggalkan ruangan.

Mikayla mengikuti langkah wanita dengan seragam hitam putih itu hingga keluar dari ruangan. Setelah pintu tertutup Mikayala kembali merapatkan tubuhnya

"Habis ini mas Jiwa ada waktu nggak buat nemenin aku ?" Ia tampak sangat bersemangat seperti biasa, yang membuat Jiwa suka berinteraksi dengan Mikayla.

Jiwa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum menatap wanita yang usianya lebih muda itu. Membuat Mikayla merasa bahagia.

Mikayla menyandarkan kepalanya ke lengan Jiwa.

"Aku nggak bisa Kay..."

"Ck, sebentar saja Mas. Aku sudah lihat-lihat apartemen yang baru, aku ingin pendapat Mas Jiwa.." Kini Mikayla menumpukan dagu nya ke lengan Jiwa hingga ia bisa menatap Jiwa dengan leluasa.

Jiwa mengusap kepala Mikayla.
"Kamu ajak yang lain saja. Aku nggak pernah paham dengan masalah begini. Aku biasanya serahkan sama Benu dan Cahaya"

"Masa?" Bukan jawaban ini yang ingin didengar Mikayla. Wajahnya tampak tak puas. Ia sangat ingin Jiwa menemaninya. 

Dengan lembut Jiwa melepaskan rangkulan tangan Mikayla.

"Atau kamu mau pergi dengan Cahaya? Dia biasanya bisa kasih advice yang bagus.."

Mikayla tersenyum tipis, tak menyangka jika Jiwa menawarkan hal itu. "Tapi aku nggak terlalu dekat dengan Mbak Cahaya.." Mikayla berusaha terlihat tenang. Pergi dengan Cahaya? yang benar saja?.

"Sama Benu?" Tawar Jiwa lagi memberi alternatif.

"Ck, aku juga nggak akrab kan?"
Cebik Mikayla.

"Please sama Mas Jiwa saja. Aku suka pilihan Mas Jiwa. Rumah kaki bukit itu keren banget..." Seru nya antusias. "Mas Jiwa jangan suka merendahkan diri deh.." Rajuknya. Mikayla  memberikan tatapan puppy eyes nya yang biasanya tidak pernah gagal.

Jiwa terkekeh melihat tingkah Mikayla. Wanita ini sangat manja, Mikayla mengingatkan dirinya pada Jana. Hanya itu yang ia rasakan pada wanita cantik yang menjadi lawan mainnya itu.

"Rumah itu Mita yang pilih, Kay. Mulai dari rancangan bangunan,  hingga interior semua hasil pemikiran Mita. Dia memang keren." Jiwa tersenyum, wajahnya terlihat bahagia saat menceritakannya. Tanpa sadar jika wajah Mikayla tak lagi antusias.

"Itu tempat kami melepas penat akan kesibukan dunia. Itu seperti tempat persembunyian yang sangat menyenangkan.."

Mikayla tertegun melihat ekspresi Jiwa. Mata pria itu seperti membayangkan sesuatu yang indah.

"Jadi maaf, kami memang tidak menerima tamu untuk datang ke sana.." Jiwa menatap Kayla dengan mata teduh nya.

Mikayla tersenyum tipis, ia teringat kembali kejadian beberapa waktu yang lalu saat ia bersikeras  masuk. Tapi ia harus menerima jika dirinya ditolak.

"Mas Jiwa ngomong gitu seolah Mas Jiwa sekarang dengan Mbak Mita bukan dengan Mbak Cahaya.."   Mikayla berusaha mengalihkan pembicaraan tentang penolakan Jiwa saat ia datang ke rumah kaki bukit.

Jiwa tersenyum "Kamu sedang tanya rumah kaki bukit kan? Dulu itu rumah kami berdua, meskipun Rumah itu secara hukum milik Mita, tapi aku masih boleh ke sana, kami memiliki kenangan indah disana."
.
.
.
.
.
.
.

Langsung ke karyakarsa ya kakak🥰🥰🥰🙏

TENTANG JANJIWhere stories live. Discover now