TENTANG JANJI 46

1.6K 288 44
                                    

HOLAAAAAAAA



WAJIB KOMEN YANG BANYAK YAAAAA...🥰🥰🥰💃💃

TERIMA KASIH UNTUK TEMAN-TEMAN YANG SUDAH MENGIKUTI CERITA INI DARI AWAL, DAN TETAP SETIAAAA😘😘😘😘😘😘




SELAMAT MEMBACA
LUV💜OCTOIMMEE

.
.
.
.
.









SEBELUMNYA

============

Selain dipasangkan dengan Mikayla, Jiwa tak menyangka jika film ini  digarap oleh sutradara tdrkenal, Izrata Gorba

Pria yang terkenal dengan detail dan tak mengenal yang namanya waktu itu.

Semua pemain dan kru harus ikut dalam ritme waktu yang ditentukan oleh sang Izrata, begitu perjanjian yang dibuat di awal.

Meskipun demikian seluruh aktor dan kru film berebutan ingin menjadi bagian film apa saja yang digarap sang sutradara itu,  meski mereka tahu akan bekerja dengan malaikat izrail yang bisa mencabut kewarasan mereka hanya dengan tatapan matanya saja.

****
Jiwa mengangkat kedua tangannya.

Ia menyerah, dan memutuskan untuk berhenti dari percakapan yang menurutnya tidak akan ada penyelesaiannya.

Diraihnya laptop yang ada masih menyala, membawanya begitu saja meninggalkan ruangan yang mulai memanas.

"Good, lari... lari lah Jiwa, biarkan masalah kira menumpuk hingga suatu saat akan meledak dan menghancurkan kita...".

Desis Cahaya saat Jiwa melewatinya.

Jiwa berhenti.

"Good, ternyata  kamu paham, jangan tambah lagi masalahnya, Ca. Agar tumpukannya tidak lagi bertambah..."

Tanpa menoleh lagi, Jiwa meninggalkan Cahaya.

Cahaya memejamkan matanya. Menahan laju air mata yang tengah menggedor-gedor kelopak matanya.

******

"Kali ini, biarkan aku sendiri, Ca. Aku mau fokus, aku nggak mau kehilangan kesempatan.."

"Aku berangkat sendiri, Ca. Kamu tidak usah ikut..." ]

Apakah itu permintaan Mikayla?

Apa begitu cara Jiwa dulu melarang Mita untuk datang ke lokasi syuting?

Mengapa kini ia merasa semua berbalik padanya?

******

.
.
.
.
Jiwa memukul stir mobilnya dengan kesal. Ia terus melajukan mobilnya.

Menuju satu tempat yang alam bawah sadarnya sudah tahu. Tangan dan kakinya yang mengendalikan mobil otomatis membawanya kesana.

Hanya disana ia bisa merasa aman.

Setidaknya ia bisa mengadu pada Mita di kamar mereka. Dulu mereka bisa berbagi cerita apa saja, tanpa harus berakhir dengan pertengkaran.

Sesekali terjadi, itu masih wajar. Mereka bukan malaikat tang tak punya hawa nafsu.

Tapi pada akhirnya mereka bisa menyelesaikan masalah nya.

Mita bisa menempatkan dirinya dengan sangat baik.

TENTANG JANJIWhere stories live. Discover now