🍁 8. Kompromi 🍁

700 181 61
                                    

Malam, temans ....
Yang udah menantikan Rindu, kudu langsung mbaca.
.
.
Rindu masuk sekretariat pecinta alam dengan wajah kuyu. Matanya menyorot redup, tidak ada semangat di dalamnya. Dia meletakkan tas, lalu mengeluarkan botol minum yang diberi carabiner warna ungu di gantungannya.

Di Jumat siang seperti ini, sekretariat sepi. Sebagian besar penghuninya sudah pergi untuk memperluas rasa cinta terhadap alam dan seisinya. Ada juga yang berangkat untuk kegiatan konservasi alam dan lingkungan hidup serta membaur dengan Mapala kampus lain serta masyarakat umum.

"Kenapa mukamu, Ndu?" tanya Galang setelah beberapa saat dalam kesunyian.

"Nggak apa-apa," jawab Rindu lesu. "Ngapain, sih, Mas kamu di sini melulu? Bolos kerja memangnya?"

"Bolos kerja?" Alis Galang bertaut heran. "Ini Jumat, woi. Bisa lah aku mampir sebentar buat siap-siap mau ke Lembah Kera besok."

Rindu berdecak. "Kenapa nggak pergi sekarang aja, sih?"

"Ngusir?"

Rindu mengangkat bahu sekilas, lalu melipat tangan di meja serta tidur di atasnya. Matanya terpejam, pikirannya tak menentu. Ada banyak hal yang sedang dia pikirkan.

"Mas ...." Rindu mengangkat kepala.

"Hmm," gumam Galang tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Aku mau ikut anak-anak Jonggring Salaka ke Rinjani."

"Kamu mau bunuh diri?" komentar Galang keras. "Tugas akhirmu itu sudah kesempatan terakhir. Pending dulu dolannya kenapa?"

"Nggak bisa mikir aku," keluh Rindu disertai napas panjang yang terembus lelah. "Nanti-nanti saja mengerjakannya."

"Kenapa nggak bisa mikir? Gagal move on karena merasa ditipu mentah-mentah? Merasa dikhianati sampai kamu mengabaikan masa depan? Orangnya bahkan sudah di dalam tanah. Nggak bisa berbuat apa-apa untuk menghiburmu."

"Bukan gitu, Mas Galang. Tapi ...."

"Sini laptopmu!" pinta Galang. "Kubantu revisinya, nanti langsung print dan menghadap."

"Tapi, aku belum bikin janji."

"Sudahlah, Ndu!" Seolah mengerti kesulitan Rindu, Galang tidak mau mendengarkan apa-apa. "Intip aja di ruangannya. Kalau nggak keluar kota atau ngurusin proyeknya, Pak Gara ada di ruangannya. Sebagai Kaprodi, beliau biasa standby. Kalau memang beliau nggak ada, kamu bisa menghadap besok."

Rindu tidak membantah. Dia membiarkan Galang membaca lembar kerjanya, lalu mengatakan tentang beberapa hal. Pria itu sependapat dengan Segara bahwa Rindu juga salah di bagian manfaat.

Rindu mendengarkan penjelasan berikut contoh-contoh dalam kehidupan. Dia mengangguk mengerti, lalu mulai menulis. Setidaknya, dia sudah kembali berusaha.

Galang memberi masukan supaya Rindu mendengarkan Segara. Kalaupun hatinya tidak terima, sebaiknya tetap diam. Gampangnya, mengalah saja demi kelancaran tugas akhirnya. Tekan rasa tidak suka demi meraih gelar sarjana di tahun terakhirnya.

***

Kali ini, Rindu tidak berlari ketika menaiki tangga di gedung A. Dia berharap melihat pintu ruang kerja Segara tertutup sehingga dia tidak perlu menghadap. Sampai di ujung tangga, langkahnya terhenti.

Harapan Rindu tidak menjadi kenyataan. Ruang kerja Segara terbuka lebar meski tak ada siapa-siapa yang berdiri di depan pintu. Langkahnya terasa berat saat berjalan mendekat.

Galang sudah membantu Rindu untuk berpikir. Memberinya pandangan-pandangan tentang cara kerja Segara dalam menangani tugas akhir. Intinya, menurut saja supaya tugas akhirnya selamat.

Kidung Merah JambuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora