Part 25

4.7K 85 10
                                    

Semua yang berada di kamar inap itu menoleh ke sumber suara, dia Sagara. Orang yang sejak tadi jadi pembahasan, datang tanpa mengucap salam. Entah dari kapan lelaki itu datang, semoga saja dia tidak mendengar rentetan kalimat yang Murni ucapkan tadi. Tentang kekalutan hatinya.

Melihat langkah dari wajah dingin tanpa riak itu membuat mereka yang sejak tadi terdiam kaku, perlahan mulai takut bahkan untuk bernapas sekalipun.

"Gara, sejak kapan kamu disitu nak?" Astelia mencoba menyembunyikan Murni, memberi waktu untuk wanita muda itu menghapus air matanya. Bisa gawat kalau sampai Sagara lihat, atau memang sudah lihat?

"Baru datang, Murni kenapa muka kamu merah gitu?" Tanya Sagara mendekat dengan wajah datarnya, meski mode dingin lelaki itu kembali tapi Murni tidak melihat raut kemarahan. Namun Sagara yang seperti ini jauh lebih menakutkan daripada Sagara yang marah.

Karna Murni tidak bisa menebak emosi apa yang ada didalam diri lelaki itu, hal itu membuatnya takut.

"Ohh, gapapa kok mas aku cuma agak kepanasan tadi. Jadi gini deh hehe" Terlalu kalut membuat Murni memberikan alasan konyol, padahal kamar ini memakai AC mana mungkin kepanasan. Namun untungnya Sagara tidak memberi komentar.

"Gimana soal baby? Apa ada masalah lain?"

Baik Murni maupun Astelia serta Dirga terkejut mendengar pertanyaan Sagara, pertanyaan itu terlalu mendadak dan mereka agak kaget Sagara menanyakan soal bayinya.

"Kondisinya baik kok mas, cuma aku harus bedrest seharian ini aja buat mulihin kembali kondisi badan aku" Sagara mengangguk kemudian tanpa kata duduk di sofa dekat jendela.

Penampilan lelaki itu sudah terlihat lebih baik dari yang terakhir kali Murni lihat, Sagara membuka laptop dan melanjutkan pekerjaannya. Seolah ruangan inap ini menjelma menjadi kantor pribadinya.

Baik Astelia maupun Dirga yang mengerti kondisi anak serta menantunya memilih untuk undur diri, sepertinya kedua pasangan ini butuh waktu berdua dan mereka butuh ruang untuk itu.

"Kalau begitu ibu sama papa pulang dulu ya, Murni kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk hubungi ibu. Gara ibu titip Murni ya"

Murni sebenarnya sangat ingin melarang mertuanya pulang, dia tidak sanggup menghadapi Sagara sendirian.

Setelah kepergian ayah dan ibu mertuanya, baik Sagara maupun Murni sama-sama diam dengan kesibukan masing-masing. Lebih tepatnya hanya Sagara yang benar-benar sibuk sementara Murni mencoba untuk menenangkan diri.

"Jadi gimana soal bayi itu?"

Murni menoleh pada Sagara yang berujar namun matanya masih fokus pada laptop dihadapannya.

"Maksudnya mas? Gimana apanya?"

Sagara menghela nafas dan menutup laptopnya, dia menatap Murni dengan sorot datarnya.

"Aku cuma gak habis pikir kenapa harus ada bayi diantara kita, kalau begini akan sangat sulit untuk proses cerai kita nanti. Belum lagi ibu yang bakal banyak nuntut, kenapa kamu pertahanin bayi itu?"

Murni membelalak mendengar ucapan Sagara, ternyata lelaki itu masih belum menerima kehadiran bayi mereka. Lelaki itu hanya memasang topeng didepan orangtua nya.

"Mas anak ini gak salah, dia gak tau apa-apa. Lantas kenapa dia yang dihukum dengan dibunuh sebelum bisa lahir ke dunia?"

"Kamu gak ngerti Murni, aku gak akan bisa jadi ayah yang baik buat anak itu. Belum lagi dengan kekurangan yang aku punya, belum tentu anak itu bisa menerima kekurangan ayahnya, dia akan malu dan menganggap aku sebagai aib. Tapi yang paling utama aku gak mau kevin tau dan memilih untuk pergi dari hidup aku"

MY PERFECT WIFEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora