Part 7

1.3K 32 0
                                    

Murni memandang gedung apartemen di depannya ini, Kenzo langsung pergi karna mendapat pesan dari ibunya untuk segera pulang karna adiknya sakit dan minta di antar ke dokter untuk berobat. Kenzo tadi sudah memberitahunya di lantai dan unit nomor berapa apartemen yang sagara datangi.

Lantai 7, unit 417. Kira-kira ada kepentingan apa yang Sagara lakukan sampai memilih untuk pergi ke tempat ini ketimbang pulang ke rumah untuk menyambut paman Antoni.

Ting....

Murni sampai di lantai 7 dengan menggunakan lift dan matanya menelusuri lorong apartemen yang terlihat sepi ini. Tidak ada satu orangpun yang terlihat lewat ataupun keluar masuk diantara pintu-pintu di lorong ini, yang malah terlihat seperti tidak terhuni.

Murni terus melangkah sambil melihat pintu-pintu yang ada di lorong ini, untuk melihat nomor unit tempat Sagara berkunjung. Dan memastikan bahwa ia tidak melewati pintunya.

Langkah Murni memelan ketika ia mendengar suara decapan dari balik belokan di ujung lorong. Ia mendekati sumber suara untuk memastikan meski tubuhnya terasa merinding. Siapa yang tidak takut saat mendengar suara aneh di lorong yang sepi seperti ini.

"Ahhh..." Astaga! itu suara desahan. Murni mengintip dan berusaha sebisa mungkin agar tubuhnya tidak terlihat oleh dua orang yang sedang asik bercumbu. Betapa terkejutnya Murni melihat dua orang lelaki yang saling memagut dengan menggebu di depan satu-satunya pintu yang berada di balik belokan lorong itu. Murni melihat nomor unit itu, 417.

ITU NOMOR UNIT DIMANA SAGARA BERADA!!!

Murni masih menyangkal bahwa dua orang di depannya ini salah satunya pasti bukan sagara, meski Murni tau kenyataan bahwa suaminya adalah seorang gay. Murni hanya sedikit berharap meski pada akhirnya harapan Murni tidak terkabul, begitu melihat dua orang itu berhenti memagut dan tubuh salah satu pria yang menjadi dominan itu terlihat dengan jelas dari samping. Murni hanya mampu menutup mulutnya tidak percaya. Itu benar Sagara. Murni juga baru sadar ketika melihat pakaian yang sama yang tadi pagi Sagara pakai.

Murni ingat lelaki bertubuh kurus tinggi itu adalah salah satu tamu yang datang diacara pernikahannya dengan Sagara. Lelaki yang memasang senyum tipis dan tatapan sendu, lelaki yang Sagara genggam erat tangannya. Sekarang Murni mengerti siapa lelaki itu bagi sagara. Dia pria bernama Kevin itu adalah kekasih gay Sagara.

Murni merasakan hatinya seperti tertusuk duri tak kasat mata, gadis itu tanpa sadar menitikan airmata. Meski ia tau bagaimana kenyataan soal penyimpangan seksual Sagara tapi melihatnya secara langsung membuat hatinya terasa ngilu. Sudah sejauh mana mereka melakukan hubungan? Apa masih ada celah untuk Murni masuk ke dalam hati Sagara?

Lelaki bertubuh kurus itu memeluk Sagara singkat sebelum akhirnya memilih masuk dan meninggalkan Sagara seorang diri, lelaki itu memasang senyum manis sebelum akhirnya beranjak. Melihat Sagara yang berjalan ke arahnya membuat Murni dengan cepat mencari tempat bersembunyi. Sebisa mungkin gadis itu menghindar agar Sagara tidak melihat kehadirannya. Apalagi jika tau apa yang sudah Murni lihat, lelaki itu pasti akan kembali mengancamnya.

Murni bersembunyi di antara pilar untungnya Murni punya tubuh mungil jadilah dia berhasil untuk tidak terlihat oleh Sagara, begitu memastikan bahwa Sagara sudah memasuki lift dan pintu tertutup barulah Murni keluar dari tempat persembunyiannya. Gadis itu menatap sendu lift yang pintunya sudah tertutup rapat, kenapa Tuhan memberinya cobaan begitu berat? Darimana murni harus memulai untuk tetap mempertahankan rumah tangganya dan membawa Sagara kembali ke jalan yang benar?

Jika dengan mata kepalanya sendiri ia melihat bahwa Sagara suaminya sudah jatuh ke dalam lubang yang sangat gelap dan tenggelam di dalamnya.

****

Sagara sampai di rumah ibunya tepat pukul 18.30, ia melihat ibu dan ayah tirinya-Dirga- dan keluarga paman Antoni duduk di ruang tamu seakan memang menunggu kehadirannya. Tapi sagara merasa ada yang kurang. Dimana Murni?

"Syukurlah Sagara kamu pulang, ibu kira kamu bakalan lembur, hebat juga Murni bisa ngebujuk kamu pulang tepat waktu" ucap astelia, ibu sagara dengan senyum mengembang.

"Murni? Ngebujuk saya pulang?"

"Iya, tadi dia bilang mau jemput kamu ke kantor supaya gak milih lembur dan bisa makan malam sama keluarga Antoni. Ibu masih gak percaya dia berhasil bujuk kamu, nah sekarang dimana Murni?"

Sagara mengernyit heran mendengar ucapan sang mamah, bagaimana bisa ia pulang bersama Murni sedang ia saja tidak tau jika gadis itu menyusulnya dan mencoba membujuknya pulang tepat waktu. Sagara bahkan tidak tau Murni akan ke kantornya sebab ia sibuk di apartemen menghabiskan waktu bersama Kevin, Sagara juga tidak mengecek ponselnya. Tapi Sagara tau bahwa tidak ada juga pesan masuk di ponselnya yang sengaja dia bunyikan.

"Saya ga---" ucapan Sagara berhenti ketika mendengar suara dari arah belakangnya.

"Udah pada ngumpul ternyata" Murni datang dengan senyum manisnya, tapi bagi siapapun yang melihat jauh ke dalam mata coklat gelap itu pasti sadar bahwa itu bukan jenis senyum tulus melainkan senyum yang dipaksakan. Dan Sagara menjadi satu-satunya orang yang menyadari hal itu.

"Nah dua pengantin baru udah sama-sama datang, kalian ganti baju atau bebersih dulu aja gih. Kami akan tunggu kalian bersiap sebentar baru habis itu kita mulai makan malamnya" Astelia tersenyum sumringah.

"Biar Sagara aja yang bebersih, aku nunggu disini aja sama yang lain bu" Murni masih mencoba memaksakan senyum, Sagara merasa aneh melihat wajah yang biasanya ceria itu terlihat lesu dan sendu. Tatapannya pun terlihat tidak fokus.

"Kamu bersihkan diri dulu aja ya, habis itu langsung turun oke? Kasian yang lain udah nunggu daritadi. Pasti udah pada lapar kan?" Pertanyaan menggoda Murni hanya dibalas kekehan oleh yang lain, kecuali Sagara tentu saja.

Sagara hanya mengangguk kemudian memilih untuk beranjak ke kamar dan membersihkan diri. Murni menatap punggung kokoh suaminya dengan sendu, ia memilih untuk berbohong pada sang mertua agar tidak mengecewakannya. Murni tidak tega jika harus melihat senyum bahagia itu luntur akibat kejujurannya. Murni bertekad bahwa ia harus menyelesaikan misinya dan membawa sagara kembali normal, Murni yakin ia bisa.

****

Makan malam terjadi begitu cepat, selesai dengan menu utama sekarang mereka sedang menikmati dessert dan buah-buahan diselingi candaan dan obrolan santai. Lain hal dengan murni yang masih memikirkan hal yang tadi ia lihat dan tidak sadar bahwa ia malah melamun.

"Murni gimana tadi cara kamu bisa bujuk Sagara pulang?" Pertanyaan itu berasal dari Andin istri Antoni, namun Murni masih asik melamun membuat Sagara menoleh dan menyenggol kaki istrinya pelan dari bawah meja. Dan Murni akhirnya tersadar.

"Hah iya?" Gadis itu terlihat seperti orang linglung dan lagi-lagi Sagara menangkap hal itu dengan kernyitan didahinya, sebenarnya apa yang sedang murni pikirkan sampai terlihat tidak fokus seperti ini. Tidak seperti biasanya.

"Bibi tadi nanya, gimana cara kamu bujuk saya supaya bisa pulang"

Murni agak terkejut karna Sagara memilih untuk membuka suara, mengulangi pertanyaan bibi Andin. Sagara pun memilih untuk pura-pura, ia mau tau sejauh mana permainan seorang Murni Maheswari.

"Ah itu, Murni cuma bilang kalian mau datang dan sebagai tuan rumah harus menyambut tamu. Apalagi perjamuan sederhana ini diadakan untuk merayakan pernikahan kami"

Sagara bingung mengapa Murni berbohong sebab yang ia tau dari mendiang neneknya. Murni adalah orang yang jujur dan tidak bisa berbohong. Sekarang sagara semakin yakin bahwa apa yang ditunjukkan murni di depan neneknya hanya tipu muslihat agar terlihat baik di mata nenek dan keluarganya.

'Dasar penjahat kecil yang licik, kamu mungkin bisa nipu seluruh keluarga saya dengan wajah lugu mu, tapi gak dengan saya' begitu ujar batin sagara, mulai sekarang sagara harus berhati-hati agar tidak termakan oleh muslihat yang dilakukan gadis di depannya ini.

*****
Ada yang mau nampol sagara?
Udah pada sebel belum sama Sagara?

Jangan lupa vote komennya.
Follow juga kalau boleh🤭

MY PERFECT WIFEWhere stories live. Discover now