Part 20

1.7K 35 0
                                    

Murni tengah menonton drama di ruang tv, sejak tadi dia menunggu Sagara turun namun lelaki itu tidak menampakkan batang hidungnya. Mungkin dia kembali beristirahat untuk memulihkan kondisi tubuhnya.

Saat tengah asik menonton, Murni merasa ada seseorang yang duduk disampingnya begitu menoleh dia melihat Sagara yang ikut menonton disebelahnya. Wajah lelaki itu sudah tidak sepucat kemarin dan terlihat normal, dia sudah kembali sehat.

"Gimana keadaan kamu, udah enakan?"

Sagara menoleh sekilas pada Murni lalu mengangguk, lelaki itu menyenderkan kepalanya pada sandaran sofa lalu menghela nafas kasar. Murni melihat itu dan menjadi penasaran apa yang membuat Sagara terlihat sangat lesu.

"Kenapa mas?"

"Aku kangen Kevin, dia gak pernah ngabarin aku lagi sampe sekarang"

Mendengar hal itu senyum Murni luntur, lagi-lagi Kevin. Tapi Murni tidak boleh bertindak egois atau menunjukkan wajah tidak sukanya, Murni tidak ingin Sagara marah dan hubungan mereka kembali merenggang. Murni akan pelan-pelan membawa Sagara kembali normal, dimulai dengan menjadi teman ceritanya.

"Mungkin dia lagi sibuk sama kerjaannya mas, kamu tunggu aja. Kalau dia beneran sayang kamu, dia gak akan betah lama-lama gak ngabarin kamu. Percaya deh sama aku"

Sagara menatap Murni dengan mata memicing, dia agak heran kenapa Murni terlihat biasa saja ketika Sagara membahas Murni. Biasanya wanita ini akan marah atau paling tidak langsung pergi karna malas membicarakan hubungan mereka yang tidak normal.

Murni yang sadar ditatap oleh orang disampingnya pun menoleh dan mengerutkan alis bingung.

"Kenapa kamu liatin aku kaya gitu?"

"Heran aja, biasanya kamu paling gak suka kalau aku udah bahas kevin" Murni terkekeh mendengar ucapan Sagara.

"Gak lagi deh, sekarang aku akan jadi pendengar setia soal hubungan kamu dan Kevin. Kalau kamu butuh teman cerita, kamu bisa datang ke aku. Aku akan coba ngertiin kamu sekarang"

Sagara tersenyum dan menggelengkan kepala, Murni dan isi pikirannya memang selalu sulit ditebak, tapi Sagara agak sedikit bisa bernafas lega sekarang sebab Murni sudah mulai menerima kekurangannya. Namun, Sagara merasakan perasaan aneh, sepertinya dia mulai nyaman bersama Murni.

Contohnya saat ini, duduk berdua dan mengobrol bersama Murni ternyata tidak buruk juga. Wanita ini bisa selalu nyambung diajak membahas topik apapun, bahkan soal pekerjaan sekalipun.

Lain hal dengan Murni yang berpikir bagaimana dia memberitahu Sagara soal anak yang sedang dikandungnya, dia takut Sagara akan kembali marah dan membenci anak mereka. Sebab Murni tau sedalam apa perasaan Sagara untuk Kevin, mungkin Murni harus menyembunyikan kehamilannya sampai perutnya membesar dan tidak bisa ditutupi, dan barulah saat itu dia akan jujur pada Sagara.

Semoga saat hari itu tiba, Sagara sudah dapat menerimanya dan semua keadaan sudah baik-baik saja. Semoga.

Mereka menghabiskan sore itu dengan mengobrol banyak hal, hari itu Murni bahagia karna untuk pertama kalinya dia bisa melihat tawa lepas Sagara dari dekat. Kali ini dia menjadi alasan utama Sagara tertawa karna lelucon garingnya, yang anehnya membuat Sagara melepaskan tawanya. Kalau memang dengan begini hubungan mereka akan selalu baik-baik saja, maka Murni akan terus berpura-pura.

Berpura-pura mengalah dan menerima hubungan Sagara dan Kevin, perlahan tapi pasti Murni akan membuat Sagara ketergantungan padanya dengan selalu ada disaat lelaki itu membutuhkannya. Dimulai dari hal kecil seperti mendengar segala keluh kesah lelaki itu tentang apapun.

"Sagara" Untuk pertama kalinya Murni memanggil Sagara tanpa embel-embel 'Mas' membuat lelaki itu menghentikan tawanya dan menatap Murni dengan alis terangkat seolah bertanya 'kenapa?'

"Sekarang kita teman, kan?" Tanya Murni dengan jari kelingking yang mengacung didepan Sagara, lelaki itu terkekeh namun mengangguk dan menyatukan kelingkingnya dengan kelingking Murni.

"Sekarang kita teman, apapun yang kamu rasakan. Kamu bisa ceritain itu sama aku"

"Oke, sekarang kita temen. Emm coba sekarang kamu cerita tentang diri kamu"

"Aku?"

Sagara menganggukkan kepala yang dibalas kekehan Murni.

"Kenapa tiba-tiba bahas tentang aku? Gak ada yang menarik dari kehidupan aku"

"Pasti ada, kamu bisa ceritain masa kecil kamu atau gimana cerita kamu bisa ketemu nenek"

"Kamu pasti udah tau gimana pertemuan aku sama nenek"

Mendengar hal itu Sagara mengangguk membenarkan dalam hati, cerita soal pertemuan nenek Asteria dan Murni sudah diketahui hampir seluruh keluarganya.

"Kalau gitu cerita masa kecil kamu? Misal kaya cita-cita kamu mungkin?"

"Cita-cita? Emm dulu aku kepengen banget jadi penyanyi. Itu karna bapak juga suka nyanyi, lebih tepatnya bapak aku penyanyi jalanan" Murni menghela nafasnya sebelum lanjut bercerita, dia seolah kembali pada masa kecilnya. Masa kecil yang meskipun penuh kesulitan tapi dia bahagia, karna ada ayah dan ibunya yang selalu bersamanya.

"Dulu bapak aku suka banget nyanyi untuk ngehibur aku, adik aku dan ibu. Apalagi kalo nyanyi untuk ibu, bapak selalu semangat, nyanyiannya selalu tentang cinta. Setiap lagu untuk ibu selalu menceritakan betapa dalamnya cinta bapak ke ibu, bapak juga sering buatin ibu lagu dan semuanya tentang cinta"

Kemudian Sagara melihat Murni menundukkan kepalanya.

"Tapi setelah ibu meninggal karna sakit, bapak jadi suka menyendiri kadang kami harus nahan lapar karna bapak yang kurang semangat untuk nyanyi diluar. Pernah satu hari adik aku nangis karna kelaparan, tapi hari itu ujan, jadi bapak juga gak bisa keluar untuk cari uang. Akhirnya bapak nyanyiin kami lagu dan kami bernyanyi bersama untuk mengalihkan rasa lapar adik aku"

Senyum sendu Murni terukir mengingat hari-hari yang mulai sulit dia jalani setelah kepergian ibunya.

"Dari situ aku pengen jadi penyanyi, aku juga mau kaya bapak, bernyanyi dan menulis lagu untuk orang yang dia cintai, gak perlu satu dunia tau dan dengar lagunya, asalkan orang yang dia cintai mendengarnya semua itu sudah lebih dari cukup"

Tanpa sadar airmata Murni menetes, Sagara pun terenyuh mendengar kisah hidup Murni yang jauh dari kata bahagia. Haruskah dia merasa bersyukur karna meski keluarganya berantakan tapi Sagara tetap bisa melihat kedua orangtuanya secara nyata.

"Waktu itu meski hidup kami kesulitan, tapi aku selalu ngerasa bahagia. Karna ada ayah dan ibu juga adik aku yang selalu ada disamping aku, waktu bapak meninggal karna dipukuli preman. Aku ngerasa hidup aku berhenti saat itu juga, aku memilih untuk berbohong sama adik aku, aku bilang kalau bapak pergi jauh untuk kerja dan gak tau kapan pulang, setiap adik aku nanya 'dimana bapak' aku selalu kesulitan menjawab"

"Hidup aku terlalu sunyi dan buram untuk kamu ketahui, sebenarnya aku gak mau ceritain hal apapun ke kamu karna aku gak mau kamu jadi baik sama aku karna kasihan"

Sagara membawa Murni kedalam pelukannya, dia mengelus puncak kepala wanita itu, sedangkan Murni sekuat mungkin menahan isakannya. Dia harus kuat, karna dia sudah bertahan sejauh ini. Tidak boleh lagi ada airmata dan penyesalan.

"Kamu hebat Murni, karna bisa bertahan sampai sejauh ini. Kamu hebat"

Sagara menangkup wajah Murni dan mengelus pipi wanita itu. "Jangan ngerasa sendiri lagi karna sekarang kan ada aku. Teman kamu"

Murni mengangguk dan kembali memeluk Sagara, meski hanya dianggap sebagai teman Murni sudah merasa sangat bahagia. Perlahan tapi pasti, hubungan mereka pasti akan menemukan jalan terang. Murni yakin Tuhan kan menjawab doanya suatu hari nanti.

Dia yakin akan hal itu.

MY PERFECT WIFEWhere stories live. Discover now