35 || Terbongkar

139 3 0
                                    

"Lo yakin dengan ini?" 

"Yakin, udah lo berdua nanti pura-pura nggak tau aja. Ikutan perintah gue barusan."

"Nggak jahat apa kita lakuin ini ke Adel?" 

"Lo berisik banget. Ikutin kata gue aja apa susahnya. Ini cuma permainan."

Kedua gadis itu mengangguk dan mengikuti perintah seorang lelaki yang saat ini tengah menggulung kertas-kertas kecil. 

Sebelum acara di mulai, Zein, Amara dan Maelynn tengah menyiapkan sebuah permainan truth or dare yang akan mereka adakan nanti di rumah Adel. Tujuan permainan tersebut ingin membuat Adel mengungkapkan apa yang selama ini menjadi pertanyaan bagi Zein. Lelaki itu tahu jika ini jahat, tetapi Zein ingin sekali melihat reaksi Adel ketika mendengar sebuah pertanyaan yang mengarah kepadanya nanti. 

Zein dan Maelynn sudah bertukar cerita sedikit tentang kecurigaannya terhadap Adel. Tapi, Zein tetap berusaha untuk selalu berpikir positif kepada kekasihnya itu. Bagaimana pun, Adel adalah orang yang sangat ia sayangi. 

"Yaudah, ayo kita ke rumahnya Adel. Ini lo pegang aja ya, Mar." Ujar Zein akhirnya seraya memberi toples kaca besar kepada Amara. 

Gadis itu mengangguk dan mengikuti langkah Zein keluar dari rumah lelaki itu. Baru saja sampai di ambang pintu, suara Lya terdengar di barengi langkah kaki yang menghampiri. 

"Kak Zein mau kemana?" 

Zein berbalik. Menatap malas ke arah Lya, "main."

"Aku boleh ikut?" 

"Nggak. Lo di rumah aja, dikit lagi mama pulang." Tanpa menunggu balasan dari Lya, Zein berlalu dari pandangan gadis itu. 

Lya menghentakkan kakinya kesal. Belum sempat ia berteriak lagi, pintu utama sudah ditutup paksa oleh Zein. 

"Nyebelin banget! Gue penasaran banget sama Adel. Awas aja lo, Del. Gue bikin hidup lo nggak tenang karena udah rebut Kak Zein dari hidup gue."

••••••

"Kalau di dunia ini hanya ada Gallan dan Zein, lo pilih siapa?" 

Kini pertanyaan yang sedari tadi ditunggu oleh Zein akhirnya muncul. Ia benar-benar tenang seraya melihat Adel yang sekarang terlihat panik. 

"Ayo kudel jawab!" Javas sangat penasaran meski ia tahu pasti Adel akan memilih sahabatnya.

Adel berdeham guna menghilangkan rasa gugupnya yang datang secara tiba-tiba. Ia kembali menggulung kertas itu dengan senyum manis yang berusaha ia tampilkan. 

"P-Pertanyaan ini gampang banget," ujarnya sambil menatap para sahabatnya. "Jelas gue pilih lo, Zein." Lanjutnya seraya menatap Zein. Berusaha menyakinkan hatinya jika memang Zein yang terbaik untuk dirinya.

Suara tepukan terdengar dari Javas, "udah gue bilang jawabannya pasti ayang bebep Zein. Lagian siapa sih yang bikin pertanyaan konyol kaya gitu?" 

Merasa ada yang membela, seakan Adel setuju dengan ucapan Javas. "Bener. Lo semua pada nggak yakin kalau gue akan pilih Zein? Lagi pula--" 

"Apa?" Potong Zein cepat yang membuat suasana berganti menjadi dingin tiba-tiba. 

"L-Lagi pula kenapa bisa pas pertanyaan ini untuk gue?" 

Semua terdiam. Baik Maelynn, Amara dan Zein saling pandang. Meski tatapan Zein terlihat sangat tenang dan berbeda jauh dengan Maelynn dan Amara, membuat Adel merasa ada sesuatu yang mereka tutupi dari dirinya. 

"Just a game. Mau lanjut?" Suara Zein memecah keheningan malam ini serta tidak menggubris perkataan Adel. Zein kembali memutar botol kaca tersebut untuk melanjutkan permainan. 

Semua berjalan sesuai rencana. Setelah acara permainan truth ot dare selesai dengan ditutup dari pertanyaan Maelynn. Semua memilih menikmati daging panggang yang tinggal sedikit. Setelahnya, mereka menghabiskan waktu mendengar musik, bermain game di ponsel dan membuat kenangan dengan berselfie di pagar beton rooftop keluarga Zaidee. 

Setelah semua selesai dan mereka juga telah membersihkan area rooftop, terdengar suara gaduh dari lantai bawah yang membuat keenam orang tersebut penasaran dan buru-buru menuju lantai bawah. 

"Orang tua lo pulang, Del?" Tanya Amara ketika mereka sampai di lantai bawah. 

Adel menggeleng, kemudian kedua matanya membulat ketika melihat sosok Gallan yang terlihat berantakan. Tak hanya itu, di sebelahnya tedapat Elhan yang tengah memapah Gallan menuju sofa ruang tamu. 

"Anjir badan lo berat banget." Keluh Elhan ketika berhasil merebahkan Gallan di sofa. Elhan masih belum sadar akan keenam manusia yang tengah memperhatikan dirinya dan Gallan. 

"Besok-besok lo kalau mabuk mending jangan ajak gue. Lo yang bikin onar di club gue yang kena imbasnya." Elhan memilih duduk di samping Gallan seraya mengatur napasnya yang sedikit tersengal. 

"Lagian, lo kalau galau jangan rusak tubuh lo, Gall. Bulan depan kita udah sibuk sama skripsi." 

"Gila sih," Elhan merebahkan kepalanya di sofa dengan kedua mata yang menerawang ke langit-langit rumah. "Lo yang hamilin Vaness, orang lain yang tanggungjawab."

GUBRAKKK!

BRUAKKKK!!

Elhan terlonjak ketika mendengar suara bising dari arah tangga, sementara Gallan sudah masuk ke alam mimpi sambil mendengkur. 

"Heh lo--"

"Gallan hamilin cewek?!"

"WHAT DE FUCEK?!!!" 

"JADI DIA--OMAGAAAT, NGGAK BISA DI BIARKAN INI NGGAK BISA!"

Semua terkejut mendegar penuturan dari Elhan barusan. Sang empunya berdirinya seraya menghampiri keenam manusia yang saat ini mematung di tempat. 

"Lo semua sejak kapan ada di sini?!" 

"Dari tadi kita udah di sini." Itu jawaban dari Maelynn. 

"Bang, beneran si Gallan hamilin cewek?! Lo jangan ngadi-ngadi. Meskipun dia ngeselin, masa dia sebrengsek itu sih?!" Lagi-lagi Javas terlihat heboh sendiri.

"Lo nggak bohong, kan? Bohong dosa loh!" Ancala pun ikut-ikutan tak percaya. 

"Bang jawab?!"

"Ah! Berisik lo semua. Gue mau pulang." Baru saja Elhan berbalik, ia berhenti dan kembali menatap keenam orang tersebut. Tetapi tatapannya tepat mengarah kepada Adel yang sedari tadi diam saja.

"Lo pasti Adel? Gue titip abang lo, ya. Gue pulangin dan nggak gue kasih nginep lagi di rumah gue. Abang lo nyusahin. Bye!" 

"Oh iya satu lagi," katanya sambil mengudarakan jari telunjuknya. "Soal Gallan yang tadi---gue nggak mau terlalu ikut campur."

Setelahnya Elhan pergi dengan menutup pintu utama cukup keras. Hening lantas menyelimuti keenam remaja yang kini menatap Gallan dengan tatapan sulit dibaca. Terlebih Adel yang merasakan desiran aneh di tubuhnya. 

Gallan hamilin cewek? Jadi selama ini dia nggak pulang karena... 

Di samping Adel, ada Zein yang hanya diam sambil melihat teman-temannya yang heboh dengan berita yang baru saja di dengarnya. Ia menoleh ke Adel, jelas terlihat raut wajah Adel yang terkejut mendengar berita tersebut. 

Sudut bibir Zein terangkat ke atas, jadi bener pembicaraan dua orang di supermarket tempo hari? Brengsek juga lo, Gall.

••••••

Pendek ya? Udah lama gak udpate cuma bisa update segini wkwkwk😭 maapkan sengg, tapi semoga kalian tetap enjoy bacanya🫶🏻

STEP [LOVE] BROTHERWhere stories live. Discover now