33 || Perlahan Terungkap

163 15 57
                                    

Sudah tiga hari rumah terasa sepi lantaran Gallan belum kunjung pulang dari kediaman sahabatnya, Elhan. Sejak berita kehamilan Vaness, membuat Gallan enggan pulang meski orang rumah belum mengetahui kabar tersebut. Untungnya tak masalah bagi Victor maupun Evi untuk menginzinkan Gallan menginap di rumah Elhan.

Kini, suasana dapur juga ikut tenang dan hanya terdengar dentingan alat masak yang saling beradu. Mbok Imah dan Evi tengah memasak untuk persiapan makan malam.

Mbok Imah milirik Evi dari seberangnya, wanita itu tengah mengaduk sayuran tumis dan setelahnya di sajikan di piring yang sudah di sediakan. Di tempatnya, Mbok Imah menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia ingin sekali menanyakan sesuatu kepada Evi.

Mbok Imah melangkah pelan ke arah Evi yang sudah selesai dengan kegiatannya, "Bu..."

Evi menoleh, "Iya Mbok?"

"Anu..."

"Anu? Kenapa Mbok?" Evi menjajarkan tubuhnya di hadapan Mbok Imah agar lebih paham maksud dari wanita paru baya itu.

"Kalau saya lihat-lihat, den Gallan sama non Adel makin akrab ya?"

"Ya bagus dong? Mbok tau sendiri kan gimana awal pertemuan mereka?"

Mbok Imah mengangguk gugup, "Tapi..."

"Tapi apa?" Potong Evi mulai tak sabaran.

"Ibu sama Bapak apa nggak seharusnya kurangi berpergian keluar kota? Maksud saya.. kadang saya kasihan sama mereka berdua, Bu. Suka kesepian kalau nggak ada Ibu dan Bapak."

Evi mengerutkan keningnya sesaat, merasa aneh walau hanya sebentar kepada Mbok Imah. Iya tahu jika kedua anaknya pasti merasa kesepian, tetapi Evi paham karena kedua anaknya sudah beranjak dewasa pasti mereka bisa mencari kesenangannya sendiri.

"Mbok tenang aja, mereka berdua sekarang ini makin akrab. Artinya, tanpa ada kami berdua mereka bisa cari kesenangan sendiri. Apalagi Adel, dia hobinya memang main Mbok dari dulu, jadi kalau pun dia merasa bete pasti pergi keluar bareng teman-temannya." Evi mengelus pundak Mbok Imah sesaat, "mbok tenang aja, mereka bisa saling menjaga satu sama lain."

"Tapi, mereka itu-----"

"Mbok," Evi kembali memotong ucapan Mbok Imah, "saya percaya anak-anak saya nggak akan keluar batas. Malah saya sama Mas Victor semakin lega lihat keakraban mereka saat ini."

Mbok Imah hanya bisa mengangguk pasrah. Ingin sekali mulutnya itu membicarakan hal yang sebenarnya ia lihat beberapa hari lalu. Mbok Imah yakin jika kedekatan Gallan dan Adel melebihi dari kakak-adik.

"Kalau gitu saya panggil Adel sama Mas Victor dulu, ya."

Sepeninggal Evi, Mbok Imah masih terdiam di tempatnya. Ia berpikir untuk mencari waktu yang tepat agar bisa memberitahu hal yang selama ini ia simpan.

"Kalau aja Ibu Bapak tau keakraban mereka itu melebihi apapun. Semoga aja yang di pikirikan Bu Evi menjadi kenyataan." Batinnya.

Tetapi baru beberapa detik batinnya berkata demikian, sekelebat ingatan merasuki Mbok Imah hingga ia teringat kejadian Gallan yang menindih tubuh Adel di lantai. Ia tidak tahu awal kejadian seperti apa, tetapi mereka berdua berdalih jika Adel terpeleset.

"Ah!" Resah Mbok Imah, "tambah pusing saya mikirin keluarga ini. Biarin aja, deh. Semoga aja kedua anak itu baik-baik aja."

•••••••
.
.
.

Selesai makan malam, Adel pergi ke kamarnya. Liburan untuk menghadapi ujian nasional membuat Adel pusing tak karuan. Pasalnya, pemikirannya saat ini bercabang kerena Gallan yang sudah tiga hari tidak pulang kerumah. Kedua orang tua mereka memaklumi, tetapi tidak bagi Adel karena gadis itu merasa ada yang janggal dengan tingkah Gallan yang tiba-tiba saja menghindar.

STEP [LOVE] BROTHERTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon