47 || Ingin Asing

106 3 1
                                    

Ruangan serba putih adalah objek pertama yang terlihat oleh kedua mata gadis yang kini tengah terbaring lemah di sebuah ranjang dengan sprei putih yang menjadi ciri khas. Dengan pandangan sedikit blur, gadis itu berusaha menerka dimana ia berada. Sebelah tangannya reflek memegang kepalanya yang terasa sakit, nyeri juga ia rasakan disekujur tubuhnya. Perlahan kian lebih baik, gadis itu sudah bisa menilai keberadaanya.

Rumah sakit. Ia yakin ia sedang disana dan entah siapa yang membawanya karena ingatannya pun belum sepenuhnya pulih.

"Sa-kittt." Keluhnya ketika ia mencoba menggerakkan tubuhnya.

Gadis itu, Adelia Diatmika, yang baru saja mengalami kecelakaan di seberang kafe Daisy. Tempat ia melihat teman-temannya sedang bersenda gurau tanpa kehadirannya. Adel sudah mengingat semuanya, ia juga mengingat kebodohannya karena tidak memperhatikan jalan ketika hendak menyebrang.

Otaknya sudah diselimuti rasa takut, kecemasan, serta hal-hal buruk beberapa Minggu terakhir ini.

"M-ma-ma..."

"M-ma-ma...."

BRAKKK!

"CEBONG!"

Suara khas lelaki yang sangat ia kenali terdengar bersamaan langkah kaki yang kian mendekat. Siapa lagi kalau bukan Gallan. Raut wajahnya terlihat jelas bahwa ia begitu cemas, bahkan sepertinya lelaki menyebalkan itu habis menangis. Meski tidak terlihat jelas, tetapi Adel tahu karena sisa air mata yang masih ada di sudut matanya.

Belum sempat Gallan mengucapkan sepatah kata, dari belakang disusul Evi dan Victor yang juga tidak kala cemas ketika melihat anak perempuan mereka terbaring lemah dengan perban dibeberapa bagian tubuhnya, serta alat bantu napas yang terpasang di hidungnya.

"Sayaang...." Evi langsung memeluk sesaat anak gadisnya. Ia mengecup kening Adel berkali-kali.

Tak lupa Victor yang juga melakukan hal yang sama kepada gadis itu. Keduanya terisak melihat keadaan Adel saat ini.

•••••••

"Kamu dengar, kan, Gallan?"

Gallan masih terdiam. Di kantin rumah sakit, sudah sejam lebih kedua lelaki itu berbicara serius. Tentu saja tentang keputusan Victor yang akan membawa Gallan ke Swiss setelah wisuda nanti. Sejak tiga hari ini, keluarga Zaidee disibukan untuk mengurus Adel dan di hari ketiga ini Victor sudah menjelaskan semua keinginannya.

"Keputusan ini sudah Papa dan Mama buat sejak lama. Kamu nggak bisa ubah itu, paham?"

"Gallan belum siap untuk mengurus perusahaan Papa di sana."

"Kalau papa tanya kamu nggak akan pernah siap, Gallan. Maka dari itu papa ambil keputusan sendiri tanpa persetujuan kamu."

Gallan berdecak pelan. "Tapi, Pa-"

"Cukup Gallan. Papa sudah terlanjur kecewa dengan sikap kamu dan Adel. Kalian berdua sudah membuat kami malu! Kami tahu mungkin ini akibat kelalaian kami sebagai orang tua, maka dari itu biarkan kami memperbaiki semuanya dengan cara kami sebagai orang tua kalian."

Ucapan Victor membuat Gallan membisu, ada benarnya memang dia sudah membuat orang sekitarnya kecewa. Mungkin kali ini saatnya Gallan harus membenahi semuanya. Di mulai hidup baru di Swiss setelah lulus kuliah nanti dan sekaligus berdamai dengan keadaan.

••••••

Sebulan sudah berlalu, semua terlihat lebih baik dari sebelumnya. Adel yang di rawat inap selama seminggu lebih sudah diperbolehkan pulang saat itu, meski sesekali ada rasa nyeri di bagian kepalanya.

STEP [LOVE] BROTHERHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin