17 | Silent Tears

1.2K 163 21
                                    

“Kalau nggak cocok berarti bukan pasangannya. Mau dipaksa kayak gimanapun nggak akan bisa. Gitu aja nggak becus.”

Jerald kesal sendiri gara-gara melihat Nino yang sejak tadi mengutak-atik puzzel-nya. Nono sudah pulang, dan sekarang Jerald kembali terjebak berduaan dengan Nino.

“Susah…,” gumam Nino putus asa.

“Lo tuh emang payah, ya?”

Jerald mendengkus keras, lalu menggeser Nino dan mulai memasang puzzel-puzzel itu hingga menjadi gambar mobil sempurna. “Tuh, gitu aja nggak bisa.”

Nino yang melihat itu pun langsung menarik kedua sudut bibirnya. “Kakak hebat,” kata Nino tulus. “Kakak bantu Nino.”

Jerald hanya memutar mata malas. Cowok itu pun berdiri, dia mengambil jaketnya yang tersampir di bahu sofa, membuat Nino mengernyitkan kening penasaran.

“Diem di sini, gue mau beli rokok bentar.”

“I-ikut.”

“Nggak. Sama bibik aja di rumah.”

Jerald pun meninggalkan Nino begitu saja. Dia masuk ke mobil dan menutup pintunya, tapi secepat itu juga, tahu-tahu Nino sudah duduk di sampingnya. “Apa-apaan lo? Keluar nggak?”

Nino menggeleng kuat. “Mau ikut,” ucap Nino bersikeras. “Uyu….”

Jerald memejamkan matanya sejenak, dia menghela napas panjang karena semakin hari, Nino semakin sering menempelinya. Dan itu sangat merepotkan.

“Hari ini Kiara pulang, nanti dia panik kalau lihat lo nggak ada di rumah.”

Namun Nino tetap tak bergerak dari tempatnya. Nino juga sudah berhasil memasang seatbelt-nya, dia memegangnya erat-erat seolah tidak ingin Jerald menendangnya keluar dari mobil.

Damn, lo emang batu, ya?”

Nino hanya berkedip-kedip kecil. Dan akhirnya Jerald tidak memiliki pilihan lain selain membawa Nino bersamanya.

“Papa bentar lagi balik, awas aja kalau lo ngadu yang enggak-enggak.” Suara Jerald memecah keheningan.

Nino menggeleng. “Kakak … baik.”

****

“Ikut ….”

Jerald memejamkan matanya berusaha sabar. Nino yang selalu mengikutinya itu benar-benar menguji kesabaran Jerald. Semenjak Kiara selalu berhasil menjebaknya, Nino menjadi lebih tergantung kepada cowok itu.

Dulu, Nino hanya membutuhkan Kiara. Jika Kiara tidak terlihat sebentar saja, maka Nino akan gelisah, bahkan menangis. Kiara harus membujuk Nino terlebih dahulu jika ingin meninggalkannya bahkan untuk pergi kuliah. Namun sekarang, Nino tidak seperti itu lagi.

Nino akan santai-santai saja saat melihat Kiara pergi. Yang penting Nino diberitahu kapan Kiara akan pulang agar perasaannya tenang. Dulu, Nino selalu membutuhkan Kiara agar dirinya bisa tertidur, sekarang Nino bisa langsung tertidur asal dia sudah melihat Jerald.

“Gue ada kerjaan. Nggak bisa bawa-bawa lo.”

Tentu saja, karena pekerjaan Jerald bukan pekerjaan biasa. Dia masih menjadi tukang pukul bayaran, dan dia tidak akan melibatkan siapapun, apalagi Nino ke dalam urusannya.

Nino tetap bersikeras. Dia bahkan memegangi lengan jaket Jerald agar cowok itu tidak ke mana-mana.

“Ck. Ribet banget sih, udah lah lo di rumah aja. Kiara juga nggak ke mana-mana, mending lo sama dia.”

Nino menggeleng lagi. “Nino mau ikut.”

Jerald mendengkus keras, dia meraup wajahnya karena lelah menghadapi Nino. “Fine, gue bakal bawa lo keliling bentar, tapi habis itu lo pulang, dan jangan ngerengek pengin ikut lagi. Paham?”

Silent TearsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin