13 | Are You Happy Now?

1K 132 11
                                    

Kaget dikit liat cerita ini udh dipublish dari 1 Agustus 2022 😭

Vote dan komen yang banyak ya biar semangat update nya 🙈

****

Tidak. Jerald tidak sedang bermimpi. Papa baru saja mengirim sebuah foto pemakaman. Bunga-bunga yang ditabur di atas gundukkam tanah itu masih segar, ada sebuah nisan yang bertuliskan nama pria yang sampai detik ini Jerald tidak sudi menyebutnya.

Ya, pria itu … pria yang sudah merusak masa kecilnya dan keluarganya. Sekarang, pria itu sudah meninggal. Seharusnya Jerald merasa senang mendengar kabar baik itu, tapi entah mengapa ia malah merasa bingung.

Di tengah kegundahan itu, pikiran Jerald langsung tertuju pada satu sosok. Nino. Tentu saja, entah bagaimana reaksi bocah itu nanti. Apakah dia akan sedih? Apa dia mengerti bahwa ayahnya tidak akan kembali lagi?

“Ngapain gue mikirin itu,” gumam Jerald yang merasa bodoh sendiri. “Bukan urusan gue juga.”

“Apaan, Jer?”

Jerald tersentak saat suara Hegan mengagetkannya. Dia baru sadar jika Hegan masih ada di sofa apartemen Jevin dengan posisi badan tengkurap sambil memegangi ponsel.

Mereka memang sedang berkumpul di apartemen Jevin karena Jerald sendiri tidak berniat untuk pulang ke rumahnya. Sudah tiga hari sejak Papa memberitahu kabar duka yang seharusnya membuat Jerald bahagia itu, dan sampai sekarang Jerald belum memberitahu Kiara ataupun Nino.

Lagipula untuk apa?

“Jadi, gimana mantan Sandra? Lo udah beresin dia?” tanya Hegan setelah memastikan Jevin dan Juanza tidak berada di dekat mereka. Entah apa yang dilakukan kedua cowok itu di pantry sana, yang terdengar hanya sayup-sayup adu mulut seperti gadis-gadis tukang gosip.

Jerald hanya memberi tatapan tanpa ekspresi. “Udah. Nggak ada kabar apa-apa lagi dari Sandra, gue rasa dia udah aman.”

“Baguslah. Kalau urusan sama Sandra udah beres, biar gue cari client baru lagi,” ucap Hegan lalu mengubah posisinya menjadi duduk. “Walau ngeri-ngeri sedep juga sih kerjaan kita ini, tapi duitnya lumayan, Sob,” lanjut cowok itu lantas terkekeh kecil.

“Kabarin aja,” kata Jerald singkat. Cowok itu membuka ponselnya, dia tidak menemukan pesan atau panggilan dari Papa selain chat-chat menumpuk dari group kelas.

“Lo kenapa deh? Dari tadi gue perhatiin aneh bener. Beneran urusan sama Sandra udah kelar, kan?” Akhirnya Hegan bertanya lagi karena dia mencium gelagat aneh mencurigakan dari Jerald.

Jerald pun menghela napas panjang. Dia bersandar di sandaran sofa sembari memejamkan matanya selama beberapa detik sebelum menjawab Hegan. “Bokapnya Nino meninggal.”

“Meninggal?!”

“Hah? Siapa meninggal?”

Jerald langsung menajamkan matanya karena suara nyaring Hegan berhasil memancing Jevin dan Juanza untuk kembali bergabung ke ruang tengah.

“Siapa yang meninggal, Bro?” tanya Jevin lagi.

“Bokapnya Nino,” sahut Hegan tanpa repot-repot menunggu mulut Jerald terbuka.

Sementara itu, Jerald hanya mendengkus kecil seraya mengusap sudut bibirnya yang masih meninggalkan sedikit memar akibat berkelahi dengan Axel, mantan Sandra dua malam sebelumnya.

“Kasihan Nino, pasti dia sedih banget,” gumam Juanza yang diamini oleh anggukan kepala Jevin. “Nino pasti butuh lo, Jer. Pulang gih, sana. Temenin adek lo.”

Silent TearsWhere stories live. Discover now