RaD - 7.2 Family Day di Kantor!

3.3K 629 173
                                    


Question of the day: Tau nggak ada GIVEAWAY THIO 2 di ig dan tiktok akudadodado?

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG & Twitter & Tiktok @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟

Satu pisau disarangkan oleh Harsa di dadaku dan aku sudah terjatuh dengan darah yang hampir menenggelamkanku. Dia benar-benar bisa kejam jika dia mau. "Bapak, jahat banget ancamannya. Kurang-kurangin nge-bossy begitu, Pak. Ntar nggak ada yang suka."

"Try to come on top of me then." Saat silabel terakhir keluar dari mulutnya Harsa terdiam dan berkedip dua kali. Aku menirukan Harsa karena sadar sama seperti kalimatku tadi, kalimat ini juga punya makna ganda. Tapi yang ini mungkin karena pengaruh otakku yang korslet sehingga mendengarnya dengan suara rendah dan serak Harsa menjadi terlalu seksi. "Shit, maksudnya bukan begitu."

Aku menggeleng dan menyipitkan mataku. Berpura-pura untuk tidak memikirkan bagaimana ucapan Harsa dapat menjadi sangat seksi dengan situasi yang berbeda. "Bapak, sama anak gadisnya nggak boleh bilang gitu."

Ekspresi terkejut Harsa langsung berubah saat mendengarkan candaanku. "Sejak kapan kamu jadi anak gadis saya?"

"Saya mengajukan diri diangkat jadi anak. Adiknya Roro juga nggak apa. Ntar saya dikasih berlian juga, kan?"

Harsa mengibaskan tangannya ke arahku setelah mendengkus, tapi aku melihat sedikit ujung bibirnya tertarik ke atas. "Balik kerja sana. Roro sama Alma biarin di sini aja. Taruh semua mainannya di atas kain yang Ekata pasti bawa di dalam tas." Alma sudah lari mengikuti Roro yang berkeliling sekitar kantor Harsa. Mengendus semuanya.

Aku mengikuti perintah Harsa lalu meninggalkan dua manusia dan satu anjing itu di dalam ruangan yang pintunya terbuka lebar.

Jadwal Harsa hari ini relatif kosong, hanya ada satu orang yang akan datang sore nanti dari divisi bawah yang mau membicarakan sesuatu. Ini relatif jarang terjadi karena dari jadwal yang aku lihat bulan-bulan lalu, Harsa lebih sering menghadiri pertemuan lain atau meeting di luar.

"Bek, boleh tolong ambil bouncer Alma?"

Aku berdiri dan meninggalkan mejaku hanya untuk menemukan Harsa yang menimang Alma dengan botol susu di tangan lainnya. Mata bocah itu sudah menutup dengan tangan gembilnya memegang botol seolah ada yang mau mengambil. Padahal dapat aku pastikan kalau yang tengah menggendong bayi itu akan memberikan apa pun yang Alma minta.

Aku menikmati pemandangan yang tidak dapat dipakai pemerintah untuk iklan kontrasepsi dan layanan masyarakat yang mengatakan dua anak saja cukup. Laki-laki mapan dengan kemeja kerja yang tengah menggendong bayi hanya membuat para istri mau menambah anak.

Kepalaku menggeleng dan kabur dari lokasi sebelum aku tergoda mengambil gambar dan mengirimkannya ke negara yang tengah mengalami penurunan angka kelahiran.

Bouncer sudah di tangan, tapi di ruangan itu bukan hanya ada Harsa, Alma, dan Roro saja. Ada cewek berambut panjang yang sudah duduk di sofa ruangan Harsa. Kedua dengkulnya menempel dengan tangan yang tertangkup di atas paha yang dilapisi rok yang menutupi setengah pahanya. Blazer tweed yang aku lihat juga dimiliki oleh Rowen tersampir di bahu yang mengenakan kemeja putih. Aku merasa melihat boneka hidup, tapi penempatannya sedikit salah. Kenapa dia berada di sini dengan setelan tweed berwarna pink dan pita yang mengikat setengah rambut lurus nan lembut di kepalanya?

Dengan riasan yang sama sekali tidak medok nan menor, cewek itu tampak sangan anggun dan aku terpukau saat dia tersenyum ke arahku. Aku tidak pernah iri dengan penampilan cewek lain sebelumnya, tapi kali ini aku ingin menjadi cewek mungil yang duduk di bangku seberang bosku. Aku rasanya pernah melihat dia. Apa dia seorang artis, ya? Wajahnya sangat familier.

Namun, yang paling salah ada di ruangan ini adalah aku. Aku merasa salah tempat dan memasuki daerah terlarang. Juga dengan Roro yang menggeram di pojok ruangan ke arah tamu yang tidak aku ingat ada di jadwal bosku. Hoh, senang rasanya mengetahui kalau dia tidak spesifik membenciku. Tampaknya dia tidak suka dengan semua cewek.

"Pak, bouncer-nya?" kataku ragu.

"Taruh dekat meja saya aja. Kamu bawa Roro keluar, Byn. Terus tutup pintunya, saya nggak ada rapat sampai pukul empat nanti, kan?"

Aku mengangguk seraya memegang tali Roro dan menggeretnya keluar. Anjing itu menolak dengan menjatuhkan tubuh ke lantai sehingga aku tidak punya pilihan lain selain menggotongnya keluar ruangan dengan ringisan dan anggukkan kepala ke arah dua orang yang menonton aksiku dan Roro.

Roro menunggu di depan pintu Harsa yang tertutup.

"Roro, sini. Kalau ngintip nanti kamu bintitan." Mau aku panggil beratus kali pun anjing itu tidak mau mendengarkanku. Telinganya baru bergerak saat aku menggoyangkan kantong camilannya. "Itu siapa di dalam? Pacar papa kamu, ya?"

Roro mengunyah tulang yang aku berikan tanpa menjawab pertanyaanku. Iyalah, mana mungkin dia tiba-tiba bisa bicara. Kalau Roro menjawab pertanyaanku, aku akan langsung kabur. Lagi pula, buat apa aku tahu siapa yang ada di dalam?

"Lo perlu tahu siapa yang berani masuk ke ruangan bos lo tanpa izin. Itu melanggar kode etik sekretaris untuk menjaga waktu bos yang sangat berharga." Aku bermonolog sendiri. "Iya, kan, Ro?" Anjing itu mengabaikanku. Surprise. Surprise.

Harsa juga tidak menunjukkan tanda-tanda tidak suka dengan kehadiran tamu tak diundang ini, jadi seharusnya aku tidak akan mendapatkan masalah.

Aku mengintip bayangan Harsa yang meletakkan Alma di atas bouncer dan kembali ke area sofa yang tidak dapat aku lihat.

"Kok bisa yang cakep begitu mau sama si Bos Micin." Sebentar, kok kayaknya ada yang nggak pas. "Kalau dia punya pacar, kenapa kemarin sewa jasa buat kencan?" Aku bertanya ke pantulan diriku di cermin kecil yang aku letakkan di samping layar komputer. Berada di lantai yang minim manusia ini, aku mengembangkan hobi baru dengan bertukar pikiran dengan diriku sendiri melalui cermin. God, benar kata Ekata. Berada di lantai ini membuatmu kesepian.

Bayanganku terkejut dan menutup mulutnya saat aku kejatuhan ilham dari kata-kata Ekata minggu lalu.

How forbidden relationship is your kryptonite.

"Itu istri orang, makanya nggak bisa dia bawa ke kondangan?!" Aku masih terus menutup mata dan menggelengkan kepalaku dengan cepat. Aku masih mengira kalau Ekata hanya bercanda dan menggoda Harsa, tapi ternyata ada fakta yang tersembunyi di balik ejekan itu. "Dang, kenapa kehidupan orang kaya ini berwarna dan penuh drama. Where can I get my popcorn?"

21/11/23

Cieeee Sasa wkwkw omong-omong soal GIVEAWAY THIO 2, caranya simple. Cuma 2 langkah di IG dan 1 langkah di tiktok. Bisa baca di gambar di bawah ini ya detailnya. Yuk ikutan yuk! :)

 Yuk ikutan yuk! :)

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.
Rent a DateOnde as histórias ganham vida. Descobre agora